Salahkah Aku Selingkuh

Tidak ada kata menyerah bagi seorang Mikla, begitu ada kesempatan langsung dimanfaatkannya untuk mendekati Devan.

Devan yang tengah sibuk dikagetkan begitu tubuhnya tiba-tiba dipeluk dari arah belakang, semula dia tersenyum berharap itu Jasmine. tapi begitu mencium aroma parfum yang berbeda, Devan langsung menyingkirkan tangan yang masih erat melingkari lehernya.

Mikla terlihat begitu kecewa dan sedih, karena tidak bisa leluasa seperti dulu lagi untuk memeluk dan menyentuh tubuh, bahu lebar dan kokoh yang pasti menjadi idaman semua wanita.     

"Aku kangen kamu, Devan. aku tahu telah melakukan kesalahan besar, tolong beri aku kesempatan kedua untuk merubahnya. Aku janji akan menjadi wanita yang lebih baik lagi." pinta Mikla menghiba, bahkan air mata langsung membanjiri kedua pipinya.     

"Mikla, ini kantor. Tolong kamu bersikap secara profesional." Devan melepaskan tangan Mikla yang masih berusaha menggenggam jemarinya. seraya menghela napas kasar.

"Untuk apa perempuan ini datang. aku tidak pernah mengharapkan kehadirannya lagi." gumam Devan dalam hatinya.

"Devan, kenapa kamu berubah sekarang. Biasanya kamu selalu memaafkan aku jika berbuat salah?" Mikla menatap sayu bola mata Devan, dan dia tidak melihat ada cinta lagi untuk dirinya disana.

"Pergilah. Aku masih banyak pekerjaan." tolak Devan. 

"Kamu sudah berubah. Apakah kamu sudah punya pacar baru?" Tanya Mikla mulai meradang.     

"Pacar? Tidak... tapi aku sudah punya wanita spesial dihatiku."

"Siapa dia Devan? apakah dia asistenmu yang bernama Jasmine itu?" Karena menurut Mikla, Devan bukanlah pria yang mudah untuk jatuh cinta, apalagi menemukan perempuan pengganti dirinya.

"Kamu tidak perlu tahu siapa Dia, karena semua itu bukanlah urusanmu lagi." Devan kembali menyibukkan dirinya dengan mulai mengecek beberapa email masuk lewat laptopnya.     

"Devan, aku masih begitu mencintai dan mengharapkan mu. Kenapa kamu bersikap cuek dan tidak peduli pada diriku lagi?" Mikla memajukan bibirnya seolah sedang merajuk manja agar pria dihadapannya itu menjadi terenyuh.   

"Mikla, bagiku kamu hanya masa laluku. Sekarang kamu pulanglah. Aku masih ada urusan penting yang harus aku selesaikan." Devan berpikir bagaimana caranya mengusir perempuan keras kepala ini. Kalau dia sampai mengetahui hubungan terlarangnya bersama Jasmine, dia pasti melakukan tindakan nekat, bahkan bisa langsung membocorkan pada kedua orang tuanya terutama pada publik untuk mencoreng nama baik Devan dan keluarga besarnya.  

"Aku tahu kamu sangat sibuk Devan, bagaimana jika aku akan temani. Kamu pasti akan butuh bantuanku. Lagian aku juga terlibat dalam hal ini." Mikla memegang lengan Devan seolah tidak ingin melepaskan begitu saja.

"Mikla, aku tidak sedang main-main. Kamu pulang sana, karena pekerjaan yang sedang aku tangani sekarang tidak ada sangkut pautnya dengan proyek kerjasama kita." ucap Devan dengan emosi tertahan.     

Tok!Tok!Tok!

"Masuk!"

Setelah terdengar jawaban dari dalam, Jasmine segera masuk sambil membawa nampan berisi kopi hitam spesial buatannya untuk menemani Devan selama lembur.

"Pak ini kopi hitamnya, aku taruh disini ya."

"Ya, terimakasih Jasmin."

"Jasmine, apa kamu ikutan lembur juga bareng Devan?" terdengar nada tidak suka dari pertanyaan Mikla barusan.

"Iya, karena saya asistennya. Jadi apapun pekerjaan pak Devan aku ikut terlibat." jawab Jasmine.

"Mikla lumayan cantik, pantasan pak Devan dulu begitu mencintainya." bathin Jasmine tersenyum hambar.

"Sepertinya hubungan kalian lumayan dekat, melebihi atasan dan bawahan pada umumnya." ucap Mikla tersenyum sinis kearah Jasmine.

"Tentu saja, selain asisten aku juga merupakan calon adik ipar pak Devan. Karena kurang lebih dua bulan lagi aku dan adiknya Dirga menikah." terang Jasmin.

"Baguslah, semoga pernikahan kalian segera terlaksana. Agar tidak menimbulkan kecurigaan." ucap Milka sebelum pergi meninggalkan ruang kerja Devan.

Setelah kepergian Mikla, Devan menatap Jasmin yang terlihat mulai berubah menjadi lebih pendiam dan dingin setelah kedatangan Mikla. Terlihat cemburu namun tidak mau mengakuinya.

"Milka itu cuma masa laluku, aku sudah berusaha untuk menghindarinya. Namun dia masih nekad dan tetap berusaha mendekati ku lagi." terang Devan.

"Bapak tidak perlu menjelaskan urusan percintaan bapak padaku, lagian itu bukan urusanku."

"Baiklah jika kamu tidak peduli, untuk apa juga aku harus susah-susah menjelaskannya. Keluarlah dan selesaikan pekerjaan mu."

"Baik pak, Saya permisi dulu."

"Mmmm hhh...!"