NovelToon NovelToon
MADU YANG KU NAFKAHI

MADU YANG KU NAFKAHI

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh / Romansa
Popularitas:8.4k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

Mursyidah Awaliyah adalah seorang TKW yang sudah lima tahun bekerja di luar negeri dan memutuskan untuk pulang ke kampungnya. Tanpa dia tahu ternyata suaminya menikah lagi diam-diam dengan mantan kekasihnya di masa sekolah. Suami Mursyidah membawa istri mudanya itu tinggal di rumah yang dibangun dari uang gaji Mursyidah dan bahkan semua biaya hidup suaminya dan juga istrinya itu dari gaji Mursyidah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BERTEMU IBU

Mursyidah menatap wanita yang berdiri di depan pintu kamarnya. Dia sempat tidak percaya dengan penglihatannya. Seorang wanita dengan wajah sedikit pucat dan Lelah. Nampak sekali jika dia baru saja pulang dari sawah karena ujung bajunya yang sedikit berlumpur. Bahkan topi caping dari anyaman bambu masih bertengger di kepalanya.

"Ibu?" sapanya bingung.

Mengapa sampai semalam ini ibunya bekerja di sawah? Apakah sudah biasa ibunya itu bekerja hingga malam hari? Mursyidah akan meminta ibunya itu untuk berhenti saja bekerja di sawah, biarlah dia yang menanggung semua kebutuhan hidup ibunya.

"kamu sudah pulang nak? Kenapa tidak memberitahu ibu?"

"aku ingin memberi kejutan pada ibu. Aku membelikan ibu banyak hadiah."

Mursyidah bangkit dari duduknya hendak menyalami ibunya.

"Ndak usah nak. Kamu di situ saja, ibu kotor. Biar ibu bersih-bersih dulu," ucap ibu Mursyidah seakan menahan langkah Mursyidah mendekat.

"Ibu mau kemana?" tanya Mursida. Ibu Mursyidah tidak menjawab. Wanita itu menghilang di kegelapan ruang tamu

"Ibu titip adikmu ya..." suara ibu Mursyidah terdengar di kegelapan.

"Ibu mau kemana?!" ulang Mursyidah lagi.

Kali ini suara agak lebih keras dan dia sudah berdiri di depan pintu kamarnya menatap ruang tamu yang gelap. Tidak ada ibunya di sana. Hanya ada keheningan dalam ruangan yang gelap itu. Mursyidah Kembali memanggil ibunya dengan suara yang agak kencang dari sebelumnya.

Kembali hening, tidak ada jawaban.

"Ibuuu!!" teriaknya semakin kencang.

Mursyidah tersentak bangun karena teriakannya sendiri. Ternyata dia masih berada di kamarnya, tertelungkup di atas sajadah yang tergelar. Mursyidah berusaha membuka matanya lebar-lebar dan memandangi seluruh penjuru kamarnya. Hanya dia sendiri yang ada di sana. Tidak ada ibunya yang dia panggil sejak tadi.

Ternyata dia hanya bermimpi, mimpi bertemu ibunya. Mursyidah kembali menangis. Air matanya mengalir tanpa dapat dia bendung. Ibunya telah pergi untuk selamanya dan tidak akan pernah bisa dia temuai lagi. Ibunya pergi dalam diam tanpa pesan apapun pada Mursyidah, tapi apa pesannya tadi saat dalam mimpi Mursyidah? Ibunya menitipkan Aini, adik Mursyidah satu-satunya.

Pastilah ibunya itu sangat mengkhawatirkan Aini dan menitipkan Aini padanya karena hanya Mursyidah lah yang Aini miliki saat ini. Entah bagaimana hancurnya dan sedihnya hati Aini saat melepas kepergian ibu mereka untuk selamanya. Gadis itu hanya seorang diri menghadapi kematian ibunya karena kakak satu-satunya sedang bekerja di negeri orang sedangkan ayah mereka sudah lama pergi.

Ayah Mursyidah dan Aini sudah meninggal ketika Mursyidah berusia tujuh tahun dan Aini masih berada di dalam kandungan. Adik Mursyidah itu belum pernah bertemu ayah mereka sekalipun. Hanya ibu merekalah satu-satunya orang tua yang di kenal Aini, karena itulah dia sangat dekat dengan sang ibu.

