NovelToon NovelToon
Immortality Through Suffering

Immortality Through Suffering

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Spiritual / Balas Dendam / Mengubah Takdir / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Di desa terpencil yang bahkan tidak tercatat di peta, Xu Hao lahir tanpa bakat, tanpa Qi, dan tanpa masa depan. Hidupnya hanyalah bekerja, diam, dan menahan ejekan. Hingga suatu sore, langit membeku… dan sosok berjubah hitam membunuh kedua orang tuanya tanpa alasan.

Dengan tangan sendiri, Xu Hao mengubur ayah dan ibunya, lalu bersumpah. dendam ini hanya bisa dibayar dengan darah. Namun dunia tidak memberi waktu untuk berduka. Diculik perampok hutan dan dijual sebagai barang dagangan, Xu Hao terjebak di jalan takdir yang gelap.

Dari penderitaan lahirlah tekad. Dari kehancuran lahir kekuatan. Perjalanan seorang anak lemah menuju dunia kultivasi akan dimulai, dan Xu Hao bersumpah, suatu hari, langit pun akan ia tantang.


Note~Novel ini berhubungan dengan novel War Of The God's.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terobosan Xu Hao

Saat Xu Hao berlari sangat cepat. Suara gemuruh tiba-tiba terdengar di belakang Xu Hao. Tubuhnya yang penuh keringat dingin menegang ketika ia menoleh sekilas ke belakang. Sosok raksasa itu terlihat jelas di bawah cahaya bulan pucat. Seekor beruang dengan tubuh setengah manusia. Bahunya lebar, otot-otot menonjol, dan bulu hitam pekat menutupi sebagian tubuh. Wajahnya masih menyerupai beruang namun rahangnya terlalu panjang dan gigi-giginya mencuat dengan liar. Di tangannya tergenggam sisa kaki pria acak-acakan yang tadi mengejar Xu Hao. Tulang putih berkilat di bawah cahaya rembulan, digigit sambil berderak menimbulkan suara yang membuat tulang punggung Xu Hao terasa dingin.

Xu Hao menggertakkan gigi. Otot kakinya menegang penuh tenaga. Ia berbalik lalu melesat dengan kecepatan yang hampir membuat tanah di bawah kakinya terbelah. Jantungnya berdegup liar. Helaan napasnya berbaur dengan desiran angin malam. Setiap langkahnya meninggalkan jejak dalam di lumpur tepi sungai. Sungai itu deras, namun Xu Hao tidak punya pilihan. Ia menyalurkan seluruh kekuatan fisik yang dimilikinya, Qi merah pekat berkobar mengitari tubuhnya, membuat siluetnya seolah terbakar.

Dengan satu tarikan napas dalam, Xu Hao melompat. Tubuhnya melayang di udara. Air sungai yang gelap berkilau di bawahnya, berputar dengan arus deras. Helaan angin malam menghantam wajahnya ketika ia memutar bahu dan menguatkan kaki untuk mendarat di sisi seberang. Tanah basah berderak keras ketika tubuhnya jatuh dengan sempurna. Getaran menyebar ke kakinya namun Xu Hao tetap berdiri tegak.

Namun sebelum ia bisa menarik napas lega, suara keras dari belakang membuat tubuhnya kaku. Air memercik tinggi. Bayangan hitam raksasa terbang menyeberangi sungai, jauh lebih cepat dari dugaan Xu Hao. Tubuh beruang setengah manusia itu menghantam tanah hanya beberapa langkah di belakangnya. Rahangnya terbuka, gigi-gigi putih mengunyah sisa tulang kaki pria acak acakan yang kini tinggal setengah. Suara krek krek terdengar jelas, seperti kayu kering yang dipatahkan paksa.

Xu Hao merinding. Pori-porinya terasa terbuka. Bau darah bercampur bau amis binatang buas menyeruak menusuk hidungnya. Ia tahu binatang ini bukan lawan yang bisa ia hadapi dengan kekuatan sekarang. Qi merah di tubuhnya bergetar tak terkendali. Ketakutan dan amarah bercampur jadi satu.

“Bajingan!” teriak Xu Hao, suaranya bergema di antara pepohonan tepi sungai. Tanpa menunggu, ia melompat kembali ke dalam sungai. Tubuhnya membelah permukaan air yang berkilau pucat. Arus deras segera menyeretnya, membuat pandangannya goyah.

