Dihina dan direndahkan oleh keluarga kekasihnya sendiri, Candra Wijaya benar-benar putus asa. Kekasihnya itu bahkan berselingkuh di depan matanya dan hanya memanfaatkannya saja selama ini.
Siapa sangka, orang yang direndahkan sedemikian rupa itu ternyata adalah pewaris tunggal dari salah satu orang terkaya di negara Indonesia. Sempat diasingkan ke tempat terpencil, Candra akhirnya kembali ke tempat di mana seharusnya ia berada.
Fakta mengejutkan pun akhirnya terkuak, masa lalu kedua orang tuanya dan mengapa dirinya harus diasingkan membuat Candra Wijaya terpukul. Kembalinya sang pewaris ternyata bukan akhir dari segalanya. Ia harus mencari keberadaan ibu kandungnya dan melindungi wanita yang ia cintai dari manusia serakah yang ingin menguasai warisan yang ditinggalkan oleh orang tuanya.
Harta, Tahta dan Wanita "Kembalinya sang Pewaris. "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
"Ba-baik, Nyonya. Saya ke hotel sekarang juga," jawab Erlin segera menutup sambungan telepon dengan wajah pucat.
"Ada apa, Er?" tanya Candra, melihat perubahan raut wajah Erlin membuatnya khawatir.
"Nggak ko gak apa-apa. Nyonya cuma nyuruh aku balik ke hotel," jawab Erlin, melangkah menuju ruang utama dengan tergesa-gesa.
"Tunggu, Erlin. Tadi Rosalinda ngomong apa aja sama kamu?"
Erlin tidak menanggapi pertanyaan Candra. Segera meraih tas miliknya yang tergeletak begitu saja di atas meja, lalu melingkarkan di bahunya. Candra meraih pergelangan tangan Erlin yang hendak berjalan ke arah pintu dengan terburu-buru, menahan kepergiannya.
"Astaga, Erlin. Sebenarnya ada apa?" tanya Candra, menggenggam telapak tangan Erlin.
Wanita itu sontak menahan langkahnya. Berdiri tepat di depan Candra, menatapnya dengan senyum kecil. "Nggak ada apa-apa, Candra. Nyonya cuma nyuruh aku balik ke hotel."
"Iya, tapi kenapa? Apa ada masalah?"
"Nggak ada. Gak ada masalah apa-apa."
Candra menarik napas dalam-dalam, memandang wajah Erlin dengan lekat. Ia yakin ada yang aneh dengan perubahan sikap sang kekasih. Wajahnya pun nampak pucat dan ketakutan.
Erlin tersenyum ringan seraya menggenggam telapak tangan Candra. "Kamu tenang aja. Gak akan terjadi apa-apa sama aku, Candra. Aku baik-baik aja ko. Bukan bermaksud untuk sombong, tapi gini-gini juga aku jago bela diri. Kalau ada apa-apa, aku bisa melawan."
"Yakin, kamu akan baik-baik aja? Perasaan saya gak enak, Er. Saya takut kamu kenapa-napa."
"Aku pasti baik-baik aja. Percaya sama aku."
Candra memeluk tubuh Erlin dengan erat. "Kalau ada apa-apa, segera hubungi saya. Oke?"
Erlin mengangguk-anggukkan kepala, melingkarkan kedua tangan di punggung Candra. "Kamu tenang aja. Besok 'kan kamu mau ikut ke kota sama aku dan Nyonya Rosalinda."
Candra mengurai pelukan, menatap wajah Erlin dengan sayu. Bibirnya seketika mendarat di kening Erlin dengan lembut dan mata terpejam. Wanita itu sontak memejamkan kedua mata saat bibir Candra mendarat lembut di keningnya, hatinya bergetar, perasaan cintanya semakin dalam. Meski berat harus meninggalkan kekasihnya sendirian, tapi dirinya tetap harus pergi karena masih terikat pekerjaan dengan wanita bernama Rosalinda. Ya, meskipun dari nada bicara Rosalinda di dalam sambungan telepon terdengar aneh dan mencurigakan, ia berharap wanita paruh baya itu tidak mengetahui perihal hubungannya dengan Candra yang baru seumur jagung.
"Aku pergi sekarang, ya," ucap Erlin dengan lembut.
"Hati-hati di jalan. Hubungi saya ketika kamu udah sampai di sana dan jangan lupa kabari saya kalau ada sikap Rosalinda yang mencurigakan. Oke?"
Erlin mengangguk-anggukkan kepala seraya tersenyum ringan.
***
30 menit kemudian. Erlin berdiri di depan pintu hotel, menatap permukaan pintu dengan jantung berdebar kencang. Bagaimana jika Rosalinda mengetahui perihal hubungannya dengan Candra? Apakah dirinya akan baik-baik saja? Apa ia akan berakhir seperti ibu kandung Candra yang keberadaannya belum diketahui hingga saat ini?
Erlin memejamkan mata. "Ya Tuhan, lindungilah hamba-Mu yang lemah ini," gumamnya, kembali membuka kedua mata lalu mengetuk pintu hotel.
"Ini saya, Nyonya," serunya, sebelum akhirnya membuka pintu kemudian melangkah memasuki kamar dengan perasaan gugup.
Erlin kembali menutup pintu dengan pelan, bahkan hampir tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Memutar badan, menatap sekeliling kamar mewah bernuansa putih bersih itu. Kedua kakinya melangkah secara perlahan dengan perasaan sedikit ketakutan.
