Di istana yang berkilauan, kebohongan adalah mata uang dan darah adalah harga dari kesetiaan. Seorang pelayan setia menyaksikan dosa tak terampuni yang dilakukan sang Permaisuri—dan dibungkam selamanya.
Atau begitulah yang Permaisuri pikirkan.
Langit yang menjadi saksi pilu mengembalikan Takdir si pelyan setia, mengembalikannya dari gerbang kematian, memberinya wajah baru, identitas baru—tubuh seorang selir rendahan yang terlupakan. Dengan jiwa yang terbakar dendam dan ingatan yang tak bisa dihapus, ia harus memainkan peran sebagai wanita lemah, sambil merajut jaring konspirasi paling mematikan yang pernah ada di istana. Tujuannya bukan lagi sekadar bertahan hidup, melainkan merenggut keadilan dari singgasana tertinggi.
Setiap bisikan adalah pertaruhan. Setiap senyuman adalah topeng. Di tengah intrik berdarah antara selir dan para menteri, mampukah ia meruntuhkan kekuasaan sang Permaisuri dari bayang-bayang sebelum identitas aslinya terungkap dan ia mati untuk kedua kalinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Black _Pen2024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Tabib dan Rahasia Anonim
Keesokan harinya, istana terasa lebih dingin meskipun matahari bersinar terik. Perintah ujian etiket dari Permaisuri Xiu Feng telah menyebar seperti hawa dingin, sebuah peringatan terbuka kepada Selir Xia. Xia mengabaikan gulungan dekrit itu, melipatnya rapi di bawah tumpukan kertas, seperti ancaman yang tak berarti.
“Permaisuri mengira aku akan menghabiskan tiga hari untuk mempelajari cara membungkuk yang benar,” gumam Xia kepada Lihua, yang kini sepenuhnya dipercayai. “Tetapi etiket tidak akan membantuku menemukan Tabib Hao, orang yang menjahit kebohongan untuk Permaisuri.”
Tabib Hao adalah mata rantai terlemah dalam jaringan Xiu Feng. Dia tidak digerakkan oleh ambisi politik murni, tetapi oleh rasa takut—takut kehilangan gelarnya, takut akan racun yang bisa membungkamnya, dan kini, takut pada Raja Long yang mulai mempertanyakan arsip. Xia tahu bahwa Hao memiliki informasi mengenai kemandulan Xiu Feng dan pastinya, racun yang membunuh Selir Hong.
Xia memutuskan untuk mengambil risiko terbesar. Ia harus keluar dari istana dan menemui Hao di wilayah netral, di mana mata-mata istana tidak memiliki otoritas penuh. Dia harus menyamar, bukan sebagai rakyat jelata, tetapi sebagai seorang bangsawan yang membutuhkan konsultasi rahasia yang sangat sensitif.
Di bawah selubung malam yang tebal, Selir Xia menghilang. Tubuhnya, yang kini bergerak dengan kelincahan Xiao Ling, dibungkus jubah sutra gelap yang dihiasi bordir sederhana, wajahnya ditutupi cadar tipis, hanya menyisakan mata elangnya yang tajam. Lihua membantunya menyelinap keluar melalui gerbang kecil para pelayan, menggunakan rute rahasia yang telah dipelajari Xia dari peta istana.
Mereka menuju ‘Paviliun Daun Giok’ di ibu kota, sebuah klinik privat eksklusif yang melayani bangsawan yang ingin merahasiakan penyakit mereka dari Istana Naga. Xia telah mengirim utusan anonim sehari sebelumnya, menjadwalkan pertemuan mendesak dengan Tabib Hao, dengan janji emas yang menyilaukan.
Saat Xia memasuki Paviliun itu, Tabib Hao sudah menunggu, tampak gugup. Ia terkejut melihat sosok bertopeng dengan aura yang sangat berwibawa. Xia duduk di kursi terhormat, Lihua berdiri di belakangnya sebagai penjaga.
“Nona bangsawan,” sapa Tabib Hao, membungkuk. “Terima kasih telah mempercayai hamba. Hamba dengar permintaan Anda sangat sensitif. Ini berkaitan dengan masalah dinasti?”
Xia mengangguk perlahan. Suaranya diubah menjadi lebih dalam dan rendah, berkat teh herbal khusus yang diminumnya. “Ini lebih dari sekadar masalah dinasti, Tabib Hao. Ini masalah kebenaran yang terkubur.”
