Nirmala tak pernah menyangka jika kesuciannya akan di rampas paksa begitu saja. Sejak kejadian itu dia membenci sosok lelaki tak di kenalnya yang sudah menodainya. Namun siapa sangka, lelaki itu ternyata atasan yang baru di kantornya. Dia Alvin Sanjaya Kusuma, yang merupakan satu-satunya penerus perusahaan Sanjaya Group.
Akankah Alvin bertanggung jawab dengan perbuatannya? Atau dia akan pergi begitu saja? Sedangkan dia sangat mencintai mantan kekasihnya yang bernama Cantika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amallia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode.21
Terlihat Alvin yang sedang berdiri di depan kontrakan Nirmala. Beberapa kali dia mengetuk pintu kontrakan, namun tidak ada sahutan dari dalam. Kontrakan itu tampak sepi seperti tak berpenghuni.
"Nak, cari Nirmala ya?" Seorang ibu-ibu menghampiri Alvin.
"Benar, Bu. Nirmala dimana ya? Kok kontrakannya sepi?"
"Kemarin Neng Mala pergi dari kontrakan karena di usir sama pemilik kontrakan.''
''Kenapa diusir, Bu?''
''Neng Mala telat bayar kontrakan dan itu sering terjadi.''
''Lalu Nirmala pergi kemana, Bu?''
''Saya tidak tahu, Pak.''
''Biaklah, terima kasih informasinya,'' kata Alvin.
''Sama-sama, Pak.''
Alvin segera pergi dari sana. Dia berniat untuk mencari Nirmala, walaupun entah mencarinya dimana.
Sudah satu jam Alvin berkeliling mencari Nirmala. Namun dia belum juga menemukannya. Alvin memutuskan untuk singgah di sebuah warung pinggir jalan untuk membeli air mineral. Setelah membeli air mineral, dia kembali ke mobil.
Terlihat Nirmala yang sedang membawa karung dan mengambil sampah dari tong sampah. Jaraknya cukup dekat dari Alvin, hanya berjarak tiga meter saja. Saat menoleh ke samping, Nirmala melihat mobil Alvin.
'Kok itu mirip mobilnya Kak Alvin,' batin Nirmala.
Nirmala hendak mengejar mobil itu, namun sayangnya Alvin sudah mengemudikan mobilnya dari sana. Dia tidak melihat keberadaan Nirmala.
Nirmala kembali mencari botol bekas dari tempat sampah untuk dia jual. Terpaksa dia memulung karena dia belum memiliki pekerjaan. Nirmala sudah mencari kerjaan yang lebih layak, namun dia belum menemukannya. Untuk sementara dia juga tinggal di rumah kardus.
Nirmala mengelap keringat di wajahnya. Dia merasakan jika matahari cukup terik dan itu membuatnya haus dan lelah. NIrmala duduk sejenak di pinggir jalan. Dia mengipasi tubuhnya dengan kardus. Nirmala menatap penjual es cendol yang sedang berjualan, Seketika dia menelan ludahnya sendiri. Nirmala merogoh kantong celananya. Ternyata ada uang sepuluh ribu. Dia ingin sekali membeli es cendol itu, namun dia berpikir, jika uang itu dia pakai, nanti makan pakai apa. Nirmala tak jadi membeli es cendol itu.
Setelah cukup lama beristirahat, NIrmala memutuskan untuk kembali mencari sampah-sampah botol yang bisa dia jual.
Setelah kantong yang dia bawa sudah penuh, Nirmala langsung menjual hasil pulungnya itu.
Setelah keluar dari kontrakan, Nirmala sama sekali tidak memiliki uang yang cukup. Karena uang hasil kerjanya dan juga sedikit uang tabungan sudah dia pakai untuk membayar hutang neneknya.
.....................
Cantika melihat suaminya yang sedang duduk sendirian di balkon rumahnya. Lalu dia menghampiri suaminya.
''Mas,'' dari arah belakang, Cantika memanggil suaminya.
''Iya, Mala.'' Alvin malah menyebutkan nama wanita lain. Memang sejak tadi dia sedang memikirkan Nirmala.
''Oh jadi Mas Alvin sedang memikirkan pelayan rendahan itu,'' Cantika tampak marah sekali.
Alvin tersadar jika yang memanggilnya itu istrinya, bukanlah Nirmala.
''Maaf, Canti.'' ucap Alvin.
''Maaf katamu? Mas Alvin sudah berubah. Mas Alvin tidak mencintaiku lagi,'' Cantika meneriaki suaminya.
''Harusnya kamu sadar diri, Canti. Kamu sendiri yang sudah menodai cinta suciku.''
''Tapi itu sudah masalalu. Bisakah Mas Alvin memaafkanku?''
''Sangat sulit, apalagi saat mengingat kamu yang sedang bergelut di atas ranjang. Lelaki mana yang mau sama wanita bekasan? Sebejat-bejatnya lelaki, pasti mereka tetap maunya sama wanita yang masih suci.''
''Mas Alvin baru mengatakannya sekarang, tapi bagaimana dengan kemarin-kemarin? Mas Alvin tetap saja meniduriku.''
