NovelToon NovelToon
PORTAL AJAIB DI MESIN CUCIKU

PORTAL AJAIB DI MESIN CUCIKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Ruang Ajaib / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama / Time Travel
Popularitas:449
Nilai: 5
Nama Author: Black _Pen2024

#ruang ajaib

Cinta antara dunia tidak terpisahkan.

Ketika Xiao Kim tersedot melalui mesin cucinya ke era Dinasti kuno, ia bertemu dengan Jenderal Xian yang terluka, 'Dewa Perang' yang kejam.

Dengan berbekal sebotol antibiotik dan cermin yang menunjukkan masa depan, yang tidak sengaja dia bawa ditangannya saat itu, gadis laundry ini menjadi mata rahasia sang jenderal.

Namun, intrik di istana jauh lebih mematikan daripada medan perang. Mampukah seorang gadis dari masa depan melawan ambisi permaisuri dan bangsawan untuk mengamankan kekasihnya dan seluruh kekaisaran, sebelum Mesin Cuci Ajaib itu menariknya kembali untuk selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 INVESTIGASI RACUN LAUNDRY

Darah mengalir deras dari lengan Kim, membeku di permukaan baju katunnya yang kering. Bibi Wu berdiri di depan dia dengan senyum kejam, belati yang berdarah masih terangkat. “Kamu tidak akan pernah keluar dari sini hidup-hidup, penyihir laundry!” jeritnya, matanya membara dengan amarah. “Permaisuri Hwang akan membalas dendam atas apa yang kamu lakukan—kamu akan dibakar hidup-hidup sebagai penyihir!”

Pelayan Cho berdiri di sudut kamar, tubuhnya gemetar, tangannya menutupi mulutnya untuk mencegah teriak lagi. Kim melihat cincin Xian di jari tangannya yang terasa hangat, berkedip dengan cahaya lembut yang hanya dia bisa lihat. Itu adalah tanda: dia harus bertahan sampai bantuan tiba.

“Kamu salah, Bibi Wu,” kata Kim dengan suara yang tetap tenang meskipun sakitnya menyengat. “Saya tidak mencuri racun—saya hanya mengambilnya untuk membuktikan kejahatanmu dan Selir Mei. Semua ini akan terungkap, dan Permaisuri Hwang tidak akan bisa melindungi kamu lagi.”

Bibi Wu menggeram, mengangkat belati lebih tinggi. “Kata-kata kosong!” serunya. “Sekarang, berikan kembali kantong racun itu, atau aku akan menyiksa mu sebelum membunuh!”

Sebelum dia bisa menyerang lagi, bunyi tendangan keras mengguncang pintu laci kamar. “Bibi Wu! Buka pintu sekarang!” suara Letnan He terdengar dari luar, penuh kekerasan.

Bibi Wu terkejut, kepalanya berbalik ke arah pintu. Itu adalah kesempatan yang Kim tunggu-tunggu. Dia melemparkan tas kecil yang berisi kantong racun ke arah Cho, berteriak: “Simpan itu dengan baik, Cho! Ini adalah bukti kita!” Kemudian, dia melompat ke arah Bibi Wu, menendang kaki dia sehingga belati terlepas dari genggaman.

Pintu laci terpecah, dan Letnan He memasuki kamar bersama dua prajurit. Dia melihat Kim yang berdarah dan Bibi Wu yang terjatuh di lantai, kemudian langsung menangkap Bibi Wu dengan tangan kaku. “Kamu ditangkap atas tuduhan meracun Selir Yen dan menyerang Nyonya Kim,” katanya dengan tegas. “Kamu akan dibawa ke pengadilan istana untuk diadili.”

Bibi Wu berteriak dan berkelahi, tetapi prajuritnya dengan mudah menahan dia. “Ini kebohongan! Penyihir itu yang mencuri dan memanipulasi segalanya!” jeritnya, memalingkan wajah ke arah Kim. “Permaisuri Hwang akan membunuhmu semua!”

Letnan He mengarahkan prajuritnya untuk membawa Bibi Wu keluar, kemudian mendekati Kim yang sedang didekati Cho. “Apakah kamu baik-baik saja, Nyonya Kim?” tanya dia dengan khawatiran.

Kim mengangguk, menyentuh luka di lengannya. “Cukup baik. Dan kita punya bukti—kantong racun yang diberikan Selir Mei kepada Bibi Wu.”

