Bagaimana jadinya jika dua keberadaan paling agung dan paling tinggi di seluruh semesta yang ada, terlahir dan muncul kembali setelah jutaan tahun kematian keduanya di masa lalu.
Dan istimewanya, keduanya muncul dan terlahir justru bukan dengan tubuh fisik yang mereka miliki dahulu, melainkan tumbuh dan hidup di dalam tubuh bocah 16 tahun yang secara kebetulan memiliki nama yang merupakan gabungan dari nama kedua sosok itu di masa lalu.
Penasaran?
Tunggu apalagi, langsung masuk dan baca ceritanya di sini!👇
Novel: Pewaris Tahta Semesta
Author: Fatiih Romanaa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatiih Romana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.
"Bagaimana, apakah pihak dari organisasi itu sudah memberikan kabar pada kalian mengenai tugas yang kalian berikan itu?"
ucap Yu Ming yang baru saja tiba di sana dengan langkah cepat dan mata penuh tanya. Ia terlihat tidak sabar, seolah ada sesuatu yang mendesak dalam pikirannya.
Dan alasan mengapa dia berada di sana adalah karena sebelumnya Ba Tian menghubunginya untuk segera mendatangi Klan Ba guna membicarakan sesuatu yang penting.
Sehingga tanpa pikir panjang, Yu Ming langsung bergerak ke Klan Ba. Ia mengira pembicaraan yang dimaksud Ba Tian itu berkaitan dengan urusan penting yang selama ini terus mereka tunggu-tunggu.
Yaitu kabar dari organisasi itu.
"Itulah alasan mengapa aku meminta dirimu untuk segera datang ke sini, Saudara Ming."
Ba Tian menghela napas panjang, ekspresinya muram. “Sampai saat ini, mereka dari pihak Organisasi Lembah Bayangan masih belum juga muncul untuk menjelaskan soal itu.”
Yu Ming menatap langit sebentar, lalu duduk di kursi yang disediakan. "Sudah dari pagi kalian menunggu?"
"Benar. Bahkan sebelum matahari terbit, aku dan beberapa tetua sudah bersiap menantikan mereka."
Nada suara Ba Tian terdengar kecewa dan lelah. “Namun sekarang sudah hampir tengah hari... dan mereka bahkan tidak memberikan kabar sedikit pun.”
"Hmmm..."
Yu Ming mendecak pelan, matanya menyipit.
"Jika seperti itu, ini akan menjadi sulit," lanjutnya sambil menyilangkan tangan.
"Sebab kita tidak memiliki kemampuan untuk memprotes ataupun meminta penjelasan pada organisasi menakutkan itu.”
“Kau benar…” gumam Ba Tian dengan nada frustrasi. “Lalu menurutmu, apa yang harus kita lakukan untuk masalah ini?”
Ia memandang Yu Ming penuh harap. Bagi Ba Tian, sahabatnya itu bukan hanya lebih kuat darinya, tapi juga selalu berhasil menyelesaikan banyak masalah pelik di masa lalu.
Namun kali ini, Yu Ming justru tampak ragu.
“Untuk masalah ini... aku tidak bisa memberikan masukan apapun,” ucap Yu Ming pelan namun tegas. “Organisasi itu, bukanlah sesuatu yang bisa kita ganggu sembarangan. Kita tidak tahu apa yang terjadi di balik diamnya mereka kali ini.”
Raut wajah Ba Tian makin keruh.
Namun tiba-tiba, Yu Ming melanjutkan, suaranya lebih mantap, “Tapi... meski begitu, aku masih memiliki satu cara. Cara yang bisa kita coba malam ini juga.”
"Apa itu, Saudara?"
Mata Ba Tian langsung menyala, seolah menemukan seberkas cahaya dalam kegelapan.
“Jika menurutmu rencana itu akan berhasil, maka kita bisa mencobanya setelah ini.”
Sebab dia tidak rela harta yang sudah klannya keluarkan untuk menyewa organisasi itu hilang sia-sia. Apalagi jika tidak ada kejelasan seperti ini.
"Aku berencana untuk mendatangi markas mereka secara langsung malam ini," kata Yu Ming mantap.
“Jika sampai malam nanti mereka masih belum mengirimkan perwakilan, maka kita akan bergerak. Dengan begitu, kita memiliki alasan untuk masuk ke sana tanpa menyinggung mereka secara langsung.”
“Masuk ke markas... mereka?” Ba Tian terdiam sesaat, sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Kau yakin kita tidak akan dianggap lancang karena melangkah ke wilayah mereka?”
“Kita tidak akan masuk dengan cara sembrono. Kita hanya akan datang sebagai pihak yang ingin memastikan kerja sama tetap berjalan lancar. Tidak lebih dari itu.”
Setelah mendengar penjelasan Yu Ming, Ba Tian pun tersenyum penuh harapan. Bahkan para tetua Klan Ba yang hadir di tempat itu mulai menunjukkan ekspresi lega.
Sebab dalam hati kecilnya, Ba Tian sebenarnya sudah lama ingin bertemu langsung dengan pihak Organisasi Lembah Bayangan. Tujuannya bukan hanya untuk menyelesaikan urusan kerja sama, tetapi juga untuk membuka jalan agar Klan Ba bisa menjalin hubungan yang lebih dalam.
