NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Harem / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chizella

HIATUS AWOKAOWKA

"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."

Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.

​Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.

​Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20: Memasuki Gerbang Harta

​Tetua Ma tidak membiarkan sorakan itu berlangsung lama. Setelah memutuskan bahwa Chen Huang dan Yun Yuan akan mewakili Sekte Awan Langit dalam memasuki Gerbang Harta, ia segera membawa keduanya menjauh dari kemegahan Aula Istana Langit.

​Sebuah sapuan tangan yang sederhana dari Tetua Ma—bukan gerakan yang rumit, melainkan sebuah manifestasi kekuatan yang melampaui pemahaman—mengaktifkan transfer spasial. Dalam sepersekian detik yang terasa seperti jatuh dari tebing waktu, dunia di sekitar Chen Huang dan Yun Yuan terdistorsi menjadi kabut warna dan energi.

​Ketika distorsi itu mereda, Chen Huang merasakan pijakan kakinya kembali kokoh. Ia memperhatikan, tanah tempatnya berpijak sudah berubah. Bukan lagi lantai batu yang mulia, melainkan tanah keras yang penuh kerikil dan tanaman liar. Seolah disambar petir, ia menyadari sekelilingnya sudah bukan Aula Istana Langit lagi.

​"Teleportasi dalam satu gerakan... sungguh menakutkan," gumamnya, suara yang menunjukkan pengakuan akan kekuatan yang tak terjangkau.

​Di sampingnya terlihat Yun Yuan. Wajahnya yang biasanya terkontrol kini juga sedikit kebingungan, matanya beberapa kali berputar-putar melihat sekeliling, mencoba memproses perpindahan ruang yang mendadak itu.

​Meskipun Tetua Ma sudah tidak terlihat, suaranya yang dalam dan berwibawa menggema di kepala mereka berdua, seolah disalurkan langsung melalui kesadaran spiritual.

​"Kalian, pergilah. Masih banyak orang lain yang juga akan datang untuk Gerbang Harta, jadi berhati-hatilah. Pikirkan nyawa yang utama, jika kalian mati semuanya akan sia-sia. Ingat itu!" Suara itu memudar, meninggalkan instruksi tunggal yang dingin dan mutlak.

​Chen Huang memegangi kepalanya, ia sungguh tidak menyangka akan dikirim menuju Gerbang Harta secepat itu. Ia belum menyiapkan apapun. Sisanya tergantung bagaimana caranya ia bertahan hidup di antara para elit.

​Keduanya mulai berjalan lurus, menembus pepohonan, sampai akhirnya mereka menemukan pemandangan yang aneh. Di hadapan mereka, terdapat sebuah retakan ruang kecil, sebuah celah di dimensi yang terlihat seperti cermin pecah yang diselimuti kabut. Di sekeliling retakan itu, banyak orang dari berbagai sekte dan kekuatan berkumpul. Chen Huang dan Yun Yuan pun ikut meramaikan kerumunan itu, berdiri hanya berdua, seperti dua anak domba di antara serigala.

​Yun Yuan, setelah memindai kerumunan itu dengan matanya yang tajam, membuka pembicaraan. "Mereka semua kebanyakan hanya dari sekte biasa. Tidaklah begitu kuat," ucapnya, nada suaranya merendahkan.

​Ia kemudian melanjutkan, gerakannya sedikit maju, pinggulnya bergeser halus saat ia mengatur posisi untuk berdiri lebih protektif. "Namun ada beberapa orang dari sekte yang sama kuatnya dengan Sekte Awan Langit. Mereka lebih kuat dariku, jadi pastikan kau menghindari mereka agar tidak membuat masalah!" Jarinya yang ramping dan putih menyentuh dahi Chen Huang, sebuah gerakan peringatan yang tegas namun juga intim, seolah memperingatkan seorang adik kecil yang suka seenaknya.

​"Baiklah-baiklah. Jika mereka menghalangi kenapa tidak hajar saja!" ucap Chen Huang membusungkan dadanya dengan ekspresi bangga dan cengengesan yang khas. Ia merasa tak tertandingi oleh para murid biasa.

​"Aisshhh!" Yun Yuan memukul kepalanya dari arah belakang. Pukulan itu ringan, namun mengandung kekuatan yang cukup untuk menyentak Chen Huang. Gerakan memukulnya cepat, rambut kuning pucatnya berayun sekejap sebelum kembali diam. "Aku tidak ingin mati disini, jadi jangan buat masalah!"

​Chen Huang masih memegangi kepalanya yang terasa sakit, ia hanya mengangguk pada Yun Yuan dengan senyum masam. "Itu hanya candaan, aku sendiri tidak tertarik mempertaruhkan nyawa meskipun demi teknik harta," batin Chen Huang, ia mengakui risiko yang ada.

