DENDAM Sang PEMILIK KHODAM

Suara deru langkah kaki kuda memasuki pintu gerbang pendopo Kadipaten.

Seorang pria berambut keriting dengan tubuh kekar dan berwajah seram baru saja pulang dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang sangat besar yaitu memaksa rakyat dengan pajak yang cukup mencekik.

Seorang wanita cantik yang sudah menunggu diruangan kamar khusus melihat dari balik jendela akan kehadiran sang Adipati yang disambut oleh para prajurit dari pintu gerbang.

kepulan debu tampak membumbung, dan muncul seorang pria gagah berwajah jelek sedang memasuki pendopo.

Akuji menatapnya dengan sangat malas. Sebab ia tahu jika ramalan sang romo--Jolon kalau dia adalah pria yang akan menikahinya.

Akan tetapi, dengan melalui pria ini pula ia dapat menguasai negeri nusantara dan mmebuat tampuk kekuasaan.

Sang Adipati sudah turun dari kudanya, lalu tak sabar ingin masuk ke dalam kamar sang wanita sakti yang sudah terkenal seantero wilayah Utara jika dapat mengabulkan apapun yang diinginkan.

Tubuhnya dipenuhi keringat, dan berjalan tak sabar untuk melihat sang wanita.

Ia mengetuk pintu, dan saat ketukan ketiga, pintu terbuka, dan terlihat seorang wanita cantik sedang berdiri didepannya.

Tubuhnya sintal dan padat, kulitnya putih bersih, dan sungguh sangat membuat Bisrah merasa tak sabar untuk mendapatkannya saat ini juga.

"Ternyata aku tidak salah dengar, jika yang mereka katakan kalau kau sangat begitu cantik." Bisrah melangkah masuk, dan membuat Akuji melangkah mundur, lalu dengan cepat Bisrah menutup pintu kamar.

Kecantikan wanita itu membuatnya sangat lemah. Ia mendekap wanita tersebut, lalu mencumbunya, dan Akuji tak menolaknya, sebab ada siasat lain yang sedang ingin jalankan, bukan kelemahan pria berada pada ranjangnya?

"Sabar Adipati, jangan terburu-buru, aku sedang lapar, dapatkah kau membawakan seorang budak hari ini? Aku akan memberikanmu kepuasan yang kau minta," ucapnya dengan senyum seringai.

Bisrah melepaskan dekapannya, lalu menatap sang wanita dengan lekat. "Untuk apa?" tanya Bisrah dengan tak sabar dan rasa penasaran.

"Tidak perlu bertanya, bawakan saja satu, dan tinggalkan didalam kamar ini," ucapnya dengan sangat manis, membuat pria itu untuk patuh.

"Heem, baiklah, Sayang. Aku tak dapat menolaknya.

Bisrah keluar dari dalam kamar dan saat melihat seorang dayang yang sedang melintas membawa makanan, ia memanggilnya, dan tanpa perlawanan, lalu memasukkannya ke dalam kamar. "Apakah ini yang kau inginkan?" tanya Bisrah kepada sang wanita.

Akuji menganggukkan kepalanya. "Ya, dan tolong tinggalkan aku sejenak saja, Kanjeng Adipati," pinta Akuji dengan senyum semanis mungkin.

Sejujurnya ia sangat jijik melihat Bisrah, tetapi ia juga butuh tempat untuk menjadi awal kebangkitannya.

Bisrah mengangguk, meskipun ia sangat ingin bercinta dengan wanita itu, tetapi terpaksa mengurungkan niatnya, lalu memilih untuk keluar, dan menutup pintu kamar.

Sang Dayang mengerutkan keningnya, ia merasa keheranan sebab ia juga dibawah oleh sang Adipati ke kamar ini tanpa ada penjelasan.

Tubuh gadis itu gemetar, dan ia tidak ingin berurusan dengan pria aneh dihadapannya, dan ia memilih untuk pergi.

Sreeeeeek....

Sebuah cakaran membuat sang dayang meringis kesakitan dan ia bergerak mundur hingga tiga langkah.

"Kau harus mati!" ucapnya dengan tatapan penuh dendam. Kemudian dengan menggerakkan jemarinya, ia melempar tubuh gadis itu kedinding.

Wuuuuusss......

Braaaaaak....

Tubuhnya terhempas ke dinding.

"Aaaaaaarrggh....,"

Ia mengerang kesakitan dan terjatuh ke lantai. Ia tidak tahu apa salahnya sebab tiba-tiba saja diperlakukan seperti itu.

