NovelToon NovelToon
Ishen World

Ishen World

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjadi Pengusaha / Fantasi Isekai / Anime
Popularitas:65
Nilai: 5
Nama Author: A.K. Amrullah

Cerita Mengenai Para Siswa SMA Jepang yang terpanggil ke dunia lain sebagai pahlawan, namun Zetsuya dikeluarkan karena dia dianggap memiliki role yang tidak berguna. Cerita ini mengikuti dua POV, yaitu Zetsuya dan Anggota Party Pahlawan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A.K. Amrullah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kegelapan yang Terselubung

Sementara itu, di kamar Kaede…

Ryunosuke memandangi sekeliling dengan ekspresi penuh arti. Cahaya lilin redup menerangi ruangan, menciptakan suasana yang terkesan intim.

"Hoo~ jadi, Kaede… kau mengundangku ke kamarmu di tengah malam. Apa maksudnya kau ingin… kita melakukan sesuatu yang menyenangkan?"

Kaede tersenyum tipis, matanya penuh misteri. Ia duduk di atas tempat tidurnya dengan postur santai, membiarkan kesalahpahaman Ryunosuke berkembang.

"Kau selalu berpikir dengan otak bawah, ya? Ryunosuke-kun, aku tidak mengundangmu untuk hal seperti itu."

Ryunosuke mendekat, duduk di kursi yang ada di depan tempat tidur Kaede.

"Lalu? Kalau bukan itu, kenapa aku ada di sini?"

Kaede bersandar ke belakang, menatapnya dengan mata tajam, penuh perhitungan.

"Aku ingin berbicara tentang kekuatan."

Ryunosuke langsung terdiam. Kata itu saja sudah cukup untuk menarik perhatiannya sepenuhnya.

"Kekuatan?"

Kaede mengangguk pelan, lalu mencondongkan tubuh ke depan, suaranya lebih lembut tapi menggoda.

"Aku tahu ambisimu, Ryunosuke-kun. Kau tidak puas dengan kekuatanmu sekarang, bukan? Kau ingin lebih. Kau ingin menjadi yang terkuat."

Ryunosuke mengerutkan dahi.

"Jelas. Tapi bagaimana kau bisa tahu itu?"

Kaede tersenyum samar, jari-jarinya memainkan ujung rambutnya.

"Aku memperhatikan. Aku bisa melihat kehausan kekuatan di matamu. Dan aku bisa membantumu mendapatkannya."

Ryunosuke bersandar ke belakang, menyilangkan tangan, mencoba menyembunyikan rasa tertariknya.

"Dan kau pikir aku bakal percaya begitu saja? Apa yang bisa kau tawarkan padaku?"

Kaede bangkit, mendekati Ryunosuke perlahan, lalu berbisik di telinganya.

"Kekuatan sejati… yang tidak bisa kau dapatkan hanya dengan menjadi seorang Dark Mage biasa. Kekuatan yang akan membuatmu berada di atas semua orang, bahkan di atas Kouji."

Nama itu langsung memicu sesuatu di dalam diri Ryunosuke.

"Terus terang saja. Apa yang kau maksud?"

Kaede mundur sedikit, menatapnya dengan sorot mata penuh intrik.

"Pernah dengar tentang Kultus Kehancuran?"

Ryunosuke terdiam. Suara Kaede yang tenang seolah membawa hawa dingin di ruangan itu. Ia belum pernah mendengar nama itu sebelumnya, tapi… hanya dari namanya saja, itu terdengar seperti sesuatu yang akan membawanya lebih dekat pada ambisi gilanya.

Kaede tersenyum lebih lebar, lalu mengulurkan tangannya ke Ryunosuke.

"Gabunglah dengan mereka. Dengan kami. Dan aku janji… kau akan mendapat kekuatan yang selama ini kau impikan."

Ryunosuke menyeringai. Tawaran kekuatan yang luar biasa tentu menarik, tapi kalau dia akan mengambil langkah besar ini, dia ingin sesuatu yang lebih.

Ia bersandar ke belakang, menatap Kaede dengan mata tajam penuh kesombongan.

"Oke, aku tertarik."

