NovelToon NovelToon
Terpaksa Menikahi Gadis Cacat

Terpaksa Menikahi Gadis Cacat

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintamanis / Tamat
Popularitas:2M
Nilai: 4.8
Nama Author: mawarjingga

21+🔥🔥🔥


Ben Alberto Adiwangsa, seorang laki-laki dewasa berumur 29 tahun, yang memiliki wajah tampan dengan hidung runcing, alis tebal, rahang yang kokoh, serta memiliki tubuh tinggi tegap, sosok sempurna yang mampu membuat gadis manapun tak akan mampu menolak pesonanya.

Namun siapa sangka, seorang Ben memiliki kisah yang begitu rumit, sebuah kisah cinta pahitnya di masa lalu, yang membuat Ben sampai kini enggan untuk memulai kembali hubungan serius dengan gadis manapun.

4tahun yang lalu tepatnya 2 hari menjelang pertunangannya dengan Sandra kekasihnya, ia tak sengaja memeregoki gadis yang dicintainya itu tengah berduaan dengan seorang laki-laki dalam keadaan yang begitu intim, di dalam Apartemen milik kekasihnya.

Hingga suatu hari ia harus menerima kenyataan, bahwa dirinya dipaksa menikahi gadis cacat yang telah ia tabrak, akibat dari keteledorannya saat berkendara.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mawarjingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ibu kandung

"Yakin, hari ini lo nggak masuk kuliah Ri?" tanya Rara, yang pagi ini sudah siap, hendak berangkat menuju kampus.

"Nggak Ra, hari ini gue lagi mau pergi kesuatu tempat, ada yang musti gue cari tahu."

Terlihat Rara menghela nafasnya, kemudian menepuk pelan gadis itu sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan nya.

Tak lama setelah kepergian Rara, Putri pun menyusul pergi ketempat seseorang yang begitu dihormatinya selama ini.

dengan menumpangi ojek yang selalu mangkal didepan kost-kostan milik Rara.

"Bang, berhenti di samping tukang martabak ya!" ucapnya pada tukang ojek yang membawanya kini.

"siap neng!"

Setelah membayar ongkosnya, Putri pun bergegas menghampiri sebuah gedung yang menjadi tempat sang ayah mengais rezekinya selama ini.

Menghela nafas beberapa kali sebelum ia melangkahkan kakinya kedalam gedung tersebut, berdiri mematung beberapa saat, hingga sebuah sapaan lembut membuyarkan lamunannya seketika.

"Putri kan?" tanya seseorang dengan raut wajah yang terlihat berbinar.

"Eh?" balas Putri, sembari berusaha mengingat-ingat orang yang berada di hadapannya itu.

"Kak Rezza?" tanyanya, yang tak kalah berbinar.

"Iya, Rezza! masih inget kan?"

"Iyalah inget, masa lupa, apa kabarnya Kak? ngomong-ngomong kakak lagi ngapain disini?"

"Biasa," pria yang bernama Rezza itu mengerling seraya menepuk-nepuk sebuah map ditangannya.

"Kakak lagi buru-buru nih, nggak bisa lama ngobrolnya, masukin no telpon kamu dong, ntar kakak kontek duluan ok!" ucapnya, seraya menyodorkan ponselnya ketangan Putri.

Tak bisa menolak permintaan laki-laki yang sudah ia anggap sebagai kakaknya itu, Putri pun mengambil ponsel milik Rezza, lalu mngetikan nomor ponselnya disana, setelahnya mengembalikan nya ke tangan Rezza.

"Ok thanks cantik, sampai ketemu lagi." ujarnya yang diangguki oleh Putri.

Setelah kepergian Rezza, Putri kembali menghela nafas beberapa kali, untuk menyetabilkan perasaan nya yang kembali berkecamuk.

Melangkah pelan, dengan sebelah tangan yang memegangi dadanya yang semakin berdebar.

Ini bukan kali pertama ia datang ke pabrik milik sang ayah, namun kali ini terasa berbeda, karena ia datang setelah 7 bulan lamanya tak bertemu dengan ayahnya.

Suatu hal yang menjadi pertanyaan besar dalam benak Putri, mengapa sang ayah tidak pernah menemui atau sekedar menjenguknya, ketika beberapa bulan ia masih berada diatas kursi roda selama ini, atau ayahnya benar-benar telah melepaskan tanggung jawab sebagai seorang ayahnya atau_

Putri berusaha untuk menepis apapun yang kini memenuhi pikirannya tentang sang ayah.

"Neng Putri?" sapa ibu-ibu yang sedang bekerja di pabrik milik ayahnya itu.

Putri tak menjawab, namun ia tersenyum ramah, melangkah sedikit cepat agar segera sampai di ruangan ayahnya.

Tok.. tok.. tok..

Putri mengetuk pintu ruangan sang ayah dengan hati-hati, dan berharap ia tak harus menunggu waktu lama untuk bertemu dengannya.

"Masuk!" sebuah sahutan dari dalam membuat Putri repleks membuka handle pintunya dengan segera.

Arfan mendongak menatap kearah pintu, saat menyadari seseorang yang memasuki ruangannya tak berbicara sedikitpun, atau menghampiri nya.

