Liana menantu dikeluarga yang cukup berada tapi dia dipandang rendah oleh mertuanya sendiri. Mahendra suaminya hanya bisa tunduk pada ibunya, Liana dianggap saingan bukan anak menantu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon citra priskilai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ibu Hindun pamer
Mahendra sampai rumah dengan membonceng ibu Hindun, mereka berdua dari pasar dan seperti yang Liana dengar ibu hindun menjual semua perhiasan ya untuk merenovasi rumahnya. Mahendra sengaja hari ini tidak bekerja karena menemani ibu Hindun ke pasar dan langsung menuju bank.
Heranya lagi meski dari pasar jual emas dapat uang banyak ibu Hindun tidak berfikir sedikitpun untuk membeli kebutuhan dapur. Bahkan hanya membelikan makan siang pada Mahendra itu saja cuman sebatas warteg pinggir jalan. Dan memang ibu Hindun sangat perhitungan dengan uang nya, Dion yang doyan banget makan jajan warung juga gak kepikir sama sekali.
Karena Mahendra tidak kerja hari ini, dia pun pergi tidur siang dan bangun sampai hampir waktu Ashar. Karena merasa lapar bangun tidur Mahendra menuju dapur dan tidak didapatinya makanan, hanya adanasi di penanak nasi.
Mahendra ingat kalau Liana pulang dari toko, dia yang akan belanja dan memasak untuk makan malam, tapi sayangnya Mahendra tidak tahu kalau Liana tidak akan memasak makan malam untuk hari ini. Karena Dion dan Liana sudah ditraktir sampai perut mereka kenyang, mas Seno bahkan mengajak Liana dan Dion makan dan jajan lebih dari lima toko makanan.
Mahendra tidak menyadari bahwa Liana istrinya telah diinginkan orang lain yaitu mas Seno. Liana selalu tersenyum manis ketika bersama mas Seno, kenyamanan dan kehangatan seorang pria telah dirasakan ya melalui mas Seno. Bukan karena dia banyak uang atau pebisnis handal, tapi memang sifat alaminya mas Seno sebagai lelaki. Mungkin bisa dikatakan kalau lelaki jatuh cinta akan melakukan yang terbaik untuk wanitanya.
Liana pun pulang dan mas Seno hanya mengiring sepeda motor milik Liana dari belakang, setelah Liana berbelok dan masuk rumah mas Seno pun pergi dengan mobil Ferrari nya.
"Lihat siapa tu yang datang"
Ketus ibu Hindun sambil membawa lauk dalam mangkok besar.
Liana hanya bisa diam, bukan tidak bisa melawan perkataan ibu Hindun yang selalu menohok. Tapi nanti dikatai menantu durhaka, Liana hanya senyum sinis pada Mahendra. Menandakan bahwa seolah olah Liana mengatai suaminya
"Dasar lelaki pecundang"
Liana berkata dalam hati.
Diamnya Liana bukan tanpa alasan, karena Liana nantinya ingin meninggalkan rumah ini dengan kesan yang baik pula. Karena dulu ayah ibu Liana mengantarkan Liana ke pelukan Mahendra dengan segala hormat. Dan lagi Liana tidak ingin membuat orang tuanya malu dan beranggapan bahwa Liana tidak dididik dengan baik oleh orang tuanya.
Liana sudah merasa tidak ada yang beres dengan perkataan ibu Hindun, hanya mengangkat kaki satu langkah saja ibu Hindun sudah nyerocos tanpa kendali
"Enak ya tiap hari cuma jaga toko"
"Emang toko yang kamu tungguin itu punya hasil"
"Palingan bisa buat beli bakso doang"
"Nih,, lihat sebentar lagi ibu dan Mahendra akan merenovasi rumah ini"
''Kamu nggak bakalan bisa ngasilin uang seratus juta kayak ibu"
"Yang kamu hasilkan dari tokomu itukan cuman tai anjing"
Liana hanya melirik ibu Hindun dengan amarah, Liana masih bisa sabar kalau hanya dirinya yang diremehkan. Liana dan Dion langsung pergi dari hadapan ibu Hindun dan Mahendra.
Liana berada dalam kamar dan menangis, bahkan sejatinya Mahendra sudah tahu kalau perkataan ibunya menyakiti Liana tapi Mahendra hanya diam saja. Tidak membela Liana sepatah kata pun, Liana hanya berguman dalam bibirnya dan tidak ada Sura yang keluar dalam mulutnya.
"Ampuni aku Ya Allah"...
Hanya itu yang dikatakan Liana, karena Liana tahu betul. Menganggap suami seorang pecundang adalah dosa besar. Tapi Mahendra juga melupakan kewajiban dan tanggung jawab sebagai suami untuk membahagiakan Dion dan Liana.
Terimakasih