NovelToon NovelToon
MAFIA'S OBSESSION

MAFIA'S OBSESSION

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Mafia
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)
Areta dipaksa menjadi budak nafsu oleh mafia kejam dan dingin bernama Vincent untuk melunasi utang ayahnya yang menumpuk. Setelah sempat melarikan diri, Areta kembali tertangkap oleh Vincent, yang kemudian memaksanya menikah. Kehidupan pernikahan Areta jauh dari kata bahagia; ia harus menghadapi berbagai hinaan dan perlakuan buruk dari ibu serta adik Vincent.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Vincent yang menyadari Areta sedang berpura-pura tidak peduli dengannya langsung dengan sengaja memanfaatkan situasi itu.

Ia membiarkan perawat itu menyentuh bahunya saat memeriksa perban, bahkan memberikan senyuman tipis yang jarang ia perlihatkan pada orang asing.

"Tentu, suster. Pelayananmu sangat menyenangkan. Mungkin aku memang butuh perhatian lebih dari seseorang yang benar-benar tahu cara memperlakukanku dengan baik," ujar Vincent sambil tersenyum tipis.

Hati Areta terasa terbakar dan ia tidak tahan lagi melihat pemandangan memuakkan itu.

Tanpa sepatah kata pun, Areta menyambar bungkus nasi gorengnya dan bangkit berdiri.

Ia berjalan cepat keluar dari ruang perawatan, tidak sudi lagi berada di sana.

Namun, karena emosi yang meluap dan terburu-buru, Areta menyuap nasi gorengnya terlalu besar sambil berjalan.

"Uhuk! Uhuk-uhuk!"

Areta tersedak hebat tepat di depan pintu yang terbuka.

Wajahnya seketika memerah, dan ia kesulitan bernapas.

Bunyi batuk Areta yang keras dan menyakitkan itu seketika memecahkan suasana menggoda di dalam kamar.

Vincent yang tadi terlihat santai, langsung terduduk tegak di ranjang hingga luka operasinya terasa seperti ditarik.

"Areta!" raungnya panik, wajahnya yang pucat berubah menjadi sangat cemas.

Jonas yang berada paling dekat dengan pintu segera bertindak.

Ia mengambil botol air mineral dari meja dekat pintu, membukanya, dan memberikannya kepada Areta.

"Minum ini, Nyonya! Pelan-pelan," ujar Jonas dengan nada khawatir yang tulus.

Areta meminum air itu dengan rakus sampai rasa tersedaknya reda.

Jonas dengan sigap menepuk-nepuk punggung Areta dengan lembut untuk membantu pernapasan gadis itu kembali normal.

Areta yang masih terengah-engah dan matanya sedikit berair karena tersedak, menatap Jonas dengan pandangan penuh rasa syukur.

Ia tahu kalau ia harus membalas perbuatan Vincent yang tadi sengaja membuatnya panas.

Areta meraih tangan Jonas dan menggenggamnya erat dengan kedua tangannya, tepat di depan mata Vincent.

"Terima kasih, Jonas. Kamu memang pahlawanku. Selalu ada di saat aku benar-benar membutuhkan bantuan," ucap Areta dengan suara yang sengaja dibuat lembut dan penuh perasaan.

Areta tersenyum tipis ke arah Jonas yang duduk disampingnya.

Di atas ranjang senyum puas Vincent seketika menghilang.

Rahangnya mengeras dan matanya menyala saat melihat tangan istrinya menggenggam tangan tangan kanan kepercayaannya sendiri.

Ia tahu Areta sedang melakukan hal yang sama padanya dan berusaha membuatnya cemburu.

Namun, di balik kemarahannya, Vincent justru tersenyum tipis yang sangat mengerikan.

Ia menyukai sisi Areta yang mulai berani melawannya dengan cara seperti ini.

"Jonas, lepaskan tangan istriku sekarang juga!!Dan kau, Areta, masuk ke sini. Sekarang."cdesis Vincent dengan suara rendah yang penuh ancaman.

Areta tidak bergeming sedikit pun dari kursi saat mendengar perkataan dari suaminya.

Alih-alih menuruti perintah suaminya, ia justru semakin erat menggenggam tangan Jonas, memaksa asisten kepercayaan Vincent itu untuk duduk di sampingnya.

"Jangan dengarkan dia, Jonas. Duduklah di sini bersamaku," ucap Areta dengan nada menantang.

Ia ingin tahu apakah suaminya akan semakin cemburu saat ia kembali menggoda Jonas.

"Dia sudah tidak butuh kita lagi, kan sudah ada perawat cantik yang merawatnya dengan sangat baik."

Jonas berkeringat dingin, terjebak di antara kesetiaan pada tuannya dan permintaan Nyonyanya yang sedang merajuk.

Sementara itu, Areta dengan santai kembali menyuap nasi gorengnya, seolah-olah suasana tegang di ruangan itu tidak mempengaruhinya.

Melihat pemandangan itu, darah Vincent mendidih.

Rasa cemburu membakar akal sehatnya, melampaui rasa sakit fisik akibat operasi besar yang baru dijalaninya.

Dengan nekat dan mengabaikan selang infus serta perban yang melilit dadanya, Vincent menyeret tubuhnya turun dari ranjang.

"Tuan! Jangan!" seru Jonas panik, namun Vincent mengabaikannya.

Langkah Vincent limbung, wajahnya pucat pasi karena menahan nyeri yang luar bias. Namun ia berhasil mencapai depan dan dengan gerakan kasar, ia menyambar pergelangan tangan Areta dan menariknya paksa agar berdiri.

