NovelToon NovelToon
Aku Bisa Tanpa Dia

Aku Bisa Tanpa Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Aku sengaja menikahi gadis muda berumur 24 tahun untuk kujadikan istri sekaligus ART di rumahku. Aku mau semua urusan rumah, anak dan juga ibuku dia yang handle dengan nafkah ala kadarnya dan kami semua terima beres. Namun entah bagaimana, tiba-tiba istriku hilang bak ditelan bumi. Kini kehidupanku dan juga anak-anak semakin berantakan semenjak dia pergi. Lalu aku harus bagaimana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 23

Jantungku berdegup kencang waktu kata-kata itu keluar dari mulutku — lebih cepat dari yang pernah kurasakan saat presentasi di depan direktur. “Megan… maukah kamu menjadi istriku?” Aku menatap wajahnya, berharap senyum mudah atau jawaban manis yang selama ini selalu memanjakanku.

Megan terkejut. Matanya membesar, bibirnya menganga sebentar sebelum ia tertawa kecil, seperti tak percaya. “Serius, Mas? Tiba-tiba saja ngajak nikah?” ucapnya, suaranya setengah percaya, setengah menggoda.

Aku mengangguk, suaraku serak karena campuran gugup dan harap. “Serius. Aku… aku capek sendiri. Kehidupan ini berat. Aku ingin seseorang yang benar-benar mendampingi, bukan sekadar teman pelampiasan.” Aku menelan ludah, tak berani menyebutkan bagian yang sebenarnya kusimpan rapat: keinginanku agar dia juga ambil alih urusan rumah.

Megan pun menghentikan kegiatannya dan menatapku dalam-dalam seakan-akan kata-kataku ini hanya sebuah bualan.

"Gimana? Kamu mau enggak nikah sama aku? Walau pun aku sempat menikah dengan Ratu dan kita menjalani hubungan gelap di belakangnya, setidaknya kita berdua sudah dekat bahkan kita sudah melakukan hubungan layaknya suami istri."

"Mas ... " Tiba-tiba ia berlari kecil menghampiriku, Aku terdiam sejenak saat merasakan pelukan Megan. Hangatnya membuatku seolah mendapatkan kembali rumah yang selama ini hilang. Aku menatapnya lekat-lekat, mencoba memastikan bahwa aku tidak sedang bermimpi.

"Mas, aku mau jadi istri kamu," jawabnya membuat aku tidak percaya. "Apa kamu yakin, Megan?" tanyaku lirih, suaraku bergetar menahan emosi.

Megan mengangguk kecil, senyumnya masih terpampang jelas. "Aku sudah lama menunggu keberanianmu untuk bicara. Kalau ini memang jalan yang kita pilih, aku siap menemanimu."

Aku menghela napas lega, lalu menggenggam tangannya erat. "Aku janji tidak akan membuatmu menyesal. Aku akan menjaga kamu sebaik mungkin."

Megan menatap mataku dalam-dalam. "Yang aku mau cuma satu… jangan pernah bohong padaku. Aku ingin kita membangun semua ini dengan jujur, bukan dengan rahasia."

Megan mengangguk mantap, meski dalam hatiku ada keraguan yang masih mengganjal—tentang Angkasa, tentang Ratu, dan tentang semua yang belum selesai di masa laluku. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin menikmati momen ini bersama Megan.

Sejak saat itu hidupku terasa lebih ringan. Aku tidak perlu lagi menyembunyikan apa pun atau berpura-pura. Megan kini hadir bukan sekadar teman yang mengisi kekosongan, tapi benar-benar bagian dari kehidupanku.

Anak-anakku menerima Megan dengan cukup baik, mungkin karena mereka sudah terbiasa melihatnya sejak dulu. Bahkan ibuku pun tidak menentang, justru ia terlihat lebih tenang karena tahu ada sosok yang bisa mendampingiku setelah perceraian dengan Ratu.

Sering kali saat kami makan malam bersama, Megan duduk di sampingku sambil sesekali bergosip dengan Clara dan Mira. Ibuku tersenyum tipis, seolah lega melihat suasana rumah yang kembali hangat.

“Aku senang kamu bisa dekat dengan mereka, Megan,” kataku suatu malam saat kami membereskan meja makan.

Megan menoleh, senyumnya tulus. “Aku juga bahagia bisa menjadi bagian dari keluarga kalian. Aku nggak mau mereka merasa kehilangan kasih sayang hanya karena orang tuanya berpisah.”

Aku hanya bisa menatapnya lama. Dalam hati aku yakin, keputusan untuk menjadikannya pendampingku bukanlah sebuah kesalahan.

Di saat aku tengah membantu Megan membereskan peralat mekan di meja. Ibuku tiba-tiba memanggilku. "Erlangga? ke sini sebentar, ada yang mau ibu bicarakan sama kamu." Kami berdua pun saling menatap, ada apa ibu tiba-tiba ingin bicara.

"Megan, sebentar ya aku mau ke ibu dulu."

"Iya, Mas."