Air sungai yang dingin menelan tubuhnya, menusuk sampai ke tulang. Xu Hao membuka mata di dalam air, melihat gelembung-gelembung berhamburan di sekitarnya. Ia memaksakan tubuhnya mengikuti arus deras, berharap jarak yang cukup bisa tercipta antara dirinya dan monster itu. Namun di balik arus keruh, ia bisa merasakan tekanan berat dari aura binatang spiritual itu. Seolah makhluk itu hanya butuh satu langkah untuk kembali menyentuhnya.

Xu Hao merasakan derasnya arus sungai menyeret tubuhnya semakin jauh ke bawah. Air sungai begitu dingin menusuk tulang, namun justru itu yang membuat pikirannya tetap jernih. Di balik kegelapan air yang penuh gelembung, Xu Hao merasakan tekanan luar biasa dari kehadiran binatang spiritual yang mengejarnya. Geraman samar bercampur dengan suara air bergejolak terdengar di telinganya. Dari sela-sela keremangan, mata merah binatang itu tampak berkilat, memantulkan cahaya menyeramkan. Xu Hao sadar ia tidak bisa lari begitu saja di permukaan, karena monster itu lebih cepat darinya.

Dengan cepat Xu Hao menahan napas, lalu memanfaatkan arus deras yang menghantam dari samping. Ia tidak melawan arus, melainkan menyerahkan sebagian kendali tubuhnya agar terbawa putaran air. Sementara itu ia menggerakkan kakinya perlahan ke arah yang berlawanan, menciptakan ilusi bahwa tubuhnya masih terus melaju lurus ke depan. Binatang spiritual itu, yang mengandalkan naluri dan indra tajam, terus mengikuti gelembung serta riak yang ditinggalkan Xu Hao.

Namun, saat berada di bawah pusaran arus, Xu Hao mendadak merapatkan kedua lengannya ke tubuh, memutar badannya, lalu membiarkan tubuhnya tenggelam lebih dalam. Ia menekan detak jantungnya dengan teknik pernapasan yang pernah diajarkan oleh Paman Cuyo, sehingga auranya menyusut seolah dirinya lenyap dari air. Arus deras membawa Xu Hao ke sisi yang lebih dalam, tepat di bawah akar-akar pohon besar yang menjuntai dari tebing sungai.

Monster itu tidak berhenti. Tubuhnya yang besar menerjang derasnya air, mengguncang aliran hingga bebatuan di dasar sungai ikut terlepas. Air berputar liar, gelembung dan pecahan ranting beterbangan di sekitar mereka. Xu Hao bisa melihat bayangan monster itu di atas, tubuh beruang menyerupai manusia dengan rahang penuh darah, kini berusaha menggigit air, seolah yakin mangsanya berada tepat di depannya.

Kesempatan itu digunakan Xu Hao. Ia meraih sebuah batang kayu panjang yang hanyut bersamanya, lalu menendangnya ke arah atas dengan kekuatan penuh. Kayu itu menembus air deras, menciptakan riak besar yang terlihat seperti bayangan tubuh manusia sedang melesat keluar dari air. Binatang spiritual itu langsung tersentak, matanya yang merah menyala mengikuti kayu yang hanyut naik ke permukaan. Dengan geraman buas, monster itu meloncat mengikuti ilusi tersebut. Air bergejolak keras, cipratan besar naik ke udara, sementara Xu Hao tetap berdiam di bawah arus, menahan napas sekuat tenaga.

Saat monster itu menabrak permukaan sungai dan mengejar arah kayu hanyut yang terbawa arus ke hilir, Xu Hao dengan cepat menekuk tubuhnya lalu menendang dasar sungai. Gerakannya memanfaatkan aliran berlawanan sehingga ia terdorong ke arah samping, menjauh dari jalur pengejaran. Ia berenang miring menempel ke dasar, melewati celah bebatuan yang tertutup lumut, lalu perlahan muncul di sisi lain sungai yang lebih tenang.

Begitu kepalanya muncul di atas air, Xu Hao hanya memperlihatkan mata dan hidungnya, sementara tubuhnya tetap tenggelam. Dari kejauhan ia bisa melihat monster itu masih meraung, mengoyak batang kayu yang tadi ia tendang. Monster itu terlihat kebingungan, mencakar permukaan air dengan kedua lengannya yang besar, matanya liar mencari-cari.

