NovelToon NovelToon
Endless Journey: Emperors Of All Time

Endless Journey: Emperors Of All Time

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri / Fantasi Timur
Popularitas:623
Nilai: 5
Nama Author: Slycle024

Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.

Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.

Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ukiran kehidupan

Di sebuah ruangan sederhana, Zhang Hao perlahan membuka matanya. Pandangannya masih kabur, dan sejenak ia hanya berbaring menatap langit-langit yang masih tampak asing.

Dengan gerakan malas namun teratur, ia bangkit dari tempat tidur, merapikan selimut, dan menata beberapa barang kecil yang berserakan di meja. Setiap gerakan terasa lambat, namun terukur, seolah ia sedang menenangkan diri sebelum menghadapi hari yang panjang.

Setelah itu, ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, kemudian melangkah keluar.

Begitu pintu terbuka, cahaya matahari pagi langsung menyambutnya. Sinar hangat masuk melalui jendela dan celah pintu, sementara hembusan angin yang menusuk tulang membawa sensasi dingin yang segar. Zhang Hao perlahan memejamkan mata sejenak, menikmati perpaduan hangat dan dingin yang menyapa tubuhnya.

Ia berjalan perlahan melewati jalanan akademi hingga tiba di sebuah kedai makan sederhana yang baru dibuka. Melihat menu yang tersedia, ia memilih tempat duduk di dekat jendela. Tak lama, seorang pelayan menghampiri.

“Tolong sajikan paket ini untukku,” ucap Zhang Hao singkat.

Pelayan itu mengangguk, sementara Zhang Hao bersandar santai di kursinya, membiarkan dirinya larut dalam aroma harum masakan yang mulai tercium dari dapur.

Hidangan hangat tersaji di meja dalam waktu singkat. Zhang Hao menatapnya sejenak sebelum mulai mencicipi satu per satu.

Perlahan, kedai itu mulai ramai; hampir semua meja terisi oleh para pembeli yang ngobrol pelan, tertawa ringan, dan menikmati sarapan pagi mereka.

Tak lama kemudian, seorang pria remaja mendekati meja Sen Lin. Tanpa banyak bicara, ia menarik kursi di depannya, karena semua meja lain sudah penuh.

Pelayan segera menyajikan hidangan dengan hati-hati, dan remaja itu mulai makan dengan gerakan cekatan.

“Ah, hidangan disini memang selalu enak!” serunya riang.

Zhang Hao menoleh, melihat seorang pemuda dengan wajah cerah dan mata berkilat penuh keriangan duduk di depannya. Namun ia tetap diam, tidak menanggapi ucapan itu.

Remaja itu menghabiskan makanannya dengan cepat. Setelah menaruh sumpitnya, ia menoleh ke Zhang Hao dan meletakkan sebuah pil kecil di meja.

“Adik kecil, ambil ini. Pasti tidak nyaman sarapan dengan kondisi seperti itu,” katanya dengan senyum tipis, sorot matanya jernih seakan mengetahui sesuatu.

Zhang Hao menatap pil itu sejenak, kemudian menyimpannya dengan tenang dan berkata tulus, “Terima kasih.”

Remaja itu hanya tersenyum, mengambil cangkir tehnya, dan meneguk perlahan sebelum memperkenalkan diri. “Namaku Zhao Liang, murid Sekte Roh Awan. Putri tertua keluarga Mu memintaku mengawasi mereka di sini. Mungkin merepotkan, tapi mau bagaimana lagi.”

“Aku Zhang Sen Lin,” jawab Zhang Hao dengan tenang. Ia sengaja tidak memperpanjang pembicaraan di kedai itu.

Keheningan menyusup di antara mereka, hanya terdengar suara piring dan sumpit yang berpadu dengan percakapan rendah di meja lain.

Setelah menyelesaikan sarapannya, Zhang Hao memanggil pelayan.

“Permisi, aku ingin melakukan pembayaran,” ucapnya dengan suara tenang. Pelayan sempat menatapnya heran, tapi segera mengangguk dan menerima pembayaran tersebut.

Zhang Hao dan Zhao Liang keluar dari kedai. Udara pagi menyambut mereka—hangat namun menyegarkan.

Zhao Liang menatap Zhang Hao dari samping, matanya tajam, menilai gerak-gerik yang bahkan tidak disadari orang lain. Sekilas, ia menyadari sesuatu berbeda dalam diri Sen Lin. Sikapnya terlalu hati-hati, kaku, dan pandangannya selalu menyapu sekitar seakan setiap sudut menyimpan ancaman tersembunyi.

“Aku ingin bertanya sesuatu,” kata Zhao Liang setelah beberapa langkah. “Adik Zhang, apakah kamu mau ikut ke Kota Roh Awan?”