Kaede tersenyum penuh kemenangan.

"Bagus. Aku tahu kau cerdas, Ryunosuke-kun."

Tapi sebelum Kaede bisa berbicara lebih jauh, Ryunosuke mengangkat satu jari dan menginterupsinya.

"Tapi ada satu syarat."

Kaede mengerutkan alis.

"Syarat?"

Ryunosuke mencondongkan tubuh ke depan, mendekat ke arah Kaede, membuat jarak di antara mereka semakin sempit.

"Kalau aku bergabung dengan Kultus Kehancuran... kau harus jadi pacarku."

Kaede terdiam. Matanya sedikit membelalak, tidak menyangka permintaan seperti ini.

"…Hah?"

Ryunosuke tertawa pelan, menikmati keterkejutan Kaede.

"Aku tahu kau menginginkanku di pihakmu. Tapi aku juga ingin sesuatu sebagai imbalan. Lagipula, kau cantik, pintar, dan misterius... bukankah kita pasangan yang cocok?"

Kaede memperhatikan Ryunosuke dengan ekspresi penuh analisis.

"Aku tidak menyangka kau akan meminta sesuatu seperti ini…"

Ryunosuke mengangkat bahu.

"Aku hanya mengambil kesempatan. Jadi? Kesepakatan atau tidak?"

Kaede menatapnya dalam diam. Di satu sisi, ini adalah permintaan konyol. Tapi di sisi lain… memiliki Ryunosuke di pihak Kultus akan menjadi aset berharga.

Setelah beberapa saat, Kaede tersenyum tipis.

"Baiklah. Tapi kita lihat nanti apakah kau bisa menanggung konsekuensinya, Ryunosuke-kun."

Ryunosuke tertawa puas.

"Hahaha! Bagus! Aku terima tawaranmu, sayang~"

Kaede memutar matanya, tapi tidak menolak.

Pintu kamar terbuka perlahan.

Seorang pelayan penginapan masuk dengan langkah tenang, mengenakan seragam standar, namun ada sesuatu yang tidak biasa dari sorot matanya.

"Akhirnya, saatnya tiba."

Di tangannya, terbungkus kain hitam pekat, terdapat sebuah tongkat berwarna ungu gelap dengan ukiran menyeramkan. Aura kegelapan merembes keluar dari tongkat itu, memenuhi ruangan dengan hawa dingin yang menyesakkan.

Kaede tersenyum kecil.

"Ryunosuke-kun, izinkan aku memperkenalkanmu pada 'Nightfall',tongkat yang akan membawamu ke tingkat kekuatan yang lebih tinggi."

Ryunosuke menatap tongkat itu dengan mata berbinar. Aura jahat yang dipancarkan hanya membuatnya semakin bersemangat.

"Heh… Aku bisa merasakan kekuatannya."

Pelayan itu berlutut, meletakkan tongkat di hadapan Ryunosuke.

"Sebelum kau bisa menggunakannya, kau harus mengambil sumpah."

Kaede mendekat, membisikkan kata-kata yang harus diucapkan.

Ryunosuke menutup matanya sesaat, lalu mengangkat tangannya ke atas tongkat Nightfall.

Dengan suara mantap, ia mengucapkan sumpahnya:

"Demi Anarkia."

Seketika itu juga, kegelapan dari tongkat meresap ke tubuhnya. Tatapan Ryunosuke berubah,pupilnya tampak lebih dalam, lebih kelam.

Pelayan itu tersenyum puas.

"Kini kau adalah salah satu dari kami, Ryunosuke-sama."

Ryunosuke mengangkat tongkat Nightfall dengan satu tangan, merasakan aliran kekuatan kegelapan yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Heh… Ini baru permulaan."

Kaede tersenyum penuh arti.

"Selamat datang di Kultus Kehancuran, kekasihku."

Kaede mendekat dengan langkah lambat, senyumnya penuh godaan.

"Sekarang kau sudah menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar, Ryunosuke-kun…"

Dia melingkarkan lengannya ke leher Ryunosuke, wajah mereka sangat dekat.

"Dan kau juga mendapatkan aku sebagai bonusnya, kekasihku~"

Ryunosuke menyeringai.

