Dunia hiburan jadi tempatnya bermain, ia lah pekerja di belakang layar suksesnya penampilan para artisnya. Orang yang mengorganisir segala sesuatu agar tertata dengan indah dan rapi, orang yang di tuntut untuk sempurna agar menyempurnakan artisnya. Artisnya yang salah, ia yang bertanggung jawab.
Helena Cady, wanita ceria 28 tahun yang sejak awal usia 20an sudah bergabung dengan Huge Ent, sebuah agensi hiburan besar di Mithnite, dalam waktu lima tahun ia berhasil menjabat sebagai manager seorang artis besar yang dinaungi oleh Huge Ent.
Dan ia tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi pemecah hubungan baik, antara member kakak dan adik di sebuah boy grup terkenal NEMESIS, yang terdiri dari 5 orang pria tampan. Helena terjebak cinta segitiga diantara dua member Nemesis dan semua kerumitan di dalamnya.
🍁🍁
Yuk, kepoin yeorobun 💜
Borahae 💜💜
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dijaga Theo
Pemulihannya ia lakukan di rumah Yogie, tidak menyewa tenaga kerja dari luar, mereka semua bergantian mengurus Helena. Terutama pasti Yogie yang selalu berusaha bekerja dari rumah, lalu bergantian dengan Kris, Clara, atau Juna. Selain itu para member juga rajin berkunjung, satu yang paling rajin, yang pantang menyerah, yang terus maju, meski selalu dicueki, Theodore.
Yogie merasa sangat terganggu ketika Theo datang, meski Helena menanggapinya biasa saja. Yogie tahu segalanya.
Pov Yogie :
Hari dimana gua mindahin barang-barangnya dia ke rumah gua, mas Juna ngomelin gua habis-habisan, katanya kalau begini bisa dituntut lah, bisa di penjara bla bla bla, gua tetep santai, tetap diam. Bodo amat dengan semua ocehannya tentang kriminal karena nerobos rumah Helena tanpa izin.
Semua kita kerjain berdua, sampai semua isi kamarnya kosong. Setelah semua barangnya itu sampai didepan rumah gua dengan nyewa sebuah truk, mas Juna kabur gitu aja. Ogah bantuin gua lagi. Ya mau gimana lagi, gua sendiri lah yang bawa masuk dan menata kamar buat Helena.
Waktu mindahin box-box yang berisi buku-buku, kayaknya box nya itu kepenuhan dan beberapa buku jatuh, ada satu yang lain dari yang lain, dari semua nya yang buku bacaan ada sebuah buku tulis spiral biasa, udah usang bahkan kayaknya itu kena noda kopi. Covernya aja udah nyita perhatian gua banget, ada inisial didepannya YC HC, entah karena gua kegeeran sekilas aja gua manjangin singkatan itu otodidak, Yogie Christoper Helena Cady. Yogie Christopher itu nama asli gua selain Yogie Nemesis sebagai nama panggung gua.
Dan jreng....
Lembar selanjutnya buat gua pengen guling-guling di pojokan dan teriak, "MAMAAA... ANAKMU JADI NIKAH.... "
Bayangin gimana berbunga nya hati gua cok, ternyata dia jatuh cinta duluan disaat bentukan gua masih kayak jamet, disaat gua belum kenal dia sama sekali tapi dia udah bikin gua jadi bahan lirikan dia setiap hari.
Sejak saat itu rasa yang gua punya sejak lima tahun lalu kian besar, dan begitulah semuanya terjadi, syok dikala tahu Theo adalah pacarnya dia dua tahun belakangan, gua mulai melupa karena dia terus perhatian ke gua dan gak peduli Theo sama sekali.
Sampai suatu hari, gua ngga sengaja denger dia ngigo kenceng banget, gua kira dia takut petir karena memang saat itu hujan deras di luar. Gua masuk ke kamarnya dan bener aja gua nemuin dia masih tidur tapi nangis sesegukan.
Gua mendekat dan berusaha bangunin dia. Dia menggigil tapi bukan karena sakit, AC kamarnya di atur terlalu dingin. Entah dorongan dari mana gua se lancang itu masuk ke selimutnya. Ketika gua udah masuk spontan dia meluk gua. Ngga bisa gua jelasin gimana darah gua berdesir kala itu.
"Theo... Hiks... "
Dia nangis, dan sejak saat itu gua tahu gua bukan orang yang gantiin Theo. Theo belum bisa di geser dari hatinya, meski itu anak setan udah nyakitin dia se sakit itu, dia masih nyebut nama syaland itu bahkan di mimpinya.
