NovelToon NovelToon
Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Elara Tawanan Istimewa Zevh Obscura

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Romansa Fantasi / Fantasi Wanita / Enemy to Lovers / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:615
Nilai: 5
Nama Author: Sibewok

Di balik ketegasan seorang Panglima perang bermata Elysight, mata yang mampu membaca aura dan menyingkap kebenaran, tersimpan ambisi yang tak dapat dibendung.

Dialah Panglima kejam yang ditakuti Empat Wilayah. Zevh Obscura. Pemilik Wilayah Timur Kerajaan Noctis.

Namun takdir mempertemukannya dengan seorang gadis berambut emas, calon istri musuhnya, gadis penunggu Sungai Oxair, pemilik pusaran air kehidupan 4 wilayah yang mampu menyembuhkan sekaligus menghancurkan.
Bagi rakyat, ia adalah cahaya yang menenangkan.
Bagi sang panglima, ia adalah tawanan paling berbahaya dan paling istimewa.

Di antara kekuasaan, pengkhianatan, dan aliran takdir, siapakah yang akan tunduk lebih dulu. Sang panglima yang haus kendali, atau gadis air yang hatinya mengalir bebas seperti sungai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sibewok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20 - Kedatangan Putri Mahkota

Veron menuruni benteng dengan langkah tenang. Pagi itu udara masih menusuk, sinar matahari yang baru naik memantul di dinding batu. Usai percakapan dengan Zevh, pikirannya tetap penuh dengan bayangan pusaran air di Sungai Oxair.

“Veron, apa kau sudah tahu?” suara berat Zark memecah keheningan.

Di tangannya terbentang gulungan lukisan wajah seorang perempuan. Wajah Elara Elowen terpampang jelas, dengan tulisan singkat: dicari hidup-hidup, hadiah berlian besar bagi siapa saja yang menyerahkan pada Utara.

“Calon istri Pangeran Arons kabur,” lanjut Zark. “Sekarang mereka sedang memburu dia dengan segala cara.”

“Ya, aku tahu.” Jawab Veron enteng, seakan hal itu tidak begitu penting.

Zark menaikkan alisnya, terheran. “Biasanya kau sangat tertarik jika soal urusan perempuan, Veron.” Ia terkekeh, namun Veron tetap datar.

Dengan helaan napas pelan, Veron mendekat, menepuk bahu Zark dan menyuruhnya duduk di tangga batu. “Aku lebih mengkhawatirkan rakyatku saat ini. Pusaran air yang kulihat di Sungai Oxair tadi… membawa penglihatan singkat, wilayah baratku hancur disapu banjir. Bukankah itu lebih mengerikan? Bagaimana aku bisa menyelamatkan para wanita cantik jika kerajaan punah? Bahkan istriku sendiri…” Ia terkekeh hambar, lalu tersenyum tipis—teringat ucapan Zevh yang mencoba menenangkannya dengan logika.

“Menarik sekali pagi ini,” sahut Zark, menepuk bahu Veron. Matanya lalu meredup. “Dan aku pun melihatnya… di mimpiku. Sungai Oxair menggulung, meninggi, lalu menghantam benteng selatanku.” Zark menggeleng, menahan ngeri. “Kenapa kita bisa melihat hal yang sama? Sungai yang tenang itu… seolah menyimpan murka.”

“Zevh harus tahu. Ini seperti peringatan bagi kita,” desak Veron, berdiri dari duduknya.

Sebuah suara tegas memotong percakapan mereka. “Kalian tidak perlu khawatir.”

Zevh berdiri di ujung atas tangga, menatap keduanya dengan mata merah berkilat. “Fokus saja pada rencana politik untuk menekan Arons. Soal Sungai Oxair, biar aku yang mengurusnya.”

Tatapan Zevh dalam, auranya menekan sekaligus menenangkan. Veron dan Zark saling pandang, lalu menunduk patuh.

“Baiklah,” sahut Zark akhirnya. “Kami pergi dulu, untuk memantau Osca dan keluarga Elowen.”

Keduanya beranjak, meninggalkan Zevh sendirian di tangga batu.

Zevh diam, menuruni setiap anak tangga dengan langkah berat. Bayangan pusaran air terus menghantuinya, kini semakin jelas: keempat wilayah, bahkan Utara, hancur diterjang Oxair. Ia tidak takut, justru semakin mantap merajut strategi.

Seorang ajudan segera menghampiri. “Panglima, ada kabar. Putri mahkota sedang menuju ke sini. Rombongannya akan sampai siang nanti.”

Zevh menarik napas panjang. “Sambut kedatangannya. Tambahkan pengawalan di perjalanan.”

“Baik, Panglima.” Ajudan itu membungkuk hormat.

“Liora Endless…” gumam Zevh dalam hati. Ia berbisik sinis, kau hanya istri politik. Boneka indah yang ayah berikan padaku. Pria sepertiku tidak bermain dengan boneka.

Namun gema suara ayahnya berbisik lagi di telinga: Kau bukan hanya seorang suami, Zevh, tapi Raja bagi rakyatmu dan pendamping bagi Ratumu.

Zevh melangkah lurus melalui lorong istana. Di dalam dirinya, suara itu terus berselisih dengan tekad dinginnya.

“Tentu, Ayah. Zevh Obscura adalah Raja yang akan menguasai empat wilayah. Penakluk Oxair. Arons akan tunduk padaku.”