"Hahaha! Kekuatan dan seorang gadis secantik ini? Aku benar-benar menang besar malam ini!"

Kaede menyentuh pipinya dengan lembut, matanya penuh permainan.

"Tentu saja, aku akan berada di sisimu, selama kau tetap setia pada tujuan kita."

Ryunosuke tidak peduli dengan hal lain. Yang penting baginya adalah kekuatan yang kini mengalir dalam dirinya dan seorang kekasih yang menggoda di sisinya.

"Tentu saja, sayang. Aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkan lebih banyak kekuatan… dan untukmu."

Kaede tersenyum puas, mencium pipinya perlahan sebelum berbisik di telinganya.

"Kalau begitu, kita punya banyak rencana, Ryunosuke-kun. Mari kita buat dunia ini gemetar di bawah kaki kita."

Ryunosuke memeluk Kaede erat, wajahnya penuh kemenangan.

"Kau tahu, Kaede? Aku ingin sepuluh anak darimu."

Kaede yang biasanya penuh manipulasi justru terdiam sejenak. Dia menatap Ryunosuke, awalnya mengira itu hanya lelucon, tapi ekspresi serius di wajah Ryunosuke membuatnya sadar… dia benar-benar menginginkannya.

Alih-alih jijik atau merasa aneh, Kaede justru merasakan sesuatu yang berbeda,hangat, mendalam. Bukan sekadar manipulasi, bukan sekadar rencana jangka panjang. Perasaan yang tulus mulai tumbuh di hatinya.

"Sepuluh anak, ya?" Kaede tersenyum, mengelus pipi Ryunosuke dengan lembut.

"Kalau kau cukup kuat untuk melindungi mereka… aku tidak keberatan."

Ryunosuke terkejut sesaat, lalu tertawa puas.

"Tentu saja! Dengan kekuatan ini, aku bisa menjadi Raja Kegelapan, dan kau akan menjadi ratuku!"

Kaede tertawa kecil, lalu menempelkan dahinya ke dahi Ryunosuke.

"Kalau begitu, jangan mati, sayang. Aku ingin melihat sejauh mana kau bisa pergi."

Di kamar yang diterangi cahaya lilin redup, dua orang yang awalnya penuh kepentingan pribadi kini benar-benar jatuh cinta satu sama lain,dalam dunia yang penuh pengkhianatan dan ambisi, mereka menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar kekuatan.

Keesokan paginya, setelah malam yang penuh ketegangan dan kelelahan, suasana di penginapan sedikit lebih tenang. Matahari pagi menyinari Desa Eldoria, membawa udara segar yang seolah menenangkan hati para penghuni.

Di ruang makan penginapan, Lisa duduk di meja bersama Putri Sena, menyendok sarapannya dengan tatapan berpikir. Ia masih mengingat kejadian di dungeon, tetapi pikirannya kini tertuju pada sesuatu yang lebih ringan,kasur dan bantal yang mereka gunakan semalam.

Lisa menoleh ke Gerald, pemilik penginapan. "Gerald, kasur dan bantal di penginapan ini luar biasa nyaman. Di mana kau mendapatkannya?"

Gerald, yang sedang membersihkan gelas di balik meja, tersenyum. "Ah, kalau soal itu, aku membelinya dari Z-Store. Mereka menjual barang-barang berkualitas, dan jujur saja, kasur itu adalah investasi terbaik untuk penginapan ini."

"Z-Store?" Sena mengangkat alis, penasaran.

"Ya, toko baru di desa ini. Pemiliknya sangat pandai berbisnis, dan barang yang dijualnya sangat berkualitas," jawab Gerald.

Lisa dan Sena saling berpandangan, lalu tanpa pikir panjang, mereka bangkit dari kursi.

"Ayo kita lihat," kata Lisa.

"Setuju," tambah Sena.

Dengan langkah cepat, mereka keluar dari penginapan dan menuju ke arah toko yang disebut Gerald,tanpa mereka sadari bahwa toko itu adalah milik seseorang yang sama sekali tidak mereka duga: Zetsuya.