Tidak dapat Mursyidah bayangkan bagaimana perasaan adiknya itu saat ini dan menyimpannya semuanya sendiri. Rasanya dia sudah tidak sabar umtuk bertemu dengan adiknya. Air mata Mursyidah terus saja mengalir memikirkan semuanya tentang kesedihan adiknya. Mungkin sebaiknya besok Mursyidah pergi menemui adiknya itu dulu agar dapat menghibur dan menenangkan adiknya tersebut. Atau jangan-jangan dia yang harus ditenangkan oleh adiknya karena sampai saat ini pun dirinya masih saja sedih dan menangis setiap kali teringat ibunya.

Keesokan paginya Mursyidah terbangun dengan mata yang sembab. Matanya itu seperti terasa berat dan sulit dibuka. Mbok Walijah datang dengan dengan membawa sepiring nasi goreng kampung dan segelas teh manis yang masih panas. Dia di temani oleh dua orang cucunya lelaki dan perempuan, yang lelaki mulai beranjak remaja sedang yang perempuan masih kecil mungkin sekitar emapt atau lima tahun.

"Aliyah...? Nduk, kamu sudah bangun?" tanya mbok Walijah sambil mengetuk pintu rumah Mursyidah.

Tak lama pintu terbuka dan Mbok Walijah disambut

Wajah Mursyidah dengan mata sembabnya.

"Nduk... kamu masih menangisi ibumu?"

"Nggak mbok," geleng Mursyidah sambil menyapu air mata yang kembali menggenang di sudut matanya.

"Ini nasi goreng sama teh manis, sarapanlah dulu."

Mbok Walijah mengambil piring yang dipegang oleh cucunya dan meletakkan di atas meja kayu tua yang ada di ruang tamu, setelah dia meletakkan gelas teh manis terlebih dulu. Mursyidah dan Mbok Walijah duduk di kursi yang mengelilingi meja itu, kedua cucu mbok Walijah hanya berdiri di dekat Mbok Walijah duduk. Kedua anak tersebut menatap asing pada Mursyidah karena baru pertama melihat Mursyidah.

Mursyidah mengucapkan terima kasih kemudian menyeruput teh panas itu sedikit kemudian dia memakan nasi goreng yang ternyata masih hangat. Hening sejenak. Tidak ada yang berbicara. Mbok Walijah dan kedua cucunya diam memperhatikan Mursyidah yang lahap menyantap sarapannya.

"Mbok tidak bisa mengantarmu ke makam pagi ini karena mbok tidak bisa meninggalkan Zafira. Dia juga nggak mau mbok ajak ikut." Mbok Walijah berbicara sambil terus memperhatikan Mursyidah yang sedang lahap menyantap sarapannya. Sejak kemarin perut Mursyidah kosong ditambah juga energinya terkuras karena menangis semalaman. Nasi goreng yang tanpa ada toping apa pun itu terasa nikmat saat dimakannya saking dia lapar.

"Iya mbok." Mursyidah manggut-mangut lalu menelan

Kunyahan terakhirnya. "Nggak apa-apa mbok," sahutnya lagi. Mursyidah meraih gelas teh manis dan menghabiskan isinya hingga tandas.

"Nanti kamu diantar sama Dika saja. Dia mau menemani kamu pergi ke makam."

Mbok Walijah memegang tangan cucu laki-lakinya yang masih berdiri di sebelahnya. Mursyidah sontak meliha ke arah dua bocah yang masih berdiri di dekat kursi yang di duduki oleh Mbok Walijah. Seketika dia merasa bersalah karena membiarkan kedua anak tersebut berdiri. Mursyidah tidak menyadari kehadiaran kedua anak itu, dia terlalu sibuk dengan dirinya yang masih larut dalam kesedihan karena kehilangan ibunya.

"Ini siapa mbok?" tanya Mursyidah setelah menyuruh kedua anak itu duduk di kursi yang masih kosong. Mursyidah tahu jika Mbok Walijah punya dua cucu, tapi dia tidak begitu ingat siapa saja mereka.

"Mereka ini cucu mbok. Yang besar ini Handika anaknya Warsiah dan yang ini Zafira anaknya Wardi," kata Mbok Walijah menjelaskan pada Mursyidah.