​Keduanya, yang sedang berdebat di tepi Gerbang Harta, kali ini dipaksa menoleh oleh aliran Dou Qi kuat yang tiba-tiba muncul di atas kepala mereka. Udara di sekitarnya terasa terdistorsi oleh tekanan murni Ranah tinggi.

​Empat sosok muncul secara bersamaan di langit, bukan melalui penerbangan biasa, tetapi melalui pergeseran ruang yang singkat dan tiba-tiba. Mereka adalah para Tetua—empat pilar penopang dari kekuatan terbesar di wilayah itu.

​Keempatnya memancarkan aura berbeda, sosok yang dikelilingi percikan kilat dari Sekte Hujan Petir, keagungan yang dingin dari Tetua Ma dari Sekte Awan Langit, aura ganas dan seperti naga dari Sekte Sembilan Naga, dan kekuatan kokoh, seberat bumi dari Sekte Harimau Bumi.

Keempat sekte itu memiliki kekuatan yang membuat banyak orang harus tunduk di hadapan mereka, para kultivator di bawah segera menundukkan kepala sebagai tanda hormat mutlak.

​Keempat orang Tetua itu tidak membuang waktu. Mereka mulai membuka Gerbang Harta. Masing-masing melayang di udara, membentuk formasi yang kompleks dan kuno. Dou Qi empat warna—biru kehijauan, kuning tanah, merah keemasan, dan perak murni—mengalir dari telapak tangan mereka, bertemu di tengah, dan mengalir menuju celah retakan dimensi.

​"Buka!"

​Retakan ruang yang tadinya kecil kemudian mulai bertambah besar, melebar, lalu berputar seperti portal dunia lain. Dou Qi yang begitu kuat terserap ke dalamnya, memicu pembukaan gerbang itu. Di tengah putaran energi, ruang itu berdenyut, memancarkan cahaya ungu gelap yang menakutkan—gerbang menuju peluang yang penuh bahaya telah terbuka!

​Chen Huang tetap diam, matanya menyipit, ia memperhatikan orang-orang yang mulai berbondong-bondong memasuki Gerbang Harta. Murid-murid sekte kecil dan kultivator independen berlari, semuanya hendak segera mendapatkan peluang yang mungkin hanya datang sekali seumur hidup.

​Yun Yuan, dengan mata yang dipenuhi tekad, akhirnya bergerak. Ia melirik Chen Huang dan mengangguk. "Ayo cepat, kita bisa tertinggal nanti," ucapnya santai, seolah memasuki dimensi lain hanyalah perjalanan sehari-hari.

Ia segera terbang dengan pedang Teratai Birunya menuju gerbang itu. Gerakannya di atas pedang sangat gesit, pinggulnya menyesuaikan setiap perubahan arah dengan luwes.

​Chen Huang juga mengeluarkan pedang merah gelapnya dari cincin penyimpanan. Ia kemudian menaiki pedangnya dan terbang cepat mengikuti Yun Yuan, menuju pusaran dimensi yang menganga di hadapan mereka. Mereka adalah dua titik kecil yang berani menantang takdir, meluncur lurus menuju Gerbang Harta.

Jeda waktu antara keberangkatan dan kedatangan terasa bagai sekedip mata, namun ketika Gerbang Harta melarutkan kabutnya, Chen Huang merasakan jiwanya kembali ke raganya. Kelopak matanya perlahan terangkat, membiarkan cahaya yang asing menyentuh retinanya.

​Semilir angin, murni dan lembut, menyambutnya, membelai garis rahangnya. Helaian rambut hitamnya yang legam menari perlahan, seolah menyambut dimensi baru ini dengan kebebasan. Ia menyapu pandangan ke sekeliling, segala sesuatu tampak familiar, namun diliputi oleh ketenangan yang mematikan.

Hanya satu anomali kosmik yang mendominasi pandangannya, langit di atas mereka, yang seharusnya disinari rembulan perak, kini diliputi oleh piringan merah darah yang menyala terang, seolah-olah bulan itu sendiri telah meminum samudra api.

​Pandangan Chen Huang beralih ke sisinya, dan di sana berdiri Yun Yuan, seolah patung dewi yang terukir dari giok terbaik, seluruh perhatiannya tersedot oleh cahaya merah dari angkasa.

Dari sudut pandang Chen Huang, siluetnya memancarkan keindahan yang memabukkan, setiap lekuk tubuhnya terdefinisi dengan presisi ilahi. Pinggangnya yang ramping, seolah bisa dipeluk hanya dengan dua telapak tangan, memberikan kesan anggun yang luar biasa. Saat ia menarik napas dalam-dalam, kontur lembut di garis dadanya tampak sedikit bergelombang, gerakan halus yang mengisyaratkan kehidupannya yang tenang di balik keanggunannya.

​Yun Yuan, setelah beberapa saat larut dalam keajaiban kosmik itu, perlahan mengalihkan pandangannya dari bulan merah. Jemari lentiknya terangkat lembut, mengusap sudut matanya seolah menghalau sisa-sisa debu dunia lama.