Sesampainya di sana, mereka melihat sebuah toko yang cukup sederhana, tetapi memiliki papan nama yang jelas bertuliskan Z-Store. Saat mereka masuk, suara lonceng kecil berbunyi, menandakan kedatangan pelanggan.

Di dalam, seorang gadis Elf berambut perak dengan telinga panjang berdiri di balik meja kasir. Matanya yang berwarna hijau zamrud menatap mereka dengan sopan.

"Selamat datang di Z-Store," ucapnya dengan suara lembut. "Apa yang bisa saya bantu?"

Lisa langsung berjalan mendekati meja kasir dan menatap Elf yang ada di depannya. "Aku ingin membeli kasur dan bantal seperti yang ada di penginapan Gerald. Apakah kalian menjualnya?"

Elf itu, yang ternyata bernama Tia, mengangguk dengan sopan. "Tentu. Kami memiliki beberapa pilihan kasur dengan kualitas terbaik. Jika Anda menginginkan yang sama seperti di penginapan Gerald, kami bisa menyiapkannya untuk Anda."

Sena, yang berdiri di samping Lisa, mulai melihat-lihat sekeliling toko. Matanya terbelalak saat melihat rak yang tertata rapi dengan barang-barang yang tidak biasa ia temui di dunia ini. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah sebuah bola plastik berwarna cerah.

"Lisa, lihat ini!" Sena mengangkat bola itu. "Ini jauh lebih ringan dan terlihat lebih awet dibandingkan bola anyaman yang biasa digunakan anak-anak di desa."

Lisa menoleh dan mengamati bola itu. "Benar juga... Ini pasti lebih nyaman dipakai bermain."

Tak hanya itu, mereka juga menemukan sabun dengan aroma yang khas,aroma yang mereka kenali dari penginapan Gerald.

Lisa mengambil salah satu batang sabun dan mencium aromanya. "Jadi, sabun yang dipakai di penginapan Gerald juga berasal dari sini?"

Tia tersenyum tipis. "Benar. Kami menjual berbagai perlengkapan yang bisa meningkatkan kenyamanan, termasuk kasur, bantal, dan sabun."

Lisa dan Sena saling berpandangan. Mereka tidak menyangka bahwa toko ini memiliki berbagai barang berkualitas yang sebelumnya tidak pernah mereka lihat di dunia ini.

Tia tersenyum ramah dan berkata, "Jika Anda tertarik, kami juga menjualnya dalam bentuk set. Satu set berisi satu kasur, satu bantal, dan satu batang sabun dengan harga lima koin emas. Lebih praktis dan lebih hemat dibanding membeli satu per satu."

Sena langsung mengangguk dengan penuh antusias. "Bagus! Aku ingin membeli sepuluh set untuk para pahlawan. Dengan ini, mereka bisa tidur lebih nyaman dan tetap bersih."

Namun, Tia menggeleng pelan. "Maaf, tapi saat ini kami hanya memiliki tujuh set tersisa."

Sena dan Lisa saling berpandangan, sedikit terkejut. "Hanya tujuh?" Lisa bertanya, memastikan.

Tia mengangguk. "Benar. Permintaan untuk kasur dan bantal cukup tinggi, terutama setelah penginapan Gerald mulai menggunakannya."

Sena berpikir sejenak sebelum akhirnya menghela napas. "Baiklah, aku akan membeli semua tujuh set yang tersisa."

Tia segera mencatat pesanan itu dan tersenyum. "Terima kasih atas pembeliannya! Saya akan menyiapkan semuanya sekarang."

Lisa melipat tangan di dadanya, masih takjub dengan harga yang ditawarkan. "Lima koin emas untuk satu set dengan kualitas sebagus ini… Ini termasuk murah."

Sena mengangguk setuju. "Benar. Biasanya, kasur berkualitas bagus bisa mencapai sepuluh hingga lima belas koin emas, dan itu tanpa bantal serta sabun."

Lisa menyipitkan matanya curiga. "Siapa sebenarnya pemilik toko ini? Aku ingin bertemu dengannya."