Hao menelan ludah. Mata yang menatapnya, meskipun tertutup cadar, terasa seperti pedang tajam yang menusuk ke dalam jiwanya. “Hamba tidak mengerti.”
“Kau mengerti, Tabib. Setiap tabib istana memiliki dua buku catatan: satu untuk publik, dan satu untuk jiwanya sendiri,” ujar Xia, suaranya mengandung nada ejekan. “Saya tidak peduli dengan yang pertama. Saya ingin tahu tentang yang kedua.”
Xia menarik keluar kantong berisi permata giok kecil, meletakkannya di meja. Kilauan perak itu memantul di mata Hao. “Ini adalah harga untuk satu pertanyaan. Jangan bicara tentang diagnosis yang dipublikasikan. Bicaralah tentang ketakutan.”
Hao, pria paruh baya yang biasanya tenang, kini terlihat berkeringat. Kekuatan aura yang dipancarkan wanita di depannya ini sangat menakutkan, berbeda dengan selir lemah yang pernah ia temui di istana. Wanita ini memiliki energi seorang jenderal yang siap menyerang.
“Pertanyaan Anda, Nona?” tanya Hao, tangannya sedikit gemetar saat menyentuh permata giok itu.
“Beberapa tahun lalu, kau mendiagnosis Permaisuri Xiu Feng dengan kemandulan. Diagnosis itu sangat detail, sangat meyakinkan. Cukup meyakinkan untuk membuat Raja Long berhenti mencari ahli waris di antara selir lain,” kata Xia, mendekatkan wajahnya sedikit. “Aku ingin tahu, Tabib Hao: apakah diagnosis itu adalah kebenaran yang kejam, atau kebohongan yang disulam indah?”
Hao terdiam. Kepalanya menunduk, menghindari tatapan Xia. Xia menggunakan keheningan itu untuk menekan emosi. Dia adalah Xiao Ling, yang telah melihat bagaimana Xiu Feng menggunakan kemandulannya sebagai senjata untuk mengendalikan Raja Long dan menghancurkan Selir Hong. Kebohongan ini adalah akar dari semua tragedi.
“Kemandulan adalah kondisi yang rumit,” jawab Hao, suaranya serak. “Ada banyak tingkat. Terkadang, kondisi itu bersifat sementara, dan terkadang permanen. Tapi di lingkungan istana, tekanan adalah racun terburuk.”
Xia mendengus, sebuah suara dingin yang membuat Hao tersentak. “Kau menyimpang, Tabib. Aku tidak bertanya tentang tekanan. Aku bertanya tentang manipulasi. Apakah Permaisuri Xiu Feng pernah memerintahkanmu untuk melebih-lebihkan atau memalsukan catatan agar Raja Tien Long menerima nasibnya, sehingga tidak ada ancaman terhadap kekuasaan Istana Keagungan?”
Hao mengangkat kepala, matanya penuh kepanikan. “Hamba tidak pernah memalsukan dokumen istana! Itu adalah pengkhianatan tingkat tinggi!”
“Memang. Sama seperti membiarkan seorang selir muda mati perlahan karena racun dosis rendah yang disamarkan sebagai penyakit kehamilan,” balas Xia, menjatuhkan bom dengan santai. Dia tidak menggunakan nama Hong, tetapi mengacu pada kasus Hong. Ekspresi Hao seketika berubah pucat pasi, seperti mayat.
“Siapa Anda sebenarnya?” bisik Hao, ketakutannya kini mengalahkan keserakahannya. Dia merasakan bahwa wanita ini bukan hanya bangsawan biasa; dia adalah jaksa agung yang menyamar.
Xia menyandarkan tubuhnya ke depan, membiarkan sedikit aroma parfum yang memabukkan (yang diraciknya sendiri) mencapai Hao. Ia menggunakan setiap bagian tubuh Selir Xia untuk memancarkan aura bahaya dan daya tarik yang mematikan.
“Saya adalah seseorang yang sangat akrab dengan catatan medis Anda, Tabib Hao. Saya tahu Anda tidak bodoh. Anda tahu bahwa kemandulan Permaisuri adalah sebuah fakta. Tapi Anda juga tahu bahwa Anda sengaja menyembunyikan detail minor, sebuah kondisi yang bisa diperbaiki melalui prosedur tertentu, demi menjaga kedamaian Anda sendiri,” ujar Xia, menusuk tepat pada sasaran.