Dengan melesat cepat, Akuji sudah berada dihadapannya, lalu meraih tubuh sang dayang dengan sangat mudahnya, merobek mulut sang wanita malang, dan ia menyesap darahnya dengan sangat rakus.

Akuji yang sudah lama tidak meminum  cairan pekat berbau amis itu sangat menikmatinya. Ia seperti orang yang dahaga dan hanya dalam waktu hitungan detik saja, tubuh dayang itu kering dan tidak lagi bernyawa.

Tak cukup sampai disitu, Akuji melahap tubuh sang dayang tersebut dengan cabikan yang mengerikan.

kraaak kraaak

Suara tulang bergeretak, dan dalam hitungan menit, sosok itu sudah melahap habis tubuh sang dayang . Ia bersendawa dengan menyeringai dan memamerkan barisan  giginya yang berkarat.

"Heeeerrrhgh...."

Kembali ia bersendawa, rasanya cukup kenyang hari ini, sebab sudah sangat lama ia tak memakan daging manusia, dan selama dihutan hanya hewan buas yang menjadi santapannya.

 "Sayang, apakah kau sudah selesai?" tanya Bisrah tak sabar dari luar kamar.

"Sudah masuklah, aku menunggumu," sahut sang wanita, lalu duduk ditepian ranjang sedang kondisi kamar tampak bersih seperti semula, semua itu karena kemampuan sihirnya.

Bisrah membuka pintu, dan ia melihat sang wanita sudah menantinya ditepian ranjang dengan gayanya yang penuh pesona.

Bisrah sedang mencari keberadaan dayang yang tadi dibawa masuk ke kamar tetapi tidak terlihat entah dimana gadis itu.

Belum sempat ia bertanya, Akuji sudah melesat dengan cepat, dan kini sudah berdiri dihadapan sang Adipati yang sedang berdiri terpaku.

"Hah!" pria berwajah jelek itu tersentak kaget. Ia tak dapat menghindar saat kedua tangan sosok yang ia puja tersebut menyergapnya.

Bagi Akuji hal ini sangatlah mudah. Ia merobek pakaian Adipati. Lalu dengan cekatan, penutup itu sudah terlepas tanpa sisa.

"Aku akan memuaskanmu, Adipati" ucap Akuji dengan tatapan genitnya.

Ia menjamah seluruh tubuh pria buruk rupa itu tanpa terlewatkan sedikitpun, dan ia menuntaskan semua geloranya.

Bagi Bisrah, ini adalah anugerah yang sangat besar dan ia dapatkan tanpa diminta.

Hampir tiga jam lamanya Bisrah melayani sosok itu. Hingga akhirnya ia benar-benar lemah.

Setelah melihat sang Adipati terkapar tak berdaya, ia meninggalkannya begitu saja. Lalu melesat pergi menuju seisi pendopo Ia ingin melihat apa saja yang ada didalamnya.

Akuji ingin tahu, seberapa kuat benteng kekuasaan Adipati Utara. Ia sudah lama ingin mengambil alih kekuasaan ini, sebab ia merasa memiliki banyak keinginan, dsn salah satu tujuannya adalah kerajaan Medang Jaya yang menjadi target utamanya.

*******

Buuuuummmmm....

Ledakan kembali terdengar saat batu-batu yang menutup pada pintu goa berhamburan, dan tiba-tiba saja cahaya masuk kedalam ruangan yang selama ini pengap dan juga gelap.

Wulan Ningrum tercengang melihat apa yang tersaji diluar sana. Banyaknya pepohonan dan aneka warna yang tak pernah ia temukan selama ia hidup didalam goa.

"A-apa ini?" ucapnya dengan rasa tak percaya. Sesaat perhatiannya teralihkan karena ia mencium aroma hangus dari sesuatu yang terbakar.

Ia menoleh kearah sumber aroma yang menarik perhatiannya. Gadis itu melihat kepulan asap yang begitu tebal berwarna hitam. Ternyata itu berasal dari sosok Genderuwo yang terkena ajian rengkah gunung saat ia mencoba menghancurkan dinding goa terebut.

Ia kini mengerti jika ajian tersebut begitu sangat dahsyat sehingga dapat menghancurkan para iblis lainnya.

Sesaat ia teringat akan sesuatu, ia tak melihat dimana Sang Macan Kumbang kini berada. Ia kehilangan sosok terebut, ia tak tahu dimana sosok gurunya menghilang.

Ia tak sempat untuk mencari keberadaan sang guru, sebab tiba-tiba saja pintu goa seakan kembali tertutup dengan berterbangannya bebatuan yang sudah roboh dan seolah hendak menyatu kembali.

Bisrah