Tia hanya tersenyum tipis tanpa menjawab langsung. "Saat ini, pemiliknya sedang tidak berada di desa. Tapi mungkin suatu hari nanti, Anda akan bertemu dengannya."

Lisa dan Sena semakin penasaran. Siapa orang yang bisa menjual barang berkualitas dengan harga seefisien ini?

Setelah menyelesaikan pembelian di Z-Store, Lisa dan Sena segera kembali ke penginapan untuk mengumpulkan seluruh tim pahlawan. Dengan wajah serius, Lisa berdiri di tengah ruangan dan berkata, "Sebelum kita pergi dari desa ini, kita harus pamit ke kepala desa. Itu hal yang sopan untuk dilakukan."

Meskipun beberapa anggota terlihat lelah dan tidak terlalu peduli, mereka tetap mengikuti Lisa dan Sena keluar dari penginapan.

Di rumah kepala desa, suasana terasa lebih berat dari biasanya. Kepala desa menyambut mereka dengan senyum ramah, tetapi kemudian menyadari ada yang kurang. "Hm? Kalian tidak lengkap. Seharusnya ada lebih banyak dari kalian, bukan?"

Lisa menghela napas, menundukkan kepalanya sejenak sebelum menjelaskan, "Hanzo dan Sai… mereka gugur di dalam dungeon. Sedangkan Rey masih berada di penginapan, dia mengalami patah tulang setelah pertempuran terakhir. Kemudian untuk Hanabi... Dia mengkhianati para pahlawan dan dikeluarkan."

Wajah kepala desa berubah serius. "Aku turut berduka cita… Mereka gugur sebagai pahlawan, bukan?"

Sena mengangguk. "Benar. Kami berhasil mencegah dungeon break, tapi itu mengorbankan mereka. Untuk mencegah bencana itu terjadi, kami terpaksa menaklukkan minimal 10 lantai dungeon. Sayangnya, Hanzo dan Sai tidak bisa selamat."

Kepala desa menghela napas dalam-dalam, lalu menatap mereka dengan penuh penghormatan. "Mereka mungkin telah pergi, tetapi pengorbanan mereka tidak akan sia-sia. Desa ini selamat berkat kalian semua."

Beberapa pahlawan hanya menunduk dalam diam. Bahkan Ryunosuke, yang biasanya suka menghina, tidak berkata apa pun.

Lisa menatap kepala desa dengan penuh keyakinan. "Kami harus melanjutkan perjalanan kami. Terima kasih atas semua yang telah desa ini berikan kepada kami."

Kepala desa mengangguk. "Aku berharap yang terbaik untuk kalian semua. Jika suatu saat kembali ke Eldoria, kami akan selalu menyambut kalian dengan tangan terbuka."

Saat para pahlawan melangkah keluar dari rumah kepala desa, mereka dikejutkan oleh kerumunan warga Eldoria yang telah berkumpul di jalan utama. Para pria, wanita, bahkan anak-anak berdiri di sisi jalan, menatap mereka dengan penuh penghormatan.

“Kami tidak bisa membalas jasa kalian,” ujar seorang pria tua dengan suara bergetar.

Seorang ibu muda menunduk hormat. “Terima kasih telah melindungi desa ini…”

Anak-anak melambaikan tangan kecil mereka dengan riang, meskipun belum sepenuhnya memahami situasi.

Lisa dan Sena memimpin di depan, sementara yang lain mengikuti di belakang. Saat mereka melewati warga, beberapa orang bahkan memberikan sedikit oleh-oleh, seperti roti kering atau buah, sebagai tanda terima kasih.

Setibanya di gerbang desa, kepala desa kembali berbicara. “Kami mendoakan keselamatan kalian dalam perjalanan. Jika takdir mempertemukan kita lagi, Desa Eldoria akan selalu terbuka untuk kalian.”

Lisa mengangguk dan tersenyum tipis. “Kami juga berterima kasih atas kebaikan kalian.”

Dengan langkah yang mantap, tim pahlawan akhirnya meninggalkan Eldoria, menuju ibu kota dengan berbagai perasaan yang bercampur aduk,rasa kehilangan, tanggung jawab, dan tekad untuk menjadi lebih kuat di masa depan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!