I Ketut Arjuna Wiwaha — atau Arjun, begitu orang-orang memanggilnya — pernah jatuh dalam perasaan yang salah. Cinta terlarang yang membuatnya kehilangan arah, membuat jiwanya hancur dalam diam.
Namun, saat ia hampir menyerah pada takdir, hadir seorang gadis bernama Saniscara, yang datang bukan hanya membawa senyum, tapi juga warna yang perlahan memperbaiki luka-lukanya.
Tapi apakah Saniscara benar-benar gadis yang tepat untuknya?
Atau justru Arjun yang harus belajar bahwa tidak semua yang indah bisa dimiliki?
Dia yang sempurna untuk diriku yang biasa.
— I Ketut Arjuna Wiwaha
Kisah cinta pemuda-pemudi Bali yang biasa terjadi di masyarakat.
Yuk mampir dulu kesini kalau mau tau tentang para pemuda-pemudi yang mengalami cinta terlarang, bukan soal perbedaan ekonomi tapi perbedaan kasta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23.
Juna sampai di depan restoran mewah di kawasan pariwisata, Pancali menyentuh bahu cowok itu dan masuk ke dalam restoran tersebut.
"Dewayu kita ngapain disini?" tanya Juna pada Pancali yang was was dengan gerakan-gerik gadis itu yang nantinya memesan makanan dan dia yang bayar kan malu ya masak cewek yang bayar.
"Kita ketemu clayen kita yang nawarin endorsan ke kita Jun." Girang Pancali, cowok itu mengangguk mengerti maksud dari gadis ini.
"Kita?"
"Iya kita... gak percaya ya nanti deh. Tunggu aja dia datang ya."
Juna setuju dengan gadis ini, gadis itu mengambil daftar menunya dan memberikannya ke Juna.
"Hari ini spesial Juna, kita di endorse dan seneng banget. Aku yang bayar nanti."
"Eh.. tapi ...."
"Gak ada penolakan Kak.." cowok itu menatap daftar menunya dan melebarkan bola matanya itu.
Dollar?
"Eh kak kebalik." Pancali membalikkan daftar menunya disisi lainnya. Terlihat harganya di atas tiga puluh ribu. Menangis lah dompet Juna.
Dua orang sejoli datang ke arah mereka dengan ramahnya mereka menyapanya.
"Eh Juna, ingat sama kakak?" tanya wanita itu yang bicara pada Juna kelihatannya bingung.
Juna menatap dalam-dalam dan tepat sekali ia mengingat gadis ini. Tentu saja dia adalah Kakak sepupunya.
"Ini Mbok Chandra, gak ingat dia kayaknya." pria itu terkekeh kecil melihat ekspresi wajah Juna yang bingung.
Yah satu lagi adalah kakak iparnya, sahabat dari kakaknya.
"Wah mbok gak nyangka adik sendiri mau kita endors," girang Chandra yang menepuk bahu Juna yang hanya mengangguk sambil tersenyum kepadanya.
......................
"Tuuu, kamu rupanya." pria paruh baya itu mendekati Sanis yang sangat merindukan sosok ini. Tapi di sebelahnya ia melihat gadis yang ingin menjauhkannya dari Juna.
Sanis mundur perlahan dan tak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang. Rasa rindunya hilang seketika saat ini melihat ayahnya bersama gadis itu.
Yang dikatakan oleh Dinda benar, ada hubungan antara keduanya dan ia bisa melakukan apa saja sekarang tau siapa yang melakukan ini pada keluarganya dulu.
Sanis berlari keluar dari kamar bundanya dan pergi ke taman rumah sakit, Gungsan segera bergegas mengikuti Sanis dan melihat gadis itu duduk di bangku taman sendirian.
Ia ingat waktu itu saat ada acara di kaffe dan Dinda mengatakan jika ayahnya berselingkuh dengan ibunya saat itu dan menuruti ibunya yang ingin menikahi ayah Sanis.
"lo tau Sanis ? Gue bisa lakuin apapun yang gue mau sekarang." Sambil menjambak rambut Sanis.
"Gak! ayah tidak mungkin melakukan itu!" Sanis menangis, Dinda tertawa mendengar jawaban dari Sanis.
"Bahkan gue bisa bunuh ibu Lo, untuk jauhin ayah dan anaknya."
"Jangan bunuh Bunda, gue butuh dia."
"Karena bunda lo itu, ayah jadi lupain gue dan dia selalu nyebut nama Lo Saniscaraaa."
"Gue gak mau, berbagi ayah sama Lo!"
"Enggak, dia ayahku juga."
"Gak akan gue biarin Lo pulang dengan dia. "
Sanis masih menangis karena apa yang di ucapkan Dinda ,ia tau kenyataan bahwa ayahnya masih hidup dan menikah karena seseorang itu memaksakan kehendak ayahnya.
"Kalau gak percaya ya, gak apa-apa sih. Nanti juga Lo lihat sendiri."
