Laki-laki yang seharusnya menjadi calon mempelai untuk kakaknya, justru dialah yang menggantikan kakaknya untuk menikah.
Keduanya bukan sepasang kekasih yang saling mencintai tetapi terpaksa harus mengucapkan janji pernikahan demi mengabulkan permintaan orang yang mereka sayangi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ina Warsiati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menelvon Celin
Haidar merasa bingung pasalnya memang benar apa yang dikatakan oleh mamahnya.
"mungkin ini memang sudah waktunya gue memasuki kandang macan.Kayaknya gue bakalan jadi santapan macan kelaparan"gumam haidar dalam hati membayangkan bagaimana kemarahan mamahnya nanti jika celin mengatakan yang sebenarnya.
"Ya udah mamah mending tunggu di mansion milik haidr aja. Nanti celin juga bir haidr yang jemput"kata haidar.
"yang bener kamu mau jemput?"tanya mamah haidar mamastikan.
"iya ini bentr lagi haidar jemput kokk"kata haidar lagi.
"ya udah mamah nunggu kamu aja..ikutan jemput menantu mamah"jawab mamah haidar.
"astaga....bener bener deh ni mamah.... kasih napas napa mah?baru juga dateng udah bikin anaknya sesak napas aja...bikin spot jantung aja...bisa bisa mati muda nih kalo mamah keterusan di sini"gumam haidar.
"mah haidar mau kerja dulu,mamah kalo di sini haidar kapan kelarnya?"kata haidar lagi.
"ya udah mamah tunggu di sana aja...mamah mau istirahat dulu.... kamu slesaiin dulu kerjaan kamu" kata mamah haidar sambil menunjuk ruangan yang juga berada di dalam ruangan itu.
Mamah haidar pun lantas pergi menuju ruangan yang sepeeti kamar itu.
Dia merebahkan tubuhnya disana dan mulai terlelap karena lelah.
Sedangkan haidar yang melihat mmahnya masuk ke kamar yang juga berada di ruangan itu pun lantas keluar menemui Yudistira.
"kamu cari tahu nomer celin"perintah haidar.
"lah kam tadi di berkas itu ada nomernya nona celin tuan"jawab yudistira.
"benarkah"kata haidar
"ya tuan".jawab yudistira.
"kenapa aku jadi ssebodoh ini"gumam haidar kemudian kembali ke ruangannya.
Haidar membuka berkas milik celin tadi dan mencatat nomernya di handvonnya.
Sementara di lain sisi celin yang tengah sibuk dengan berkas berkasi di hadapannya pun merasa bingung pasalnya ada nomer baru yang menelvon nya.
Celin sengaja tidak mengangkatnya karena dia fikir itu orang iseng.
Sudah eberapa kali telvon itu berdering namun masih tidak di angkatnya hingga sebuah pesan masuk dari nomer yang sama.
💬"angkat telvonnya, Haidar" isi pesan itu.
"hahh..kak haidar...dari mana dia tau nomer telvonku...lalu untuk apa dia menelvonku" gumam celin dalam hati dan tak lama panggilan telvon datang lagi.
Celin pergi dari ruangan itu dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengangkat telvonnya.
"hallo...ada apa kak"tanya celin.
"lama banget sih kamu"bentak haidar
"nii orang ngapain sih marah marah muluk...kayak orang pms aj"gumam celin dalam hati.
"iya maf kak...tafi baru kerja"jawab celin.
"mamah ku dateng mau ketemu kamu... jangan pernah bicara macam macam sama mamah...awas aja kalo berani ngadu"ancam haidar.
"maksud kakak apa...?"tanya celin.
"jangan ngomongin yang jelek jelek tentang aku"kata haidr di sebrang telvon.
"ya terserah aku dong kak...aku yang di tanya dan aku yang jawab.. aku mau jawab apa ktu terserah.... lagian aku nggak mau bohong"jawab celin.
"kamu"teriak haidar di sebrang telvon menahan emosinya.
Haidar lantas mematikan sambungan telvonnya secara sepihak.
"makin hari makin ngeselin aja ni anak...ahh udah lah serah...persetan dengan semua ini"umpat haidar.
Sementara celin justru terswnyum karena bisa memancing emosi haidar.
"suka banget dia marah marah gitu... lagian apa yang ada di otaknya itu cuma keburukan gue... sampe sampe hal kayak gini aja gue harus di kasih tau dulu..gue juga nggak mungkin ceritain masalah gue ke orang luar sekalipun itu orang tua gue...yang ada gue yang malu sendiri"gumam celin kemudian kembali ke meja kerjanya.
***Trimakasih buat yang sudah mampir ke novel ini. Jangan lupa tinggalkan like, komen serta vote kalian di sini ya. Dukungan kalian menjadi motivasi author untuk terus mengembangkan imajinasi khayalan author***