"Masuk ke dalam sekarang atau aku akan memintanya di sini, di depan mereka semua!" desis Vincent tepat di wajah Areta.

Areta tersentak, melihat nekatnya Vincent yang sampai rela jahitannya terbuka hanya karena cemburu.

Ia melihat keringat dingin mengucur di pelipis suaminya. Akhirnya, dengan bibir yang mengerucut kesal karena kalah gertak, Areta meletakkan bungkusan nasi gorengnya dan berjalan masuk menuju ke dalam ruang perawatan.

Vincent menoleh ke arah Jonas dengan tatapan yang bisa membunuh. Aura kemarahannya meledak.

"Dan kamu, Jonas. LEKAS PULANG KE RUMAH! SEKARANG!!Jangan menampakkan mukamu di depan istriku sampai aku sendiri yang memanggilmu!"

Jonas tidak berani membantah dan segera keluar dari kamar dengan langkah seribu, menyadari bahwa nyawanya sedang di ujung tanduk jika tetap berada di sana.

Kini di dalam kamar yang tertutup rapat, hanya tersisa Vincent yang menahan sakit dan Areta yang duduk di ranjang dengan wajah cemberut.

Vincent merayap naik ke ranjang, mendesah kesakitan saat menyandarkan punggungnya, namun tangannya tetap mencengkeram pinggang Areta dengan posesif.

"Jangan pernah mencoba membuatku cemburu dengan pria lain, Areta. Terutama dengan Jonas," bisik Vincent.

"Lalu apa yang kamu lakukan tadi? Hah?!" tanya Areta dengan nada tinggi.

Areta masih ingat jelas bagaimana perawat menyentuh bahu suaminya.

"Dengan perawat itu! Kamu sengaja melayaninya, kan? Kamu menikmati sentuhannya!"

Vincent menghela napas panjang, sebuah senyum kemenangan perlahan muncul di wajah pucatnya meski ia tampak sangat lelah. Ia tidak menyangka Areta akan cemburu seperti ini.

"Jadi seperti ini rasanya kecemburuan Nyonya Vincent? Sangat manis, Areta." goda Vincent.

"Isshh! Siapa juga yang cemburu! Aku hanya mual melihat tingkahmu yang mmmmpphh—"

Kalimat Areta terputus seketika. Vincent tidak membiarkannya menyelesaikan protesnya.

Dengan sisa tenaga yang ada, Vincent menarik tengkuk Areta dan menutup mulut istrinya dengan ciuman khasnya.

Ciuman itu berlangsung intens selama beberapa detik, namun tiba-tiba cengkeraman tangan Vincent di leher Areta melemas.

Tubuhnya yang tadi tegang mendadak lunglai dan terjatuh menimpa bahu Areta.

"Vincent? Vincent!"

Areta tersentak saat merasakan cairan hangat mulai membasahi pakaiannya.

Ia melihat ke bawah dan membelalak ngeri. Kemeja rumah sakit Vincent yang putih kini berubah menjadi merah pekat.

Jahitan di dadanya terbuka akibat nekat turun dari ranjang dan memaksakan diri mencium Areta.

"DOKTER!! TOLONG!!" teriak Areta histeris.

Dokter dan tim medis segera merangsek masuk i mereka terkejut melihat kondisi Vincent yang sudah tidak sadarkan diri dengan luka operasi yang mengeluarkan darah deras.

"Tekanan darahnya turun drastis! Siapkan ruang operasi sekarang!" perintah dokter dengan nada panik.

Areta hanya bisa berdiri terpaku di sudut ruangan, tubuhnya gemetar hebat saat melihat suaminya kembali dilarikan ke ruang operasi di atas ranjang dorong.

Ia menatap tangannya yang kembali merah oleh darah pria itu.

Rasa bersalah, takut, dan benci kini melebur menjadi satu badai yang menghantam batinnya.

Jonas baru saja akan menginjak pedal gas mobilnya saat ia melihat dari kaca spion sosok Areta yang berlari kencang keluar dari lobi rumah sakit menuju ke arahnya.

Wajah Areta tampak sangat pucat, dan air mata mengalir deras di pipinya.

Jonas segera menginjak rem dan keluar dari mobil dengan tergesa-gesa.

"Nyonya? Ada apa? Kenapa Anda di sini?"

Areta langsung menabrak dada Jonas, mencengkeram jas pria itu dengan tangan yang gemetar hebat.

"Jonas, aku mohon, jangan pergi! Temani aku!" isaknya dengan suara yang nyaris hilang karena ketakutan.

"Apa yang terjadi pada Tuan Vincent?" tanya Jonas.

"Dia pingsan, Jonas. Jahitannya terbuka dan darahnya keluar banyak sekali. Mereka membawanya kembali ke ruang operasi. Jonas, aku takut dia tidak akan bangun lagi!"

Melihat Areta yang begitu rapuh dan ketakutan setengah mati, Jonas tidak lagi memikirkan perintah Vincent untuk pulang.

Ia menuntun Areta kembali masuk ke dalam rumah sakit, merangkul bahu nyonyanya itu untuk memberinya kekuatan.

"Tenanglah, Nyonya. Saya di sini. Saya tidak akan pergi ke mana-mana," ucap Jonas dengan suara rendah yang menenangkan.

"Tuan Vincent itu keras kepala, dia tidak akan membiarkan maut menjemputnya semudah itu, apalagi setelah dia melihat Anda mencemaskannya seperti ini."

Mereka berdua berjalan kembali menuju ruang operasi.

1
putrie_07
cinta gila😆😆😆😆
lanjut Thor💪😘
اختی وحی
ikut gemeter😄
اختی وحی
semangat thor,makin seru
my name is pho: terima kasih 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!