Sekarang ia melihatnya sendiri, ayahnya bersama dengan Dinda menjenguk bundanya. Sejak dulu ayahnya kemana saja , sampai ia lupa dengan anaknya juga? Lalu sekarang untuk apa?
ia pergi dan menangis di taman. Gungsan berjalan mendekati Sanis yang menangis.
"Gue tau Nis,"
"Iya Gung, dia ayah yang melupakanku dan Dita. Buat apa ayah sekarang kemari?" Nada gadis ini menandakan jika ia sedang marah dengan apa yang ia lihat tadi.
"Padahal kita tak ada hubungan lagi." Lanjutnya lirih, mengingat semua perkataan Dinda itu sangat menyakiti hatinya.
"Karena ayah belum menceraikan bundamu." jawab seorang pria paruh baya yang ada di belakangnya.
"Ini salahku, aku tak ingin menceraikannya waktu itu." Lanjutnya yang mendekat pada Sanis yang tak ingin menatap pria itu.
Hati Sanis miris karena ayahnya melakukan kesalahan terdahulu dan saat ini ia ketahui dari temannya sendiri.
Status ayahnya yang baru-baru ini bercerai dengan ibunya dengan keadaan koma.
"Enggak, aku gak ada hubungan apapun lagi denganmu." Sanis berdiri dari tempat duduknya dan segera pergi dari rumah sakit itu.
Pria itu menangis melihat putrinya sudah dewasa dan merasa tenang karena mendengar jika Sanis sudah ada ayah sambung. Dan menggantikan dirinya yang sudah meninggalkan Sanis dan Dita.
"Papa?" Gadis itu melihat pria yang berdiri di depan sebuah mobil di parkiran rumah sakit.
"Sanis, kamu gak apa-apa?" tanya pria itu yang memeluknya sayang.
"Iya, aku .... " Sanis ingin mengatakan sesuatu pada ayahnya sekarang. Sepertinya ia tak bisa mengatakannya sekarang.
"Terimakasih Gungsan sudah menjaga putriku," cowok itu tersenyum ramah kepada ayah sambung Sanis ~ayah dari kakaknya Raspati~
"Iya om, sama-sama." Gungsan pamit pada Sanis dan ayahnya.
............
"Tenang Sanis aku sudah lama sekali mendapatkan hak asuhmu." Jelas papanya yang menenangkan hati gadis itu.
"Paa, aku gak ada hubungan lagi kan sama dia. Aku takut pa," jelas Sanis yang khawatir karena Dinda yang licik itu mengincar ibunya.
"Dia ayahmu juga nak, aku ayah sambungmu yang mempunyai hak asuh dirimu. Papa harap kamu tidak membencinya ya. Walaupun apa yang ia lakukan padamu salah, ia tetaplah ayahmu. Hormati dia, temui dia." Pinta papanya yang memintanya untuk bertemu dengan ayahnya.
"Jangan takut sayang, ada papa disini dan juga kak Raspati yang akan melindungi kamu dan Dita juga bunda akan baik-baik saja." Sanis mengerti dengan papanya, walaupun jarang bertemu papanya selalu mengunjunginya ke tempat Raspati.
Sanis takut jika Dinda akan beraksi lagi , apalagi ibunya yang membuat keluarganya berantakan saat itu.
"Maafkan putriku ini, jika ingin bicara padanya. Aku akan memberikan waktu untukmu."
"Kemarilah nak," panggil ayahnya yang masih tetap bugar saat ini. Tidak ada kesempatan lagi untuk memeluk ayahnya sebelum ia terpisah lagi dan ada yang jahat dengannya.
"Ayaah, kenapa ?" tanya Sanis yang kini menangis di pelukannya itu, banyak hal yang harus ia tanyakan pada ayahnya. Tak ingin rasanya ia berpisah lagi.
"Lupakan aku," bisiknya pada Sanis yang menggelengkan kepalanya.
"Kenapa ini terjadi padaku yah? Kenapa semua orang baik kepadaku ternyata berbanding terbalik dengan apa yang aku lihat."
"Tuhan menyayangimu nak, ini adalah rintangan untuk umatnya. Mana mungkin manusia selalu bahagia bukan." Sanis menganggukan kepalanya mengerti.
"Di balik semua ini sangatlah berarti, semuanya sudah diatur oleh Tuhan, maka ikuti semua jalan itu, tinggal gadis kecilku ini harus bersyukur, dan mengatur bagaimana harus menyikapi semua ujian Tuhan, sekarang beliau telah menjauhkanmu dari pria sepertiku." Sanis semakin terisak, mendengar itu menandakan bahwa ayahnya akan jauh darinya.
"Intinya lupakan ayahmu ini Tu, biarkan aku hidup walaupun membahayakan hidupku juga. Ini demi kebaikanmu dan melindungi keluarga kita." Jelas pria ini yang merenggangkan pelukannya dan menghapus air mata gadis ini.
"Terimakasih Pak, jagalah dia sangat berarti untukmu." Ayahnya pergi ke dalam rumah sakit bersama dengan keluarganya juga.