“Hamba—hamba hanya mengikuti protokol! Permaisuri sakit, dia… dia sangat keras kepala,” bela Hao, keringat dingin membasahi pelipisnya. “Yang Mulia, percayalah, diagnosis kemandulan itu benar. Namun, detail tentang tingkat keparahannya… Ya, itu mungkin dibesar-besarkan, untuk ‘menghindari kekecewaan’ Raja.”
Xia tersenyum di balik cadarnya. Keterangan itu, dibesar-besarkan, adalah celah yang dia butuhkan. Itu menunjukkan bahwa Hao bersedia memanipulasi kebenaran untuk menyenangkan Xiu Feng, dan jika dia bisa memanipulasi diagnosis kemandulan, dia pasti bisa memanipulasi diagnosis kematian.
“Jika kau ‘membesar-besarkan’ kondisi yang benar, maka kau telah berbohong. Kau telah membuat Raja Long percaya bahwa situasinya tidak dapat diubah,” kata Xia, kini suaranya kembali dingin dan menuntut. “Kau tahu bahwa kebohonganmu adalah salah satu alasan mengapa Selir Hong menjadi target. Jika Xiu Feng tidak merasa posisinya terancam, dia tidak akan bertindak keji.”
Hao gemetar hebat. Permata giok di depannya terasa panas, membakar tangannya. “Nona, tolong. Saya hanyalah seorang tabib yang ingin bertahan hidup. Saya telah melakukan banyak kesalahan, tetapi saya tidak pernah secara aktif membunuh. Saya hanya… membiarkan alam mengambil jalannya, seperti yang diatur oleh Istana Keagungan.”
“’Membiarkan alam mengambil jalannya.’ Itu adalah pengakuan yang sangat jujur, Tabib Hao,” puji Xia sinis. “Baik. Aku tahu kau tidak bisa memberikan catatan itu sekarang. Tapi aku ingin kau mengingat satu hal. Permaisuri Xiu Feng akan membuangmu saat dia tidak lagi membutuhkanmu. Dia telah membunuh pelayan tak bersalah yang mengetahui rahasianya. Mengapa kau berpikir kau akan menjadi pengecualian? Sekarang, lebih baik kau berpikir dan menimbang jalan mana yang akan kau pilih. keputusan mana yang akan kau ambil. Karena permaisuri Xiu Feng adalah yang paling licik dan keji! setelah apa yang dia butuhkan selesai... maka dia akan menghapus sampai tidak ada jejak sama sekali!”
Xia berdiri, tubuhnya memancarkan ancaman dan janji. “Aku akan menghubungimu lagi. Lain kali, aku ingin kau membawa semua catatan tersembunyi. Bukan hanya tentang kemandulan, tetapi juga semua resep jamu yang kau berikan kepada Selir Hong pada masa kehamilannya. Simpanlah catatan itu dengan aman, Tabib. Karena catatan itu mungkin satu-satunya hal yang akan menyelamatkan lehermu.”
Tanpa menunggu jawaban Hao, Xia berbalik dan menghilang ke dalam malam, didampingi oleh Lihua. Hao, ditinggalkan sendirian di Paviliun Daun Giok, merasakan jantungnya berdetak kencang seperti genderang perang. Ia tahu bahwa ia baru saja bertemu dengan takdir yang menuntut pembalasan. Wanita bertopeng itu telah menanamkan ketakutan yang lebih besar daripada ancaman Permaisuri Xiu Feng: ketakutan akan kebenaran yang terungkap. Dan tentang keselamatan dirinya.
Ia menatap permata giok di meja. Itu adalah janji kekayaan. Tetapi mata wanita itu adalah janji kematian. Tabib Hao tahu, waktu yang ia miliki untuk memilih sisi sudah hampir habis. Ia harus segera memutuskan apakah ia akan setia pada Permaisuri yang manipulatif, atau kepada kekuatan baru yang misterius, yang tampaknya bertekad untuk menghancurkan segalanya demi keadilan.
Keesokan paginya, ketika Tabib Hao kembali ke istana, dia langsung mengunci diri di kantornya. Ia mulai mengobrak-abrik arsip rahasianya. Ia harus menemukan resep jamu Selir Hong—dan catatan yang ‘dibesar-besarkan’ tentang Permaisuri Xiu Feng—sebelum wanita bertopeng itu kembali menuntutnya.