Kita yang se dekat ini, kelihatan se nyaman ini, kita udah pernah ciuman sekali, ciuman pertama gua yang gua kasih sama wanita yang hatinya bukan buat gua. Gua setiap hari meluk wanita ini dari belakang ketika lagi masak di dapur, bahkan dia juga ngga segan segan nyergap gua kayak macan nyergap mangsanya, terus gelayutan kayak monyet kurang kerjaan di punggung gua.
Gua bahagia.
Bahkan disaat gua tahu itu semua hanya kebiasaan dia, bukan dari hati. Gua senang. Sedih gua terlupa disaat dia udah manggil gua "kak Yogie... Ayang... Mas... Paket... " gua baper mentok. Gua adalah orang pertama yang dia sukai, tapi itu 8 tahun lalu, sekarang...? Jelas bukan gua lagi.
Meski gua tersakiti dengan fakta itu, tapi gua tetep ngga rela ngelepas dia kalau itu buat Theo. Selain salahnya besar, dia adik gua. Gua cuma menikmati waktu yang mungkin ini detik-detik terakhir gua bersama wanita cantik baik hati ini, sebelum dia menentukan pilihannya sendiri. Tapi dia nganggep gua apa? Friendzone? Selingkuhan? Ah dia ngga punya pacar, ngga mungkin gua selingkuhan, tapi dibanding dia nganggep gua kakak nya gua lebih baik dianggap selingkuhan, berarti rasa dia ke gua normal, rasa ke lawan jenis bukan keluarganya.
Ah Helena...
🌵
Helena masih menggunakan arm slingnya, ia agak kesusahan makan tapi berusaha melakukan semuanya sendirian. Se minimal mungkin ia meminta bantuan untuk melakukan apapun. Sialnya yang patah adalah baju kanannya, otomatis tangan tangannya belum bisa ia gunakan, melakukan segala hal dengan tangan kiri agak sulit juga tentunya.
Hari ini giliran Theo yang menjaganya di rumah karena semua orang punya jadwal masing-masing, meski sudah berulang kali Helena katakan ia sudah baik-baik saja dan bisa melakukan apapun sendirian, tidak ada yang mendengarkannya. Diam-diam ia melirik jam di dinding sudah lewat 30 menit, biasanya Theo muncul tepat waktu.
Drrrt... Drrrttt...
"Anjir... ", kaget Helena karena ponselnya bergetar sangat keras di permukaan meja kayu itu.
"Pfftt... ", tawa sangat lirih dari balik tembok, yang sudah memperhatikan tingkah Helena sejak 30 menit yang lalu.
Helena hanya memperhatikan ponselnya yang terus bergetar itu, nomor tak bernama membuat. Belajar dari yang sudah-sudah ia parno duluan, takut ini adalah fans gila jilid dua atau semacamnya. Tapi tetap saja ia penasaran itu siapa, takutnya itu telepon penting dari agensi yang mau berkerja sama, karena ber skandal atau tidak, sedang sakit atau tidak, ia tetaplah seorang manajer.
📞 Helena : Ha - halo...
nadanya ragu sekali.
📞... : Heh... Lu mentang-mentang pacaran sama artis sombong lu.
📞 Helena : K-Khano?
Netra Helena membulat sempurna mengganti mode panggilan itu menjadi telepon video dan mengaktifkan loudspeaker.
🎥 Helena : Aaaa.... Elkhano.... Akh... Aduh...
🎥 Khano : Eh... Bahu lu belum bener, jangan barbar lu...
🎥 Helena : Kok lu tahu bahu gua sakit?
🎥 Khano : Elu turun dari ambulance, babak belur, sampe bahu lu di bedah, itu ada gua Helena. Gua dokter nya elu.
🎥 Helena : Beneran? Wihhh tumpengan bisa kali...
🎥 Khano : Gua serius lu becandain
🎥 Helena : Culik gua sekarang bisa kali baang, gua bosen di kurung terus.
🎥 Khano : Ngga mau ah, cowo lu serem, salah salah dikit satu dunia nge bully gua
🎥 Helena : Lu tahu cowo gua?
🎥 Khano : Baru tahu beberapa bulan lalu, kalo aja bukan muka lu yang keluar, gua ngga bakal kenal itu cowo.
🎥 Helena : Stop, ngga penting. Lu jadi jemput gua ngga.