Xu Hao menahan tawa getir, tubuhnya tegang namun dalam hatinya ia merasa puas. Ia berhasil menipu makhluk setara Nascent Soul Akhir hanya dengan arus sungai, napas tenang, dan batang kayu hanyut. Saat monster itu terus melesat ke arah hilir mengikuti aliran deras, Xu Hao perlahan berenang ke tepi dan merangkak keluar dengan tubuh gemetar. Pakaian panjangnya basah kuyup, napasnya tersengal, namun matanya bersinar dingin.

“Bodoh. Kau pikir aku akan jadi mangsamu,” gumam Xu Hao pelan sambil meludah air sungai yang masuk ke tenggorokannya.

Ia berdiri di tepi sungai, tubuhnya bergetar bukan hanya karena dingin, tapi juga karena sisa adrenalin yang masih mengguncang urat nadinya. Sementara di kejauhan, raungan monster itu masih bergema, terbawa deras arus menuju entah di mana. Xu Hao tidak menunggu lama. Ia menoleh sekali lagi, memastikan jarak antara dirinya dan bahaya itu semakin jauh, lalu segera masuk ke hutan kembali dengan langkah cepat.

Xu Hao berlari sekuat tenaga, setiap langkahnya menghentak tanah yang basah oleh percikan air sungai yang masih menempel di tubuhnya. Napasnya berat, dadanya naik turun cepat, namun matanya tetap tajam menatap ke depan. Rasa ngeri akibat kejaran binatang spiritual itu masih menempel di punggungnya, seolah setiap detik bisa muncul dari balik pepohonan. Ia berlari tanpa henti, melompati akar-akar pohon besar, menembus semak berduri, hingga akhirnya setelah perjalanan yang panjang, ia sampai di sebuah lembah yang cukup luas dan sunyi.

Udara di lembah itu terasa dingin, namun aliran angin membawa aroma tanah basah yang menenangkan. Xu Hao berdiri di sana dengan tubuh basah kuyup, rambut hitamnya menempel di wajah, dan bajunya yang berat karena air membuat gerakannya terasa kaku. Ia memutuskan untuk berhenti dan mengatur napas. Matanya menyapu sekitar, memastikan tidak ada tanda-tanda keberadaan makhluk itu.

Xu Hao lalu berjalan pelan mengelilingi lembah, mencari ranting kering yang bisa ia gunakan. Tangannya bergerak cepat mengumpulkan dahan kecil, potongan kayu, dan dedaunan yang masih bisa terbakar. Setelah cukup, ia menyusunnya dengan hati-hati di sebuah titik datar di bawah tebing kecil, lalu dengan gesit menggesekkan dua batu hingga percikan api keluar. Api kecil segera menyala, menjilat ranting yang kering. Dalam beberapa saat, api unggun itu hidup, memancarkan cahaya oranye yang hangat, menari di kegelapan lembah.

Xu Hao menarik napas panjang. Rasa dingin yang membekukan tubuhnya mulai sedikit mereda. Ia lalu berdiri, menanggalkan celana dan bajunya yang masih basah. Pakaian itu ia gantungkan di ranting dekat api, membiarkan panasnya mengeringkan kain yang meneteskan air. Tubuhnya yang berotot terlihat jelas, bekas latihan keras bersama Paman Cuyo dan Kakak Lianxue terpahat pada otot-ototnya. Ia lalu duduk di sebuah batu besar yang letaknya tak jauh dari api unggun, membiarkan cahaya api memantul di kulitnya yang basah.

Sambil menatap api, Xu Hao bergumam dengan suara rendah, suaranya serak bercampur lelah.

"Jika bukan karena pelatihan Paman Cuyo dan Kakak Lianxue, mungkin hari ini aku sudah mati di mulut monster itu."

Tatapannya kosong menembus cahaya api. Kenangan tentang latihan-latihan kultivasi di bawah bimbingan paman Cuyo, juga bimbingan keras Lianxue saat melatih fisiknya. Semuanya muncul satu per satu di benaknya. Pikirannya bergetar, namun hatinya justru semakin keras. Ia tahu hari ini hanyalah awal dari rintangan yang jauh lebih berbahaya.

Xu Hao lalu merogoh tas kecil di pinggangnya. Dari sana ia mengeluarkan dua pil berwarna putih yang bersinar lembut dan beberapa inti beast yang berkilau samar dalam cahaya api. Dengan tenang ia menelan salah satu pil, merasakan sensasi pahit bercampur hangat meluncur ke tenggorokannya lalu meledak menjadi aliran energi di dalam tubuhnya.