''Dan itu kesalahanku. Besarnya rasa cintaku membuatku menepiskan semua keraguan. Tapi sekarang aku sadar, jika aku menyesali semuanya.''
''Pergi saja kalau bisa! Aku akan meminta bantuan papah agar mau membantuku biar Mas Alvin tidak bisa melepaskanku.''
Alvin memilih untuk diam. Dia tidak mengatakan apa pun lagi.
'Mungkin untuk sekarang aku harus bersabar. Saat anak Cantika lahir, aku akan melakukan tes DNA secara diam-diam. Karena dengan bukti itu, Pak Dirga pasti tidak akan menahanku untuk tetap disisi Cantika,' batin Alvin.
Alvin memilih pergi, membiarkan istrinya yang masih marah-marah.
Alvin menyambar kunci mobil miliknya yang ada di atas nakas. Lalu dia pergi keluar rumah untuk menenangkan diri.
Nirmala yang sedang tidur, dia merasakan ada tetesan air yang menetes ke tubuhnya. Spontan dia bangun dari tidurnya. Ternyata dari atas rumah kardus, banyak air yang menetes. Nirmala keluar dari rumah kardus itu. Ternyata di luar sedang hujan. Nirmala mengambil tas miliknya, lalu pergi dari sana. Mungkin untuk malam ini dia harus mencari tempat berteduh, karena tempat tinggalnya sudah tidak layak di tempati.
Nirmala dan beberapa temannya berteduh di emperan toko. Nirmala duduk sambil menyenderkan tubuhnya ke tembok. Lalu dia mulai memejamkan kedua matanya.
Pagi harinya Nirmala terusik dari tidurnya. Dia membuka kedua matanya dan melihat sesorang yang sedang berteriak-teriak.
Ternyata pemilik toko sudah datang, dan mengusir mereka semua. Karena keberadaan mereka semua mengganggu.
Nirmala terus berjalan entah kemana tujuannya. Dia berpencar dengan yang lainnya. Nirmala lengah, dia berjalan semakin ke tengah.
Tin tin
Saat mendengar ada suara mobil dari arah belakang, Nirmala minggir ke pinggir jalan.
''Kalau jalan lihat-lihat dong,'' ucap Alvin dari dalam mobil. Dia membuka sedikit kaca mobilnya.
Nirmala menoleh ke sumber suara.
''Maaf, saya kurang berhati-hati,'' ucapnya sambil menatap Alvin.
Alvin membuka pintu mobilnya. Dia keluar lalu mendekati Nirmala.
''Mala, dari mana saja kamu? Aku mencarimu tapi tidak ketemu,'' Alvin menatap penampilan Nirmala yang tampak lusuh.
''Setelah di usir dari kontrakan, aku tinggal di rumah kardus.''
''Rumah kardus? Alvin terkejut karena NIrmala tinggal di tempat kumuh seperti itu.
''Benar, saya belum menemukan pekerjaan baru, jadi saya tinggal di rumah kardus.''
''Bagaimana jika kamu kembali bekerja dengan saya.''
''Maaf, tapi Non Cantika pasti akan marah.''
''Bukan bekerja di rumah saya, tapi di apartemen. Kebetulan sekali kemarin pembantu yang bekerja disana pulang kampung karena anaknya sakit, jadi untuk sementara kamu boleh tinggal disana sekalian bantu beres-beres.''
''Tapi saya takut jika Non Cantika tahu.''
''Kamu tenang saja, dia tidak akan tahu kalau saya tidak bicara sama dia.''
Nirmala tampak berpikir, mungkin lebih baik dia menerima penawaran itu dari pada dia pergi tanpa arah tujuan.
''Baiklah, saya akan ikut dengan Tuan Alvin.''
''Kenapa panggil Tuan lagi? Panggil Kakak dong!'' pintanya.
''Eh iya maaf, Kak.''
Nirmala masuk ke mobil Alvin. Alvin segera mengemudikan mobilnya menuju ke apartemennya. Sekarang dia sudah bisa bernapas lega karena Nirmala sudah di temukan.
Sesampainya di apartemen, Alvin memberitahukan pasword apartemennya kepada Nirmala. Bahkan dia menyuruh Nirmala mencoba untuk membuka pintu itu.
''Kamu ingat-ingat ya kodenya,'' kata Alvin.
''Baik, Kak.'' jawabnya.
Keduanya memasuki apartemen itu. Nirmala tampak kagum menatap sekelilingnya.
''Saya tinggal sama siapa disini?''
''Sendirian, apa kamu takut?''
''Tidak sih, saya berani kok.''
''Ayo aku antar ke kamarmu!''
Nirmala mengikuti Alvin menuju ke kamar yang akan dia tempati.
Nirmala tampak kagum melihat kamar yang terlihat luas.
''Maaf, Pak. Tapi saya kan hanya pembantu, kenapa kamarnmya seluas ini?''
''Kamu ini spesial, jadi menurut saja ya.''
'Apa menurut Kak Alvin, aku ini pembantu spesial? Memangnya ada ya pembantu spesial?' Nirmala bertanya-tanya dalam hatinya.