🎥 Khano : Ngga... Baru seminggu Helena, baru seminggu. Itu tulang lu nyatu nya delapan minggu, dua bulan, paham lu.
🎥 Helena : Sok tahu lu
🎥 Khano : GUA DOKTER LU MUSANG...
🎥 Helena : Bodo.
🎥 Khano : Istirahat aja ya, seminggu lagi deh, seminggu lagi gua culik lu.
🎥 Helena : Beneran ya, gua tunggu. Kalo ngga gua sebarin aib lu sama Anna, mampusss lu di bully tujuh turunan.
🎥 Khano : HEL...
Bip, lalu wanita yang patah tulang selangka itu terkekeh sendirian menatap ponselnya.
"Udah telponnya?". suara yang datang dari sudut lain.
Deg
"Kemana aja jir dari tadi gua tungguin sampe gua sedih sendiri."batinnya menatap datar Theo.
"Kamu bosen ya? Mau keluar? Ayo."
"Ngga." jawabnya pendek dan langsung berlalu dari hadapan Theo.
"Sayang.... Kok gitu... ", rengek Theo mengikutinya dari belakang.
Grep... Ia langsung menggandeng tangan Helena yang satunya.
"Apa sih? Awas... Aku ngantuk, mau tidur."
"Kamu bisa tidur di mobil sayang, ayo."
Dengan sangat tidak terpaksa sebenarnya Helena ikut dan masuk ke dalam mobil Theo, ia senang tapi wajahnya harus tetap konsisten kan? Ia tetap memasang datar raut wajahnya meski hatinya sumringah parah. Theo tetap pemenangnya, tapi ia lebih baik memendamnya sendirian.
Tanpa ia sadari akhirnya ia tertidur, Theo tersenyum melihat kesayangannya itu. Meski yang mereka jalani sekarang tidak lah asli, selama orang itu adalah Helena ia akan baik-baik saja, ia dengan senang hati melakoninya. Ia hanya mengendarai mobil yang berkaca film hitam itu keliling kota, mengitari beberapa tempat yang dulu pernah mereka datangi dan berhenti didepan sebuah parkiran toserba yang sepi.
Drrt...
.
.
Setelah kejadian mengerikan yang membuatnya juga tidak tidur dengan tenang itu, sekarang ia agak lega, ternyata kesayangannya ini cukup tangguh, ia mengenakan arm sling dan beberapa luka kecil di wajahnya hampir pudar.
Jika diberi kesempatan untuk menebus semua, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu, jika tidak diberi pun ia akan terus maju, menghantam Yogie atau jenis manusia lainnya yang masuk ke dalam kisahnya dengan Helena.
Tidak lama setelahnya, Helena menggeliat dan mulai membuka mata, disampingnya sudah ada pria tampan kesayangannya tersenyum lebar.
"Enak tidurnya sayang?".
Tidak menjawab apapun, ia malah mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan mencari handphonenya.
"Handphone aku mana?".
"Ini."
"Sini."
"Ga."
"Theo... ".
"Emangnya mau ngapain?".
"Ngabarin Ka Yogie lah, dia pasti udah pulang. Dia pasti kecarian. Sini handphonenya, dia mudah overthinking, sini." masih menyodorkan tangan kirinya.
"Kenapa kamu jadi segitunya sayang? Kamu ingat ngga? Ditengah paniknya kamu waktu kecelakaan itu nama aku satu-satunya yang kamu teriakin, sampai kamu bener-bener ngga sadar kamu masih manggil aku. Aku jadi tahu perasaan kamu yang sebenernya, kenapa kamu bohong sekarang?".
Deg
Helena diam. Ia ingat. Ia masih ingat kala paniknya itu ia meneriakkan nama Theo, dan entah kenapa juga. Bagaimana Theo bisa tahu?
"Ayo pulang."
Theo tidak menjawab lagi, langsung menjalankan mobilnya. Tidak mendebat lagi, ia diam, ekspresinya datar. Ada tiga jalur yang akan mereka lewati, jalur kiri itu jalan ke rumahnya Theo, tengah itu ke rumahnya Yogie, dan yang kanan itu menuju apartemennya dahulu. Tapi, Theo mengambil jalur yang paling kiri.
"Kenapa kita lewat sini? Aku kan mintanya pulang."
Tidak dijawab. Theo hanya menatap tajam jalanan, dan melakukan mobilnya dengan tenang.
"Theo... "
.
.
.
TBC... 🌵