Jika berhasil, maka bukan mustahil Klan Ba akan segera naik ke puncak kekuatan wilayah timur Kerajaan Bintang ini.
Melihat wajah sahabatnya itu yang tampak berbinar, Yu Ming hanya tertawa kecil dan ikut tersenyum. Ia tahu apa yang sedang dipikirkan Ba Tian. Dan sebenarnya... ia pun memikirkan hal yang sama.
Klan Ling.
Pagi tadi, begitu Ling Tian kembali ke kediaman mereka, ia langsung menemui ayahnya, Ling Hao. Di bawah pohon besar di halaman rumah utama, ia menyampaikan sesuatu yang membuat wajah ayahnya langsung berubah drastis.
"Apa kau bilang tadi?" tanya Ling Hao, suaranya meninggi. “Kau ingin masuk ke Lembah Malam?! Tian’er! Kau tahu tempat itu berapa banyak memakan korban?”
Ling Tian tetap tenang. Ia sudah memperkirakan reaksi itu. “Aku tahu, Ayah. Tapi dengarkan aku dulu…”
Ling Tian pun mulai menjelaskan. Tentang apa yang ingin ia lakukan di Lembah itu. Tentang sesuatu yang harus ia cari, dan yang paling penting adalah tentang Organisasi Lembah Bayangan yang sudah ia tundukkan sepenuhnya.
“…saat ini seluruh organisasi itu berada di bawah pengaruh Tian’er,” ucapnya pelan namun penuh keyakinan.
“Mereka tidak akan menghalangiku, dan justru bisa jadi mereka itu akan menjadi penuntun untukku menyusuri Lembah Malam dengan lebih aman.”
Ling Hao terdiam lama. Bahkan napasnya terasa terhenti sesaat.
“…Seluruh organisasi…?” gumamnya.
Ling Tian mengangguk. “Aku tidak menyombongkan diri, Ayah. Tapi kebenarannya memang seperti itu. Dan aku tahu, selama ini Lembah Malam memiliki misteri besar. Tapi penyebab banyaknya korban bukan hanya karena lembah itu sendiri...”
“…melainkan karena campur tangan Organisasi Lembah Bayangan di baliknya,” potong Ling Hao perlahan, menegaskan kata-kata putranya. Ia mulai mengerti.
Dan meski dalam hatinya masih ada kekhawatiran sebagai seorang ayah, ia tahu bahwa Ling Tian bukan lagi anak biasa. Bukan lagi pemuda yang harus dilindungi setiap saat.
Dia kini berjalan di jalannya sendiri.
“Jadi kamu akan berada di sana dalam waktu berapa lama?” tanya Ling Hao beberapa saat kemudian, kini dengan nada yang lebih tenang.
"Untuk masalah itu Tian’er masih belum tahu, Yah. Namun yang jelas, Tian’er akan mengusahakan untuk keluar dari sana sebelum acara turnamen kerajaan berlangsung."
Mata Ling Tian menatap ayahnya dengan yakin. “Sebab Tian’er ingin melihat bagaimana perkembangan Kakak Feng, Kakak Fan, dan juga Kakak Hu setelah latihan tertutup mereka itu.”
Ling Hao tersenyum samar. “Dan kau berharap mereka akan menjadi juara?”
“Ya,” jawab Ling Tian pelan. “Sebagai bonus dari kerja keras mereka.”
“Lalu bagaimana denganmu?” tanya Ling Hao penasaran.
“Tidak. Aku tidak akan repot-repot mengikuti acara seperti itu,” jawab Ling Tian jujur. “Lebih baik aku pergi berpetualang di luar sana daripada mengikuti hal yang membosankan.”
“Kau ini benar-benar…”
Ling Hao menggeleng sambil tertawa kecil.
Tapi dalam hati ia tahu, turnamen itu memang sudah terlalu kecil bagi kekuatan putranya saat ini.
Mereka pun melanjutkan percakapan ringan hingga malam datang. Bercerita tentang masa lalu, tentang rencana masa depan, dan tentang dunia luas yang kini tengah menanti langkah kaki Ling Tian.
Hingga akhirnya, Ling Tian berpamitan untuk beristirahat karena besok pagi, ia akan memulai perjalanannya menuju Lembah Malam.
.
.
.
Sementara itu, di tempat lain dalam waktu yang bersamaan...
Terdapat lima sosok berpakaian hitam tengah bersiap untuk bergerak. Mereka berdiri dalam formasi hening, seperti bayangan maut yang baru keluar dari kegelapan malam.
Misi mereka kali ini sederhana namun mematikan: Menghancurkan salah satu klan besar di wilayah timur.
Sebab klan itu... telah melakukan kesalahan besar.
Kesalahan yang tak bisa dimaafkan.
Mereka telah mengusik sosok yang kini menjadi pemimpin kelompok mereka.
Beberapa saat kemudian...
Setelah semua persiapan telah dilakukan, kelima sosok itu bergerak cepat, menghilang dalam kegelapan, menuju arah yang telah ditentukan.
Langkah mereka sunyi, namun setiap langkahnya membawa kematian yang tak bisa dihindari...