Setelah itu, ia menaruh sepuluh inti beast di udara di depannya. Inti-inti itu melayang, perlahan bergetar seolah tertarik oleh kekuatan Xu Hao. Cahaya samar keluar dari inti-inti tersebut, melepaskan aliran Qi murni yang segera terserap ke tubuh Xu Hao.

Xu Hao menutup matanya, duduk bersila dengan punggung tegak. Api unggun menari di sampingnya, sementara inti beast berputar pelan di udara, menyemburkan energi yang kemudian mengalir ke pori-pori tubuhnya. Napasnya menjadi stabil, tubuhnya seakan berubah menjadi wadah yang menyerap Qi tanpa henti. Setiap serapan membuat ototnya bergetar, tulang-tulangnya berderit, seolah tubuhnya sedang ditempa ulang.

Udara lembah yang sebelumnya sunyi kini terasa dipenuhi dengan aliran energi yang berputar mengikuti Xu Hao. Api unggun yang menyala bahkan bergoyang tertiup riak Qi yang semakin kuat. Cahaya dari inti beast makin lama makin liar, seiring dengan semakin banyaknya energi yang terserap masuk ke dalam tubuh Xu Hao.

Di dalam kesadarannya, Xu Hao bisa merasakan aliran energi itu menguatkan tubuhnya, memperbaiki luka-luka kecil yang ia derita saat dikejar, dan memperkokoh dantiannya yang bergetar karena konsumsi pil. Setiap tarikan napasnya membawa masuk kekuatan baru, setiap hembusan napasnya melepaskan kotoran hitam samar dari pori-porinya.

Api unggun di depan Xu Hao terus berderak pelan, menebarkan cahaya oranye yang berkilau di dinding batu lembah yang dingin. Uap tipis naik dari pakaian biru gelapnya yang basah.

Xu Hao yang sedang duduk bersila di atas batu datar, napasnya berat. Sesaat ia menutup mata, dan seketika teringat ucapan Chen Wuji. Pil yang baru saja ia telan bukanlah pil biasa. Itu adalah pil dengan Qi langit murni, obat langka yang diramu hanya untuk para kultivator di tingkat Soul Transformation agar dapat menembus dinding Dao dan menyempurnakan fondasi mereka. Namun kini, pil itu ada di dalam perutnya, dihisap oleh tubuh yang baru saja di tingkat Foundation Establishment.

Xu Hao menggertakkan giginya. “Kalau bukan karena pelatihan paman Cuyo... kalau bukan karena kakak Lianxue... aku pasti sudah mati tadi. Sekarang pun... mungkin aku akan mati jika gagal memurnikan nya.”

Sepuluh inti monster berkilau melayang di depannya. Ukurannya sebesar kepalan tangan, masing-masing berdenyut pelan, memancarkan cahaya samar berwarna merah, hijau, biru, dan kuning. Mereka bergetar seolah masih hidup, lalu pecah perlahan seperti kabut, melepaskan Qi murni yang pekat dan liar.

Qi itu bergulung deras menuju tubuh Xu Hao. Pada saat bersamaan, pil Qi langit murni di dalam perutnya mulai mencair. Energi dari pil itu bagaikan samudra putih yang jernih, sangat berbeda dengan Qi buas dari inti monster. Dua kekuatan yang kontras itu masuk bersamaan, lalu bertabrakan di meridian Xu Hao.

Tubuhnya langsung bergetar hebat.

“Aaaargh!” teriak Xu Hao, suara parau pecah dari tenggorokannya.

Pori-pori tubuhnya mengeluarkan darah tipis berwarna hitam. Darah itu bukan luka baru, melainkan kotoran dan sisa racun yang terbakar oleh Qi langit murni. Namun Qi monster yang liar tak memberi waktu baginya untuk bernapas. Energi ganas itu meronta di dalam tubuh, memukul organ dalamnya, menghantam jalur meridiannya hingga terasa seperti terbakar.

Otot-otot Xu Hao menegang, seolah ada ratusan ular api menggeliat di bawah kulitnya. Ia mengatupkan giginya sampai hampir retak. Tulang punggungnya bergetar, dari pangkal leher hingga ke pinggang terdengar bunyi retakan halus, seperti tulang yang ditempa ulang oleh palu tak terlihat.

Peluh bercampur darah mengalir deras. Napasnya menjadi kasar, dada naik turun liar.

“Bertahan... aku harus bertahan!” pikirnya dengan mata merah menyala.