Wajah Liora sama sekali tidak hadir di kepalanya. Yang muncul hanyalah Elara—gadis dengan tatapan berani, tubuh gemetar, penuh misteri yang mengusik hatinya. Kilau samar di bahunya, entah kenapa membuatnya ingin lebih dalam merobek rahasia di balik mulut perempuan itu.

“Elara…” bisiknya. “Kau akan mendapat hukuman setimpal jika mempermainkanku.”

Dengan sigap ia naik ke kudanya. “Jangan beri makan tawanan itu. Jangan biarkan ia menyentuh air. Hukum sesuai aturan,” perintahnya dingin.

Ia meninggalkan benteng, menuju jalan penyambutan. Di belakangnya, para ajudan saling pandang, tak berani berkomentar. Mereka tahu, sejak pernikahan diumumkan, tak seorang pun pernah melihat Zevh dan Liora bersama.

Hari ini mungkin akan menjadi yang pertama. Apakah akhirnya kisah pasangan pangeran dan putri mahkota akan benar-benar dimulai di istana perbatasan ini?

Di dalam kereta, Liora Endless tersenyum bahagia. “Pangeran Zevh sedang menuju menjemputku…” bisiknya penuh harap, tanpa tahu bahwa sang pangeran menunggunya bukan dengan cinta, melainkan dingin politik dan rahasia yang semakin kelam.

Sedangkan di ruang sempit yang pengap, Elara duduk bersandar pada dinding dingin penjara batu. Perintah Zevh telah dilaksanakan dengan kejam—tidak ada setetes air pun, tidak sepotong roti pun yang dibiarkan menyentuh bibirnya sejak pagi. Tenggorokannya kering, perutnya perih, namun pengawal tetap menyeretnya keluar untuk menjalani hukuman.

“Bawa air ke kendi-kendi besar,” bentak salah seorang pengawal, menendang tong kayu di dekat kakinya.

Elara menahan tubuhnya yang lemah. Dengan tangan gemetar, ia mulai mengangkut air dari sumur kecil ke dalam kendi-kendi berat yang berderet di koridor tahanan. Setiap langkah terasa seperti menahan ribuan beban. Peluh bercampur debu menempel di wajah pucatnya, tapi tak ada belas kasihan yang ia dapat.

Selesai dengan kendi-kendi, ia dilemparkan ke gudang gandum untuk membersihkan debu dan tikus. Pintu besi dikunci dari luar. Elara menghela napas panjang, menyandarkan tubuhnya di tiang kayu tua yang menopang gudang itu.

Suara langkah berat terdengar mendekat.

“Jaga di luar, jangan biarkan ada yang masuk.” Itu suara Jendral Ozh.

Elara menegang. Ia mengenal suara itu—nada dingin yang penuh intrik. Perlahan ia menunduk, berpura-pura menyapu gandum, sementara telinganya menyimak setiap kata yang keluar.

“Kau yakin Zevh akan sibuk sampai sore?” suara salah seorang pengawal bertanya.

“Ya,” sahut Ozh dengan nada yakin. “Saat ini dia sedang dalam perjalanan menyambut putri mahkota. Dia tak akan kembali cepat. Setelah menjemput, dia pasti akan berkeliling perbatasan, memperlihatkan kekuatan wilayahnya pada gadis itu. Jadi… inilah waktu yang sempurna.”

Elara menahan napas.

“Dan tawanan itu?” tanya pengawal kedua, berbisik ragu.

“Kita akan keluarkan dia dari sini. Jalur selatan, lewat terowongan gudang gandum yang lama. Hampir tak ada yang tahu jalur itu kecuali aku. Dari sana, kita menuju pelabuhan kecil di sungai. Arus Oxair akan membawa kita ke perbatasan Utara sebelum malam tiba.”

Suara Ozh semakin rendah, tetapi penuh semangat. “Dengar baik-baik. Jika kita berhasil, pangeran Arons sendiri telah menjanjikan imbalan besar. Berlian—cukup untuk membuat kalian berdua hidup senang sampai mati. Aku akan membaginya rata, tiga bagian.”

Dua pengawal saling berpandangan, terdengar suara gigi mereka bergemeletuk menahan kegugupan.

“Zevh tidak akan tahu?” salah satunya masih ragu.

Ozh terkekeh, nada suaranya getir. “Zevh tahu aku membencinya. Tapi dia membiarkanku. Itu kesalahan terbesarnya. Hari ini, aku akan membalas semua penghinaan itu. Jangan takut, jika kalian lakukan sesuai perintahku, tidak ada yang akan mencurigai kita.”

Elara menunduk lebih dalam, pura-pura sibuk menyapu. Tapi dalam hatinya ada api yang menyala. Jadi… ini kesempatan itu.

Senyum samar muncul di wajah letihnya. Ia tidak akan pergi bersama Ozh, tidak akan menjadi pion untuk dijual ke Arons. Namun jalur pelarian yang baru saja ia dengar adalah kunci yang ia butuhkan.

Tangannya yang kurus menggenggam sapu erat-erat. Aku akan gunakan jalan itu… tapi untuk caraku sendiri.

Semangat baru muncul dalam dirinya. Meski haus mencekik, meski tubuhnya lemah, kini matanya berkilat penuh tekad. Ia kembali merapikan gudang gandum dengan cepat, berpura-pura patuh pada hukuman pengawal.

Dalam pikirannya, ia telah menyusun langkah. Menunggu waktu yang tepat, memanfaatkan kelengahan, dan melangkah keluar dari jeruji Zevh dengan kekuatannya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!