Seraphine Grey meminta ibu dari Damien Knox untuk menjodohkan mereka berdua karena ia tahu Damien tidak bisa menolak permintaan ibunya. Dari dulu Sera sudah mencintai Damien, namun bahkan hingga tiga tahun pernikahan mereka perasaannya tidak terbalas sedikitpun.
Damien hanya mencintai satu wanita. Saat wanita itu kembali, Damien dengan tega membawanya ke dalam rumah pernikahan mereka. Sera meninggal tragis saat mencoba menjauhkan wanita itu dari Damien.
Tuhan memberinya kesempatan kedua. Sera kembali ke malam pertama pernikahan mereka. Rasa sakit yang Sera dapatkan selama menikah dengan Damien membuat Sera tidak lagi mengemis cintanya. Sera ingin secepatnya pergi namun fakta baru yang didapatkan tentang benang kusut antara Sera, Damien, dan mantan kekasih Damien yang tak pernah terurai membuatnya ragu. Apakah Sera akan tetap pergi atau mengurai misteri yang ada bersama Damien?
✯
Cerita ini murni ide penulis, kesamaan nama tokoh dan tempat hanyalah karangan belaka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Tadi malam setelah Sera tidak bisa menjelaskan apa-apa lagi, Damien akhirnya tidur dan meninggalkan Sera sendirian dekat jendela. Sera tetap duduk disana dan tidak tidur sepanjang malam.
Saat matahari terbit, Sera buru-buru berdiri lalu berjalan sempoyongan ke kamar mandi. Ia mandi dengan cepat, lalu berganti pakaian dengan dress putih dibawah lutut. Di depan kaca kamar mandi, ia perhatikan wajahnya pucat dan lingkaran hitam dibawah matanya.
“Kenapa aku nggak kembali saja ke sebelum pernikahan?” Monolog Sera mulai frustasi, semalaman memikirkan cara pergi dan tak satupun ideal untuk dilakukan. Mengajukan perceraian jelas akan menyakiti Adelina, kabur begitu saja pasti Damien juga tidak akan membiarkan.
“Aku harus segera keluar sebelum dia bangun,” Sera menggulung rambutnya dengan handuk, lalu segera keluar. Ia hampir terpeleset ketika baru saja membuka pintu, Damien sudah berdiri di depannya. Rambutnya coklatnya acak-acakan, mata birunya menatap tajam, dan Sera untuk sesaat kesulitan bernafas. Wajah ini meskipun sudah menyakitinya berkali-kali tetap membuat perasaannya berantakan.
“Minggir! Aku mau mandi.”
“Ya, silahkan mandi.” Ucap Sera dengan cepat pergi. Setelah mendengar pintu kamar mandi tertutup, Sera mencari hairdryer dan mulai mengeringkan rambutnya.
“Astaga! Baru sekarang aku tahu kalau rambut tebal merepotkan.” Gumam Sera, rambutnya masih setengah kering. Rencananya adalah keluar kamar sebelum Damien selesai mandi. Rencana penyelamatan diri pertama sebelum pergi sejauh mungkin dari Damien adalah menjaga jarak aman darinya dan tidak memancing kemarahannya.
Sepuluh menit kemudian suara air tidak lagi terdengar yang menandakan Damien sudah selesai mandi. Sera mematikan hairdryer, membiarkan rambutnya yang masih lembab lalu segera meninggalkan kamar bertepatan dengan pintu kamar mandi terbuka.
“Huft! Pagi ini aku selamat.” Sera menghembuskan nafas lega, ia turun ke lantai satu lalu pergi ke ruang makan. Ternyata Adelina sudah ada disana bersama beberapa pelayan.
“Aku bantuin ya, ma.” Ucap Sera mendekati Adelina.
“Nggak usah. Kamu duduk manis aja disana.” Adelina menunjuk salah satu kursi, meminta Sera duduk disana.
“Tapi ma–”
“Udah. Kamu pasti capek banget, tuh kantong mata kamu aja keliatan jelas.” Kata Adelina tersenyum menggoda.
Sera duduk kaku di kursinya, ia tahu maksud Adelina. Tapi bukan itu yang terjadi . Ia tidak bisa tidur bukan karena melakukan sesuatu dengan Damien, melainkan karena memikirkan cara pergi agar bisa terbebas dari pernikahan ini demi menghindari kematian mengenaskan.