Di dalam dantian, pusaran Qi yang biasanya jernih kini seperti badai. Qi langit murni menekan liar Qi monster, mencoba menyucikan, namun dalam prosesnya menimbulkan ledakan demi ledakan kecil. Rasa sakit dari ledakan itu menyebar ke seluruh tubuh.

Lalu sesuatu terjadi.

Pusaran Qi yang tadinya tak stabil mulai meluas. Retakan-retakan halus yang sebelumnya ada pada fondasi kultivasi Xu Hao kini perlahan tertutup. Qi langit murni memaksa semua celah itu menyatu, memperkuat dinding dantian seperti besi cair yang ditempa ulang. Qi monster yang buas, meskipun menolak, lambat laun diserap, dipecah, lalu dipadatkan menjadi inti kekuatan yang menambah kedalaman fondasinya.

Suara dentuman kecil bergema di tubuhnya, terdengar seperti genderang perang. Satu kali, dua kali, hingga puluhan kali. Setiap dentuman membuat tubuh Xu Hao melengkung ke belakang, lalu kembali duduk dengan gigi yang terkatup kuat. Darah hitam terus keluar dari pori-porinya, menodai batu di sekitarnya.

Waktu berlalu tanpa terasa. Api unggun di depannya mulai meredup, hanya menyisakan bara merah. Namun Xu Hao masih tenggelam dalam meditasi penuh penderitaan.

Tiba-tiba, cahaya dari inti monster yang terakhir menyatu sepenuhnya dengan tubuhnya. Pusaran Qi di dantian meluap, lalu menyusut dengan cepat, memadat, memadat lagi, hingga akhirnya tenang. Tubuh Xu Hao bergetar keras sekali, lalu diam.

Di dalam dirinya, sebuah terobosan terjadi.

Fondasi kultivasinya yang sebelumnya masih rapuh kini menebal, diperkuat oleh Qi langit yang murni. Semua jalur meridiannya terasa lebih lebar, lebih kokoh, seolah tubuhnya ditempa ulang.

Xu Hao membuka mata perlahan. Tatapannya tajam, berkilau merah samar, lalu perlahan kembali normal. Napasnya teratur, meski tubuhnya berlumuran darah kering. Ia bisa merasakan dengan jelas, kekuatannya telah meningkat jauh. Foundation Establishment tahap akhir.

Namun tubuhnya masih terasa remuk, seolah setiap tulang baru saja dihancurkan lalu disusun kembali.

Ia duduk diam beberapa saat, menatap api unggun yang hampir padam. Lalu ia tersenyum tipis, meskipun wajahnya pucat.

“Kalau aku mati karena ini... setidaknya aku mati sambil melangkah maju. Jadi tidak akan ada penyesalan."

1
Nanik S
Ditunggu upnya tor 🙏🙏🙏
Nanik S
Huo... nekat benar memberi pelajaran pada Pria Tu
Nanik S
apakah mereka bertiga akan masuk bersama
Nanik S
Huo memang Urakan.... memang benar yang lebih Tua harus dipanggil senior
Nanik S
Lha Dau Jiwa sudah dijual
YAKARO: itu cuma tanaman obat kak. bukan jiwa beneran
total 1 replies
Nanik S
Inti Jiwa...
Nanik S
Lanjutkan makin seru Tor
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Makan Banyak... seperti balas dendam saja Huo
Nanik S
Pil Jangan dijual kasihkan Paman Cuyo saja
Nanik S
Mau dijual dipasar tanaman Langkanya
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Ceritanya bagus... seorang diri penuh perjuangan
Nanik S
Cerdik demi menyelamatkan diri
Nanik S
Baru keren... seritanya mulai Hidup
YAKARO: Yap, Thanks you/Smile/
total 1 replies
Nanik S
Mungkin karena Xu Hai telah byk mengalami yang hampir merebut nyawanya
Ismaeni
ganti judul yaa thor?
YAKARO: enggak. Hidup Bersama Duka itu awalnya judul pertama pas masih satu bab, terus di ubah jadi Immortality Though Suffering. malah sekarang di ganti sama pihak Noveltoon ke semula.
total 1 replies
Nanik S
Xu Hai... jangan hanya jadi Penonton
Nanik S
Sebenarnya siapa Pak Tua yang menyelamatkan Hao
YAKARO: Hmm, saya juga penasaran/Proud/
total 1 replies
Nanik S
untung ada yang menolong Xu Hai
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!