Mbok Walijah punya dua orang anak. Yang pertama perempuan bernama Warsiah yang telah lama meninggal sepulang bekerja di luar negeri. Ketika itu Warsiah pulang dalam keadaan sakit dan badannya kurus kering karena disiksa dan tidak diberi makan oleh majikannya. Oleh sebab kejadian itulah Mbok walijah sempat mengingatkan ibu Mursyidah agar tidak mengijinkan Mursyidah bekerja di luar. Mbok Walijah saat itu sempat menentang Mursyidah yang keras ingin bekerja, dia bahkan mengingatkan Mursyidah agar tidak menyesal nantinya.

Beruntungnya Mursyidah dapat majikan yang baik, tapi Mursyidah sekarang memang menyesal. Bukan karena dia juga mendapatkan penyiksaan dari majikannya seperti Warsiah, melainkan karena dia tidak sempat bertemu dengan ibunya untuk yang terakhir kalinya.

"Mas Wardi sama istrinya tinggal di sini mbok?" tanya Mursyidah sambil melihat pada Zafira yang langsung tertunduk karena tatapan Mursyidah. Sepertinya bocah perempuan itu malu pada Mursyidah. Atau jangan-jangan takut karena masih asing melihat Mursyidah.

"Wardi bekerja di Kalimantan makanya anaknya dititip mbok, kalau istrinya lain kali mbok ceritakan padamu." Mbok Walijah mengedipkan mata memberi kode pada Mursyidah lalu melirik Zafira sebentar.

"Itu mbok sudah siapkan sebotol air dan juga kembang untuk kamu bawa ke makam, terserah kamu mau berangkat kapan," kata Mbok Walijah lagi. Wanita tua itu mengambil piring bekas makan Mursyidah yang dengan cepat dicegah oleh Mursyidah.

"Biar aku yang cuci mbok sebelum berangkat ke malam ibu."

**

Mursyidah berangkat ke makam ibunya bersama dengan Handika. Mereka melewati beberpa pematang sawah hingga akhirnya sampai di kaki sebuah bukit yang ada di kampung tersebut. Agak mendaki sedikit mereka sampai di sebuah pemakaman yang tidak terlalu luas tapi sudah banyak berisi makam-makam warga kampung yang sudah meninggal. Umumnya warga kampung mereka yang sudah meninggal memang di makamkan di situ.

Handika berjalan di depan menuju menunjukkan makam ibu Mursyidah. Mereka berhenti di depan sebuah makan yang masih baru dibanding makam yang lainnya yang ada di dekat situ. Mursyidah duduk di depan sebuah makam yang bertuliskan nama ibunya pada sebuah nisan kayu tipis. Mursyidah mengusap nisan tersebut dengan berurai air matanya. Wanita muda tersebut menengadah agar dapat menahan laju air matanya. jangan sampai makam ibunya basah oleh air matanya.

Setelah mengedipkan matanya beberapa kali barulah dia mulai menabur bunga dan menyiram makan tersebut.

"Bu... maafkan Aliyah baru datang menengok ibu.

Aliyah tidak tau kalau ibu sudah pergi, kenapa ibu begitu cepat pergi? Aliyah belum siap ibu tinggalkan. Hanya ibu tempat Aliyah bercerita."

Suara Mursyidah yang lirih berhenti sesaat. wanita itu kembali mengangkat wajahnya memandang langit biru.

Dia memang belum siap ditinggalkan oleh ibunya meskipun kini dia telah bersuami. Hanya ibunyalah tempatnya berkeluh kesah jika ada masalah dalam rumah tangganya. Mursyidah tidak terlalu dekat dengan mertuanya karena mertuanya itu tidak menyukainya sejak pertama kali Mursyidah menikah dengan suaminya.

"Bu... maafkan Aliyah yang belum bisa membahagiakan ibu," lirih Mursyidah kembali sembari mengusap lembut nisan kayu yang bertuliskan nama ibunya. Wanita itu kemudian mengangkat kedua tangannya dan memanjatkan doa untuk ibunya. Begitu banyak dan panjangnya doa yang dilafaskan dibibirnya hingga tangannya pegal saat diturunkan setelah selesai berdoa.

Lebih dari satu jam berada di makam, mereka kembali ke rumah. dari kejauhan Mursyidah meliha seseorang yang berdiri di depan teras rumahnya memandangnya dengan tersenyum haru. Gadis dengan hijab pasmina itu berlari ke arahnya.

"Mbak Aliyah... kamu pulang mbak?"