Tidak lama kemudian Damien turun mengenakan kaos hitam dan celana pendek berwarna senada. Rambut basahnya sedikit berantakan, ia memeluk ibunya sebentar lalu mencium pipinya.
“Pagi mama,” sapanya hangat. Ya, Damien hangat pada keluarganya dan pada orang lain. Hanya Sera yang tidak pernah mendapatkannya, Damien selalu menatapnya penuh kebencian dan bersikap dingin.
“Pagi Damie. Ya ampun… udah nikah masih aja cium mama, harusnya kamu cium istri kamu dong!” Kata Adelina mendorong Damien duduk disamping Sera.
Sera menggeser kursinya sedikit ketika lengan kekar Damien tak sengaja bersentuhan dengan lengannya. Adelina duduk di depan keduanya, lalu sarapan pagi di mulai.
Hal yang sama seperti tiga tahun lalu, sarapan yang hangat bersama Adelina di hari pertama Sera menjadi bagian dari keluarga Knox. Dulu, Sera mengambilkan sarapan dengan sangat antusias untuk suaminya. Keberadaan Adelina membuat Damien berpura-pura senang. Namun setelah itu, mereka pindah ke rumah yang sudah di belikan oleh Adelina untuk mereka tinggali setelah menikah. Disanalah penderitaan Sera dimulai.
“Sera, kamu nggak makan? Kok buburnya cuma diaduk doang?” Tanya Adelina yang menyadari Sera tidak makan sarapannya sama sekali, Sera hanya menatap kosong sambil mengaduk-aduk bubur. Damien meliriknya sekilas.
“Makan kok, ma.” Sera tersenyum tipis lalu buru-buru menyuap satu sendok bubur. Ia mengunyah perlahan, rasanya sangat hambar. Bukan buburnya yang tidak enak, tetapi perasaan Sera yang membuatnya tidak berselera untuk makan apapun.
“Damie, lain kali kamu jangan maksa Sera buat layanin kamu dong. Lihat lingkaran dibawah mata Sera, dia kurang tidur.” Adelina mulai mengomeli Damien karena mengira Sera tidak tidur karena Damien. Sebenarnya tidak salah, tapi konteksnya yang salah.
“Huk! Huk!” Damien terbatuk-batuk mendengar ucapan ibunya. Secara refleks Sera memberikan segelas air. Sera memejamkan matanya sejenak, ia seharusnya tidak melakukan itu. Namun ketika Sera hendak menjauhkan gelasnya, Damien mengambilnya dan meminumnya.
“Nggak gitu, Ma. Aku juga nggak tahu kenapa dia nggak tidur, kami belum melakukan apa-apa.” Damien menjelaskan, ia menatap Sera cukup lama. Mungkin baru sadar kalau wajah Sera pucat dan lingkaran hitam di bawah matanya.
“Benar, Ma.” Sera segera mengiyakan. Ia berpikir keras, mencari alasan yang tepat agar Adelina tidak berpikir aneh-aneh. “Aku hanya merindukan orang tuaku.”
“Kamu bisa mengunjunginya bersama Damien.”
Sera ingin menolak, tetapi Adelina sudah lebih dulu memberi titah pada putranya. Damien mengiyakan, dia selalu menuruti semua permintaan ibunya.
Sera menunduk, merasa bersalah karena memanfaatkan Adelina dan ketidakberdayaan Damien menolak permintaan ibunya untuk mendapatkan Damien. Untuk memuaskan keegoisannya karena perasaannya tidak terbalas.
Tampaknya akhir hidupnya yang tragis adalah karma atas tindakan egoisnya di masa lalu, mungkin Tuhan memberinya kesempatan untuk memperlihatkan kesalahan-kesalahan yang dulu ia anggap sebagai bentuk perjuangan cinta.
Melihat dan mengingat lagi membuat Sera sadar bahwa perasaan tidak seharusnya dipaksakan. Jika ia tidak memaksa untuk bersama Damien, mungkin Damien sudah menikahi Aurel dan hidup bahagia. Sera juga tidak akan berakhir mati mengenaskan.
...✯✯✯...
...Like, komen dan vote💗...
kyanya Sera dijebak..😩