Cho memberikan tas kecil kembali ke Kim, wajahnya masih penuh ketakutan. “Maaf, Nona Kim,” ujarnya dengan bisikan. “Aku takut dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aku tidak berniat menuduhmu.”

“Tidak apa-apa, Cho,” jawab Kim dengan ramah. “Kamu hanya terkejut. Sekarang, kamu harus berhati-hati—orang-orang mereka tidak akan berhenti mencari bukti ini.”

Setelah itu, Letnan He membawa Kim kembali ke paviliun cuci. Di jalan, mereka melihat Selir Yen yang sedang berjalan dengan pelayan, wajahnya cerah dan penuh semangat—deterjen nano yang Kim gunakan semalaman telah bekerja dengan sempurna, membuatnya pulih sepenuhnya. Yen melihat Kim dan tersenyum, mengangguk sebagai tanda terima kasih. Kim juga tersenyum kembali, tetapi hatinya tetap penuh waspada—perjuangan belum berakhir.

Saat mereka tiba di paviliun cuci, Kim segera mengambil cermin saku ajaibnya dan membukanya. Ia ingin memantau aktivitas Selir Mei dan Permaisuri Hwang setelah penangkapan Bibi Wu. Cermin menyala, menampilkan visual waktu nyata dari kamar pribadi Selir Mei—suatu ruangan yang megah dengan perabotan mahal dan bunga mawar merah yang banyak. Mei berdiri di depan jendela, wajahnya marah dan kesal. Di sampingnya, seorang wanita tua yang mengenakan baju permaisuri berdiri dengan sikap tegas—itu adalah Permaisuri Hwang.

“Bagaimana bisa Bibi Wu gagal lagi?” tanya Permaisuri Hwang dengan suara yang dingin. “Kamu mengatakan dia akan menangani penyihir itu dan menyelesaikan Selir Yen sekali untuk semua!”

Selir Mei menggigit bibirnya, matanya penuh kecewa. “Maaf, Ibu Permaisuri. Bibi Wu mengatakan penyihir itu menggunakan metode pencucian aneh yang dia tidak mengerti—dia berhasil menghilangkan racun Jintan sebelum bisa mencapai Selir Yen. Dan sekarang, dia ditangkap.”

“Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi,” kata Permaisuri Hwang. “Jika Bibi Wu membocorkan rahasia kita, semua akan terungkap. Kita harus mengambil tindakan cepat—hapus bukti dan pastikan penyihir itu tidak bisa bicara lagi.”

Selir Mei mengangguk, wajahnya menjadi kejam. “Aku akan menangani itu, Ibu. Aku akan mengirim orangku ke paviliun cuci untuk mencari bukti yang mungkin dimiliki penyihir itu. Dan jika dia masih memiliki kantong racun, aku akan mengambilnya dan membunuhnya.”

Kim menyimpulkan cermin, hatinya berdebar kencang. Dia tahu ia harus berhati-hati—Selir Mei akan segera mengirim orangnya untuk mencari bukti. Ia tidak bisa langsung menuduh Mei dan Hwang tanpa bukti yang lebih kuat, terutama karena cermin saku ajaibnya tidak bisa digunakan sebagai bukti di pengadilan istana. Dia harus bersabar, mengumpulkan bukti lebih banyak, dan beroperasi dalam bayangan seperti agen ganda.

Ia memutuskan untuk kembali ke kamar Bibi Wu yang telah dikunci oleh Letnan He. Mungkin ada bukti lain yang tersembunyi di sana—catatan, surat, atau barang lain yang bisa menghubungkan Mei dan Hwang ke kejahatan. Dengan bantuan Jemala sensor yang dipasang di lehernya, Kim menemukan jalan menuju area terlarang di mana kamar Bibi Wu berada. Jemala sensor menampilkan peta area dan memberi tahu dia jika ada orang lain di dekatnya.

Saat dia tiba di depan kamar Bibi Wu, ia melihat pintu sudah dikunci lagi. Tapi dengan pengetahuannya tentang mekanisme kunci dari dunia modern, ia berhasil membukanya dengan mudah menggunakan sepotong bambu yang diubah menjadi alat pembuka kunci sederhana. Ia memasuki kamar dan mulai mencari dengan hati-hati.

Di lemari baju, ia menemukan beberapa baju biasa dan perhiasan sederhana. Di mejanya, ada tumpukan kertas yang berisi catatan tentang cucian pakaian istana—namun tidak ada yang menunjukkan hubungan dengan Mei atau Hwang. Ia terus mencari, sampai matanya tertuju pada tumpukan cucian yang terlantar di sudut kamar—pakaian yang belum dicuci, termasuk beberapa baju yang milik pelayan.