Aini adik Aliyah satu-satunya itu menubrukkan diri pada kakaknya. Tangisnya tumpah saat itu juga. Kakak yang lima tahun tidak dilihatnya kini berada dihadapannya.

"Maafkan aku mbak. Gara-gara aku mbak tidak sempat bertemu ibu," isak Aini dalam pelukan Mursyidah.

"Tidak Aini." Mursyidah menggelengkan kepalanya.

"Mbak sudah bertemu ibu. Ibu bahkan menitipkan kamu sama mbak."

Aini melepaskan pelukannya dan menatap Mursyidah bingung.

"Mbak bertemu ibu?"

1
Siti Zaid
Author..terima kasih selalu update ceritanya berkali2...cerita makin menarik..kakak tunggu terus sambungan cerita nya...🤭
Hasri Ani: heheee makasi kembali sudah mampir... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Malangnya mursyidah bersuamikan Gunadi..sepatutnya dia merasa bimbang dan risau akan keselamatan mursyidah..malah harta warisan yg difikirkan😠benar2 benalu siGunadi
Ma Em
Gunadi bkn nya sedih mendengar kabar bahwa Mursydah kecelakaan dan meninggal eh malah senang karena akan dapat warisan , tdk taunya Mursydah nya msh sehat segar bugar tambah cantik lagi pasti Amar akan menyesal .
CB-1
semakin menarik ceritanya..makasih author cantik sehat slalu biar makin banyak update nya
Hasri Ani: aamiin.. semoga suka dengan cerita nya😁😁
total 1 replies
CB-1
penasaran apa yg di sembunyikan kinasih
Siti Zaid
Author..terima kasih sudah update berkali2..terbaiklah👍👍👍
Hasri Ani: makasih kembali sudah mampir say... 😁😁
total 1 replies
Siti Zaid
Betapa tidak tahu malu Astuti..sudah rampas suami mursyidah..malah duit hasil titik peluh mursyidah pun dia nak juga..dasar benalu...😠
N Wage
semangat Thor...kutunggu lanjutannya.
N Wage
TOP👍👍👍👍♥️♥️♥️
aku suka cerita halu yg realitis.
N Wage
dan cahaya adalah anak Gunadi yg gak diakui oleh Gunadi.
N Wage
apakah Kinasih pernah selingkuh sama Gunadi?
Ma Em
Bagus Mursydah kamu jgn tertipu lagi sama suamimu yg mokondo itu Mursydah cuma di porotin duitnya doang untuk kasih menyenangkan istri mudanya juga keluarganya , balas semua perbuatan Gunadi yg sdh membohongimu Mursydah buat si Gunadi menyesal .
Hasri Ani: sabar saaayyy sabaaar🤭🤭🤭
total 1 replies
Siti Zaid
Geram banget pada Gunadi..bohong terus ya hidupnya sekarang..takut ketahuan...sayang semua kelakuan busuknya sudah diketahui sama mursyidah...
Siti Zaid
Terima kasih author selalu update ceritanya...👍👍👍penasaran apakah ada rahsia yg disembunyikan kinasih..
Siti Zaid
Nyaris ketahuan sama Gunadi..kalau ketahuan bisa2 nya gagal rancangan mursyidah...
Ma Em
Sudah tdk sabar Thor Mursydah bertemu dgn Gunadi setelah melihat Mursydah cantik pasti Gunadi kaget , tapi Mursydah tetap hrs cerai sama Gunadi biar Mursydah berjodoh dgn ayah temannya Amar 😄😄
Hasri Ani: 🤣🤣🤣ketika jodoh diatur netizen🤣🤣🤣.. hehehe makasi sudah mampir semoga tetap suka ceritanya..
total 1 replies
Siti Zaid
Author ditunggu lanjutannya ya..nak lihat bagaimana mursyidah membalas sakit hatinya pada suami dan juga madunya😠
Hasri Ani: makasi say sudah mampir.. sehat selalu
total 1 replies
Siti Zaid
Terima kasih author sudah update beberapa episode lagi👍👍👍
Siti Zaid
Mursyidah..perempuan yg dikhinati itu harus kuat dan tabah..bangunlah dan balas semua perbuatan suami mertua dan madu mu itu...biar mereka menyesal kerana telah mengkhanati kamu😠
Siti Zaid
Cerita yg menarik..author anda hebat kerana bisa bikin cerita bisa bikin hati panas bila membacanya..terbaik👍👍👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!