Aku Masuk Ke Tubuh Wanita Jahat

Pertemuan siang itu dibatalkan oleh Shen Liang karena ada urusan mendesak di luar kediaman. Pesan singkat itu disampaikan melalui Xiaohe yang datang tergesa-gesa ke paviliun belakang.

"Nyonya, Tuan Muda berpesan bahwa pertemuan siang ini ditunda. Beliau harus segera pergi," kata Xiaohe sambil mengatur napas.

Yue Lan mengangguk pelan, namun sesuatu dalam instingnya berbisik, ada sesuatu yang tidak beres. Selama berminggu-minggu terakhir, ia mulai memahami pola kehidupan di kediaman Shen. Shen Liang jarang sekali mendapat urusan di luar kediaman, kecuali jika ada sesuatu yang penting... atau berbahaya.

Sepertinya cerita mulai bergeser lagi... batin Yue Lan, merasakan kegelisahan yang sama seperti saat ia pertama kali menyelidiki kasus Meirong.

Tanpa banyak berpikir, ia bangkit dari tempat duduknya. "Xiaohe, ambilkan jubah luarku yang tebal."

"Nyonya? Untuk apa?" Xiaohe terkejut.

"Aku mau ikut."

"Tapi...."

"Cepat!"

Xiaohe tidak berani membantah lagi. Dalam hitungan menit, Yue Lan sudah mengenakan jubah biru tua dan berlari kecil menuju halaman depan paviliun. Dari kejauhan, ia melihat Shen Liang baru saja menaiki kereta kuda dengan wajah yang tampak lebih tegang dari biasanya.

Yue Lan mempercepat langkahnya. Tepat sebelum kusir memukul cambuk, ia melompat naik ke kereta kuda tanpa permisi, membuat seluruh kereta sedikit bergoyang.

"Yan Ruyin!"

Shen Liang terkejut, tubuhnya menegang. Matanya yang biasanya dingin kini melebar, menatap istri yang tiba-tiba duduk di hadapannya dengan napas terengah-engah.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Shen Liang, suaranya rendah tapi penuh keterkejutan. Ia bahkan lupa menutup tirai kereta yang masih terbuka.

Yue Lan merapikan napasnya, lalu tersenyum tipis sambil menatap mata suaminya dengan penuh tekad. "Aku mau menemani suamiku."

Shen Liang terdiam sejenak, seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Menemani? Kau tahu kemana aku akan pergi?"

"Tidak," jawab Yue Lan jujur. "Tapi itu tidak penting."

"Tidak penting?" Shen Liang mengerutkan dahi. "Yan Ruyin, ini bukan...."

"Kali ini, aku ingin menemani suamiku melakukan tugas dinasnya," potong Yue Lan dengan nada tegas namun lembut. "Bukankah itu yang seharusnya dilakukan seorang istri?"

Shen Liang menatapnya dalam diam. Ekspresinya sulit dibaca antara terkejut, bingung, dan... sesuatu yang lebih lembut. Ia terbiasa dengan Yan Ruyin yang lama wanita yang tidak pernah peduli kemana ia pergi, bahkan tidak pernah bertanya. Wanita yang lebih suka menghabiskan waktu berdandan atau menggoda pria lain.

Namun wanita di hadapannya ini... berbeda. Sangat berbeda.

"Kau..." Shen Liang membuka mulut, tapi sepertinya tidak tahu harus berkata apa.

Yue Lan mengambil kesempatan itu. "Aku tahu kau tidak terbiasa denganku yang seperti ini. Aku juga tahu kau masih meragukan perubahanku." Ia menundukkan kepala sedikit. "Tapi biarkan aku membuktikannya, Shen Liang. Biarkan aku berada di sisimu bukan hanya saat kau di rumah, tapi juga saat kau menghadapi dunia luar."

Kesunyian menyelimuti kereta kuda. Bahkan kusir di luar tampak menahan napas, tidak berani bergerak.

Shen Liang akhirnya menarik napas panjang. "Urusan kali ini... tidak mudah," katanya pelan. "Ayah menyuruhku bertemu dengan pedagang kain dari utara untuk membahas kontrak kerjasama. Shen Wei seharusnya yang pergi, tapi setelah kejadian kemarin, Ayah memberikan kesempatan ini padaku."

Yue Lan menangkap nada kekhawatiran dalam suara Shen Liang. Ini adalah ujian kesempatan bagi Shen Liang untuk membuktikan dirinya di hadapan ayahnya, sekaligus risiko besar jika gagal.

"Kalau begitu, aku harus ikut," kata Yue Lan dengan mantap. "Aku mungkin tidak mengerti politik bisnis keluarga Shen, tapi aku bisa belajar. Dan mungkin... aku bisa membantu."

Shen Liang menatapnya dengan pandangan yang sulit dijelaskan campuran antara skeptis dan... harapan. "Kau yakin?"

"Sangat yakin."

Setelah beberapa saat, Shen Liang akhirnya mengangguk pelan. Ia menutup tirai kereta dan mengetuk dinding kayu sebagai tanda bagi kusir untuk berangkat.

Kereta kuda mulai bergerak, meninggalkan kediaman Shen yang megah menuju jalan berbatu yang mengarah ke pusat kota.

Yue Lan menatap keluar melalui celah tirai, melihat pemandangan yang asing namun indah. Ini adalah pertama kalinya ia benar-benar keluar dari kediaman sejak terjebak dalam tubuh Yan Ruyin.

"Yan Ruyin."

Suara Shen Liang membuatnya menoleh.

"Jika ada hal yang tidak pantas terjadi nanti, jangan bicara. Biarkan aku yang menangani," kata Shen Liang dengan nada serius. "Dunia di luar kediaman... tidak sebaik yang kau bayangkan. Terutama untuk wanita dengan reputasi seperti..."

Ia tidak melanjutkan kalimatnya, tapi Yue Lan tahu apa yang ingin ia katakan. Reputasi seperti Yan Ruyin yang lama.

"Aku mengerti," jawab Yue Lan tenang. "Aku akan berhati-hati."

Shen Liang mengangguk, lalu kembali menatap keluar jendela dengan ekspresi yang penuh dengan pikiran.

Namun Yue Lan menangkap sesuatu dalam sekejap, ia melihat sudut bibir Shen Liang terangkat sedikit. Senyum yang sangat tipis, nyaris tidak terlihat.

Tapi itu sudah cukup untuk membuat hati Yue Lan menghangat.

Dia... tidak menolakku.

Kereta kuda terus melaju, membawa mereka berdua menuju pertemuan yang akan mengubah banyak hal.

Dan Yue Lan, tanpa sadar, baru saja membuat keputusan yang akan membawanya lebih dalam ke dalam kehidupan Shen Liang dan semua bahaya yang mengintai di dalamnya.

BERSAMBUNG