Kim mendekati tumpukan cucian dan memeriksanya satu per satu. Saat ia menggali lebih dalam, tangannya menyentuh sesuatu yang kecil dan bulu-bulu—sebuah kantong beludru kecil yang berwarna hitam, berbeda dari kantong ungu yang dia temukan sebelumnya. Ia membukanya dengan hati-hati dan melihat bubuk halus berwarna hijau tua di dalamnya. Dengan cepat, ia mengeluarkan gadget detektor dari saku dan mengarahkannya ke bubuk—layar menyala dengan warna merah terang, menunjukkan bahwa itu adalah racun yang lebih kuat dari sebelumnya.

Ini adalah bukti baru! Kim menyimpan kantong beludru ke dalam tasnya, merasa lega. Tapi saat dia ingin keluar dari kamar, dia mendengar suara langkah di luar pintu. Dia cepat bersembunyi di balik lemari baju, memegang napasnya.

Pintu terbuka, dan Selir Mei memasuki kamar bersama dua orang pria berpakaian hitam. Mei melihat tumpukan cucian yang telah diacak dan wajahnya menjadi curiga. “Cari di mana-mana,” katanya kepada orangnya. “Penyihir itu pasti telah berada di sini dan mengambil bukti. Kita harus menemukan apa yang dia ambil.”

Orang-orang Mei mulai mencari di kamar, memeriksa setiap sudut. Kim menyembunyikan diri dengan baik di balik lemari, memanfaatkan Jemala sensor yang memberi tahu dia posisi setiap orang. Saat salah satu orang mendekati lemari, Kim cepat melompat keluar, menyebarkan deterjen ultra-konsentrat yang menyengat mata ke wajah mereka.

“Au! Mataku!” jerit orang itu, menjatuh ke lantai.

Selir Mei terkejut, memalingkan wajah dari deterjen. “Siapa di sana?” serunya, mengeluarkan pisau kecil dari saku.

Kim muncul dari balik lemari, wajahnya tenang. “Hanya aku, Selir Mei,” katanya. “Kamu mencari ini?” dia mengangkat tasnya yang berisi kantong racun.

Mei melihat tasnya dan matanya membara dengan amarah. “Berikan itu padaku, penyihir!” jeritnya. “Atau aku akan membunuhmu sekarang!”

“Tidak mungkin,” jawab Kim. “Ini bukti kejahatanmu dan Permaisuri Hwang. Semua akan tahu apa yang kamu lakukan.”

Saat itu, bunyi sirine istana terdengar di kejauhan. Letnan He dan pasukannya telah tiba. Selir Mei menyadari situasi sudah tidak menguntungkan—dia tidak bisa mengambil bukti dan membunuh Kim dengan banyak prajurit di dekatnya. Dengan gerakan cepat, dia melemparkan pisau ke arah Kim, yang berhasil menghindar dengan sempit. Kemudian, dia melarikan diri melalui jendela kamar, meninggalkan orangnya yang masih kesulitan melihat karena deterjen.

Letnan He memasuki kamar dan mendekati Kim. “Apakah kamu baik-baik saja, Nyonya Kim?” tanya dia.

“Ya,” jawab Kim. “Dan aku punya bukti tambahan—racun baru yang milik Bibi Wu, yang pasti diberikan oleh Selir Mei.”

Saat mereka keluar dari kamar, Kim melihat Selir Mei yang sedang melarikan diri ke arah paviliun permaisuri. Dia tahu Mei akan memberitahu Hwang tentang apa yang terjadi, dan mereka akan mengambil tindakan lebih ekstrem. Tapi dia tidak takut—dia telah mengumpulkan bukti yang cukup untuk menuduh mereka, dan dengan bantuan Xian, dia akan memastikan keadilan ditegakkan.

Namun, di baliknya, seseorang melihatnya—seorang pelayan yang bekerja untuk Selir Mei yang berhasil menyembunyikan diri. Pelayan itu segera berlari untuk memberitahu Mei bahwa Kim telah menemukan kantong racun baru dan telah melihatnya. Mei menjadi curiga—dia tahu Kim bukan hanya pelayan biasa, dan dia akan menjadi ancaman yang lebih besar daripada yang dia kira sebelumnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!