Mata Zhang Hao bergetar halus, ragu sejenak, namun ia mengangkat wajah dan menatap Zhao Liang.

“Aku… akan ikut,” jawabnya akhirnya.

Senyum tipis muncul di wajah Zhao Liang, lebih tulus kali ini. “Bagus. Tidak menutup pintu pada hal baru. Ingat, kuncinya adalah beradaptasi. Terpaku pada satu aturan hanya akan membuatmu terlihat aneh, bahkan lemah, di mata orang lain.”

Zhang Hao menunduk sejenak, merenung. Ia tahu kebenaran ucapan itu. Dunia terlalu luas, penuh orang yang lebih kuat darinya. Terpaku pada pola pikir sempit, ia akan tertinggal, atau bahkan tergilas.

Beberapa saat kemudian, sebuah kereta sederhana berhenti di hadapan mereka. Ditarik sepasang kuda berbulu putih dengan mata lembut berkilau. Zhao Liang membuka tirai kereta, lalu memberi isyarat pada Sen Lin. “Ayo, masuk. Meskipun sedikit lebih mahal, ini jauh lebih cepat dan aman,”

Zhang Hao melangkah masuk tanpa banyak bicara. Kereta perlahan mulai berjalan, membawa mereka menuju perjalanan baru.

*****

Kereta itu bergulir perlahan melewati gerbang kota, lalu mereka segera turun. Zhao Liang menunduk, menatap alat komunikasinya. Wajahnya berubah serius, rona tegas terpancar dari matanya. Ia menoleh cepat ke Sen Lin.

“Aku harus pergi sebentar. Ada urusan mendadak,” ucapnya singkat.

“Tenang saja, tidak akan sampai sore.”

“Pergilah bersenang-senang. Tapi ingat—jangan masuk gang-gang sepi. Jika aku belum kembali dan kamu ingin pulang ke akademi, mintalah penjaga gerbang untuk memesankan kereta,” tambahnya sambil menyerahkan sebuah token.

Dalam sekejap, Zhao Liang menghilang dari pandangannya.

Zhang Hao menghela napas panjang. Tujuan pertamanya adalah perpustakaan terbesar Kota Roh Awan yang berada di pusat kota. Rasa ingin tahu mendorongnya mendekat, meski ia tidak memiliki akses. Ia menyerahkan token tersebut kepada penjaga, lalu akhirnya mempersilahkannya masuk dengan sopan.

.

Dua jam berlalu. Zhang Hao keluar dari perpustakaan, berjalan tanpa arah. Tiba-tiba, ia berhenti di depan sebuah toko, membaca tulisan halus di pintu kayu: Ukiran Kehidupan.

Tanpa sadar ia berjalan mendekatinya.

Kemudian, dari dalam terdengar suara lirih seorang anak kecil yang menumpahkan keluhannya.

“Nenek… kenapa Ibu selalu memaksaku berlatih? Bukankah itu melelahkan?” Nada suaranya lelah, rindu kebebasan.

“Benar… aku iri pada anak-anak lain. Mereka bisa bermain sepuasnya, tapi aku…”

“Oh… jadi kalian tidak ingin menjadi kultivator? Bukankah itu menyenangkan?” ucap seorang wanita, diiringi keajaiban. Bola api menyala di udara, kemudian berubah menjadi butiran salju yang turun lembut. Angin kencang menyapu ruangan, membawa kesejukan yang menusuk.

“Lihatlah… kalian bisa menciptakan api, memanggil es kapanpun, bahkan terbang bebas di langit. Umur kalian pun akan panjang.”

“Bayangkan,” lanjutnya pelan, penuh penekanan, “ketika kalian sudah berkeriput, termakan usia… nenek ini tetap tampak seperti gadis remaja. Apa yang kalian pikirkan?”

Kedua anak terdiam, merenung. Akhirnya, anak laki-laki itu memberanikan diri bertanya dengan hati-hati, “Nenek… apa yang paling penting untuk menjadi seorang kultivator?”

“Dasar bodoh, itu saja tidak tahu” ejek anak perempuan.

"Kamu yang bodoh."

Dalam sekejap, keduanya saling sindir dan bantahan memenuhi ruangan.

Wanita yang dipanggil nenek itu tersenyum tipis, menatap tingkah kedua cucunya. Ia mengambil sebilah pisau kecil dan sebatang kayu, mulai mengukir perlahan. Namun gerakannya tiba-tiba terhenti. Tatapannya tertuju ke pintu yang tertutup rapat.

“Pengunjung di balik pintu… silakan masuk.”

1
誠也
7-10?
Muhammad Fatih
Gokil!
Jenny Ruiz Pérez
Bagus banget alur ceritanya, tidak monoton dan bikin penasaran.
Rukawasfound
Lucu banget! 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!