​"Nampaknya kita berada di dimensi harta."

Ucapannya terdengar tenang, namun nadanya menyimpan kewaspadaan. Ia memandang ke kejauhan.

"Kita tinggal mencari peluang disini, walau tidak semudah itu juga."

Chen Huang merespons dengan senyum yang dipenuhi keyakinan, tubuhnya sedikit dimajukan, memancarkan aura perlindungan. "Tenang saja, aku pasti akan melindungimu. Jika ada yang berani mengganggu, seperti Zeng Hua itu maka akan ku hajar!"

​Mendengar nama itu, sebuah kerutan halus muncul di antara kedua alis Yun Yuan yang elegan. Ekspresinya yang anggun berubah seketika, matanya memancarkan kilatan tajam.

​"Ngomong-ngomong soal Zeng Hua..."

Gerakannya selanjutnya adalah kebalikan dari keanggunan sebelumnya. Ia bergerak mendekat dengan langkah cepat namun terkontrol, pinggulnya sedikit berayun di bawah pakaian, menciptakan gelombang visual yang cepat. Sebuah senyum merekah di bibirnya, namun senyum itu terasa dingin, bukan kehangatan madu, melainkan pisau es.

"Kau pikir aku tidak mendengar apa yang kau ucapkan saat itu!"

Sebelum Chen Huang sempat bereaksi, tangan Yun Yuan menyambar telinga kirinya dengan kecepatan kilat. Cengkeraman jari-jarinya presisi, menarik kulit itu dengan kekuatan yang mengejutkan.

"Aduh-duh! Yu—Yun Yuan, sakit!" Chen Huang merintih, tubuhnya terhuyung ke samping, gerakan kuatnya tiba-tiba menjadi rapuh.

​Yun Yuan melepaskan tarikannya, namun kekesalannya tetap terpahat di wajahnya. Ia memalingkan wajah, helaian rambut panjangnya bergeser cepat, menutupi sebagian pipinya yang memerah karena amarah. Kontur lehernya menegang, menunjukkan betapa dalamnya rasa kesalnya.

​"Benar-benar keterlaluan, kau bahkan menggunakan diriku untuk memprovokasi orang lain, hmph!"

​Begitu Yun Yuan melepaskan telinga Chen Huang, ia itu tak menyia-nyiakan waktu. Tangannya bergerak cepat, namun dengan kelembutan yang hati-hati, menyentuh lembut bahu Yun Yuan dari belakang. Jari-jarinya menekan ringan pada tulang belikat yang halus.

​"Ayolah... jangan marah, aku..." Chen Huang mencoba merajuk, suaranya melembut, berusaha membujuk Yun Yuan kembali.

​Yun Yuan, dalam kekesalannya, berdiri kaku, menolak untuk menoleh. Ia sengaja mengabaikan keberadaan Chen Huang, hanya menampilkan punggungnya yang lurus.

Melihat penolakan itu, Chen Huang mengambil langkah lebih jauh. Ia bergerak mendekat, menyelaraskan dirinya dengan punggung Yun Yuan, dan perlahan melingkarkan kedua lengannya. Pelukan itu dimulai sebagai sentuhan, sebuah kontak ringan yang hampir tak berbobot.

​Sentuhan tiba-tiba itu bagai kejutan listrik bagi Yun Yuan. Ia sedikit tersentak, bahunya menegang, dan pinggangnya yang ramping menunjukkan sedikit goyangan terkejut.

​"Apa yang kau lakukan."

Ia mencoba melepaskan diri. Dengan sedikit dorongan dari siku, ia mencoba memisahkan tubuhnya dari cengkeraman Chen Huang.

Tubuhnya berputar sedikit ke samping, pinggulnya bergerak halus dalam upaya membebaskan diri, menciptakan gerakan bergelombang yang indah namun sia-sia. Namun, upaya itu sia-sia. Chen Huang memeluknya dengan kekuatan yang lembut namun kokoh, menahan setiap gerak penolakannya.

​Perlahan, semua kekuatan dari tubuh Yun Yuan menguap. Ia menghela napas panjang, bahunya merosot dalam tanda kekalahan yang hening. Ia menyerah, membiarkan dirinya ditahan sepenuhnya.

1
Berry
gak ada cover lain kah?
Cecilia-chan: banyak ai nya yg ini, kek bahan gabut selagi aku masi nulis isekai slime, jdi kalau pening dan gada ide ya, kutulis random kesini, gada tujuannya ini novel
total 4 replies
Story
berapa kata di chapter ini?
Cecilia-chan: 1200an
total 1 replies
Story
Lebih baik lewat dialog aja nggak sih tingkatan Kultivasinya🗿
Cecilia-chan: entah kenapa aku pengen simpel aja kek sesepuh fantim yg laen🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!