Aku langsung mengikuti ibu menuju kamarnya, sepertinya ada hal penting yang ingin dibahas. Sesampainya di kamar ibu langsung menutup pintu.

"Ada apa, Bu?" tanyaku penasaran.

"Ada yang mau ibu bicara kan sama kamu, ini tentang Megan."

"Memang kenapa dengan Megan?"

"Ibu dengar dari anak-anak, katanya kamu mau menikahi dia?"

"Hoh, masalah itu. Iya, Bu. Aku mau menikahi Megan."

"Kamu serius mau menikahi Megan?" tanyanya sekali lagi, pasti ibu belum yakin dengan keputusanku.

"Iya, Bu. Aku sama Megan akan menikah." Seketika wajah ibuku berubah, terlihat senyum mengembang dan rona wajah yang begitu ceria. "Bu, kok kelihatan kaya bahagia gitu?"

"Gimana ibu enggak bahagia, kalau kamu sama Megan akan menikah, itu artinya rumah ini ada yang urus. Terus Clara dan Mira akan ada yang antar jemput sekolah. Berati kamu tidak usah sewa Art lagi, Ga." Suara ibu terdengar agak besar. Dengan cepat aku langsung mendekap mulutnya. Aku takut suara ibu akan terdengar hingga keluar kamar.

"Bu, kalau bicara jangan keras-keras!" Dengan cepat ibu langsung menjauhkan tanganku dari mulutnya.

"Kamu apa-apaan sih, Ga. Anak kurang ajar! Kamu mau bikin ibu kehabisan napas, apa maksud kamu bekap mulut ibu," cecernya, aku kembali membekap mulut ibuku tapi dia langsung menghindar.

"Bu, kalau bicara pelan-pelan. Aku enggak mau ucapan ibu barusan terdengar sampai luar kamar."

"Memang kenapa kalau suara ibu keras? Ibu kan cuma bicara saja."

Aku menatap kosong ke arah meja. “Megan dan Ratu itu berbeda. Kalau dulu bersama Ratu, aku masih bisa memanfaatkan tenaganya. Dia yang urus rumah, urus anak-anak, sementara aku fokus kerja. Tapi dengan Megan… aku nggak bisa begitu.”

Ibu mencondongkan tubuhnya. “Kenapa nggak bisa? Bukankah sekarang dia sudah dekat dengan keluarga kita? Anak-anak pun sudah terbiasa sama Megan."

Aku menggeleng. “Justru itu, Bu. Aku harus berhati-hati. Aku nggak mau Megan tahu kalau sebenarnya aku menikahi dia karena ingin ada yang menggantikan Ratu di rumah. Aku takut dia pergi kalau sampai tahu niatku.”

"Ya sudah kalau niat kamu begitu, intinya ibu enggak akan ikut campur sama urusan rumah, dan satu lagi jatah ibu jangan kamu kurangi walau pun kamu menikah dengan Megan nanti. Setelah resmi menikah katakan pada Megan bahwa setiap bulan ibu dapat jatah 5 juta dari kamu."

"Iya, Bu. Nanti aku bilang sama Megan." Selesai bicara Ibu langsung keluar dari kamar. Sedangakan aku masih memikirkan perkataan ibu tentang jatah bulanan setiap bulan. Semoga saja Megan mengerti.

"Mas, jadi kan kita ke toko perhiasannya?" tanya Megan.

"Iya, jadi. Kalau begitu kita berangkat sekarang mumpung belum terlalu malam."

Kami pun berangkat ke toko emas. Sesampainya di sana, Megan sibuk memilih perhiasan. Kalung, cincin, gelang—semua disentuhnya dengan penuh semangat. Aku hanya mengikuti, walau dalam hati ada perasaan berat.

Untuk membiayai semua ini, aku sudah mengambil jalan pintas. Uang yang kupakai jelas bukan milikku sepenuhnya. Aku menggesek kartu perusahaan, merasa aman karena toh tidak ada yang tahu.

Saat Megan mencoba cincin berlian di jarinya, ia menoleh padaku. “Bagus nggak?”

Aku memaksakan senyum. “Bagus sekali. Kamu makin cantik pakai itu.”

Padahal dalam benakku muncul satu pikiran getir: semakin jauh aku melangkah, semakin dalam aku masuk ke jurang yang aku gali sendiri.

Di tengah Megan yang sibuk mencoba beberapa perhiasan, mataku tiba-tiba terpaku ke arah pintu masuk toko emas. Jantungku langsung berdegup kencang.

Itu dia—Ratu. Mantan istriku.

1
Riani Putri
mantap, tinggal liat gimana menderitanya dia ditinggal ratu, belum lg ketauan korupsi dikantor nya, ayo Thor dilanjutkan lg cerita nya
Riani Putri
mana lanjutannya thor
Riani Putri
ayo dong kk, up lagi, seru ceritanya
Pajar Sa'ad: oke, siap.. ditunggu ya
total 1 replies
Himna Mohamad
mantap ini
Pajar Sa'ad: terima kasih, kak.. tunggu update selanjutnya ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!