"Nyonya," serunya merasa heran karena Rosalinda tidak terlihat di mana pun.
"Nyonya ko gak ada di sini? Apa dia di kamar mandi, ya?" batinnya, menghentikan langkah tepat di tengah-tengah ruangan, lalu menoleh dan menatap ke arah pintu kamar mandi yang nampak tertutup rapat
Dugaannya benar ternyata. Tidak berselang lama, pintu kamar mandi pun dibuka dari dalam. Rosalinda yang mengenakan dress selutut berwarna hitam dengan rambut digerai memenuhi pundak, nampak keluar dari dalam sana. Erlin sontak berdiri tegap dengan perasaan gugup.
"Maaf, saya terlambat, Nyonya. Saya kejebak macet," ucap Erlin dengan senyum paksa.
Rosalinda melangkah mendekat, memandang wajah Erlin dengan tajam. "Hmm ... Aku kira cuma di Jakarta aja yang biasa macet," ucapnya dengan dingin lalu duduk di ujung ranjang dengan bersilang kaki, tepat di depan Erlin. "Gimana keadaan Candra? Apa ada gelagat dia yang mencurigakan?"
Erlin semakin gugup, telapak tangannya berkeringat. Tatapan mata Rosalinda terlihat berbeda dari biasanya. Tajam dan mengintimidasi. Apa mungkin majikannya itu sudah mencium aroma kebohongan yang ia sembunyikan? Batin Erlin mulai tertekan. Meskipun begitu, ia berusaha tetap bersikap tenang.
"Tidak, Nyonya. Menurut saya, tak ada yang mencurigakan dari sikap Candra. Hari ini dia mulai mempelajari pekerjaannya sebagai Direktur," jawabnya dengan wajah datar.
Rosalinda berdiri tegak, melangkah semakin mendekati Erlin masih dengan tatapan yang sama. "Hmm ... sebenarnya dia tak perlu bekerja terlalu keras seperti ini. Toh, setelah urusanku selesai, dia akan menemani Ibunya, untuk selamanya," jawabnya seraya tersenyum menyeringai.
"Ma-maksud Anda apa, Nyonya? Maaf, saya kurang paham," tanya Erlin, balas menatap wajah Rosalinda.
Bukannya menjawab pertanyaan Erlin, yang dilakukan oleh Rosalinda adalah berjalan memutari Erlin seraya menatap tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung rambut membuat Erlin semakin merasa gugup. Sikap majikannya itu benar-benar berubah, tidak seperti biasanya.
"Kamu tau 'kan aku percaya sekali sama kamu?" ucap Rosalinda dengan dingin, menghentikan langkah tepat di depan Erlin.
Erlin mengangguk-anggukkan kepala dengan wajah pucat. "I-iya, saya tau, Nyonya."
"Kalau kamu berani mengkhianati-ku atau berani membocorkan informasi penting tentang aku, maka bukan hanya kamu yang akan menanggung akibatnya, tapi Ayah, Ibu dan adik kamu pun akan mendapatkan konsekuensi atas perbuatan kamu, Erlin."
Erlin terdiam, pelipis wajahnya mulai berkeringat dingin, pun dengan telapak tangannya. Kedua matanya nampak terpejam sejenak seraya menarik napas dalam-dalam, lalu kembali menatap wajah Rosalinda dengan wajah tenang, lebih tepatnya berusaha bersikap setenang mungkin.
"Saya gak akan berani mengkhianati Anda, Nyonya," jawabnya, memandang lekat wajah Rosalinda. "Jika suatu saat saya melakukan kesalahan patal, saya mohon jangan libatkan keluarga saya dalam hal ini. Mereka tidak salah dan tidak tau apapun."
"Hahahaha ... kenapa kamu jadi tegang gini, Erlin? Astaga ... aku cuma bercanda," seru Rosalinda seketika tertawa nyaring, gelak tawanya bahkan membuat bulu kuduk Erlin merinding.
Erlin mengerutkan kening. "Ma-maksud Nyonya?"
"Hmm ... mulai hari ini, kamu gak akan kerja sendirian. Aku udah siapin teman baru buat kamu, dia akan jadi bawahan kamu dan kamu bebas memerintah dia sesuka hati kamu. Ya, istilahnya dia akan menjadi asisten kamu, Erlin," ucap Rosalinda dengan wajah santai tidak setegang sebelumnya.
"Hah? Eu ... gak usah, Nyonya. Saya udah biasa kerja sendiri," tolak Erlin seraya menggaruk kepalanya sendiri yang sebenarnya tidak terasa gatal.
"Nggak bisa begitu dong. Aku perhatikan, kamu kerepotan kerja sendirian, makannya aku siapkan asisten buat kamu. Tunggu aja, sebentar lagi dia sampai."
Di saat bersamaan, pintu pun di ketuk dari luar. Rosalinda dengan suara lantang memintanya untuk masuk ke dalam kamar. Erlin sontak menoleh dan menatap ke arah pintu yang perlahan mulai dibuka dari luar dan seorang wanita dengan stelan formal berwarna hitam melangkah memasuki kamar tersebut.
"Vi-Viona?" gumam Erlin dengan mata membulat, terkejut.
Bersambung ....
lh
sekarang ohhh ada yang sengaja niat
jahat menculik Candra jadi tukang sapu jadi viral bertemu orang tua nya yang
tajir melintir setelah hilang 29 th lalu
👍👍
jangan mendekati viona itu wanita
ga benar tapi kejam uang melayang
empat jt ga taunya menipumu Chan..😭