Deg!

Mata Arfan seakan hampir melompat keluar, saat menyadari siapa yang kini tengah berdiri dihadapannya, matanya meneliti Putri dari ujung kepala hingga ujung kakinya, untuk memastikan bahwa ia tak salah lihat.

"R-Riri?"

Tak menjawab, gadis itu hanya menatapnya dengan tatapan yang tak terbaca.

"K-kamu pulang, kamu sudah sembuh?" tanya Arfan dengan suara sedikit tergagap.

Sementara Putri memilih memalingkan wajah, karena sejak pertama masuk keruangan itu, air matanya terus mendesak ingin keluar.

"Maafkan ayah nak, ayah terlalu sibuk selama ini Sampai-sampai ayah lupa menjenguk kamu."

Putri mendengus pelan, ia tahu itu bukan alasan yang sebenarnya, ia kenal betul dengan sikap sang ayah selama ini.

"Putri kesini, ingin bertanya sesuatu sama ayah, dan putri harap ayah bisa menjawab nya dengan jujur."

"Soal apa nak?" tanya Arfan pelan, saat merasakan aura dingin menyelimuti wajah Putri nya.

"Ibu, dimana ibu kandung Putri yah?"

Deg!

"K-kamu ini bicara apa sih,?"

"Sudahlah yah, Putri mohon tolong jangan lagi ada yang di tutup-tutupi Putri udah tahu semuanya."

"Nak?!" Arfan melangkah mendekati Putri, namun justru gadis itu semakin mundur kebelakang.

"Sampai kapan ayah mau bohongin aku terus yah, aku ini udah dewasa, dan dari awal sejak aku kecil, seharusnya aku memang mencari tahu siapa ibu kandungku, bukan bertahan dengan ibu Yani yang selalu tidak menganggap ku ada."

"Putri, hentikan omong kosong kamu itu, kamu tidak berhak menjelekkan Yani, yang sudah membesarkan kamu selama ini, memberi kasih sayang yang penuh buat kamu."

"Aku di besarkan oleh pengasuh, bukan oleh dia! oh iya dan jangan lupa aku tidak pernah mendapatkan kasih sayang darinya."

Plakkk...

Satu tamparan keras mendarat diwajah cantik Putri, hingga membuat 5 jari sang ayah tercetak jelas disana.

Putri tersenyum getir, bersamaan dengan air matanya yang sudah meluncur bebas, merasakan panas yang menjalar diseluruh wajahnya.

Sementara Arfan mematung, memandangi tangannya yang bergetar, seumur hidupnya tak pernah sekalipun ia menampar putrinya, apa lagi sampai sudut bibir gadis itu robek, dan mengeluarkan darah.

"Kenapa ayah hanya diam, ayo lakukan lagi, biar aku mendapatkan penderitaan yang sempurna, tanpa kurang sedikitpun!" teriak Putri.

"M-maafkan ayah Ri, ayah tidak_"

"Ck, Ayah mau bilang, ayah tidak bermaksud begitu,? Putri tersenyum kecut, "ada satu hal yang tidak pernah ayah ketahui selama ini, aku tidak pernah mendapatkan keadilan dari siapapun, Ayah ibu, bahkan suamiku kalian semua kejam!"

Deg!

Arfan memandangi Putrinya yang terlihat penuh luka didalamnya, dan untuk pertama kalinya juga ia melihat putrinya berteriak marah seperti sekarang, sesuatu hal yang Arfan ketahui sama sekali bukan sifat asli putrinya.

Apa mungkin gadis itu berkata jujur, mengeluarkan semua keluh kesahnya, batinnya penuh tanya.

"Katakan dimana ibuku yah, aku ingin bertemu dengannya,?" lanjut Putri dengan nada penuh permohonan.

"Dia tidak mengharapkan mu, jadi untuk apa kamu mencarinya, ayah tidak akan izinkan!"

"Aku tidak peduli, dia menginginkan ku atau tidak, aku hanya ingin bertemu dengannya, itu saja, aku mohon!" Putri berlutut memegangi kedua kaki ayahnya.

"Baiklah, tunggu sebentar!" balas Arfan kemudian, lalu melangkah menuju meja kerjanya mengambil sesuatu dari dalam laci.

Tak lama ia kembali dengan membawa selembar foto ditangannya, lalu memberikannya pada Putri.

"Itu ibu kandungmu!" ujar Arfan singkat, tak lagi mengatakan apapun ia melangkah keluar dari ruangannya, menyisakan Putri yang masih diam, berdiri memandangi foto ditangannya.

Sebuah foto seorang wanita cantik yang wajahnya sama persis dengan dirinya, menggendong seorang bayi perempuan serta menyentuh kepala seorang anak laki-laki yang berdiri disampingnya.

Tak hanya itu, dibelakang foto tersebut terdapat nama serta alamat, yang Putri yakini adalah alamat sang ibu.

.

.

1
Julia Juliawati
aq suka visualnya
Julia Juliawati
cm di panggil sayang aj udh panas dingin. makan jatuh pun di bilang sayang put🤣🤣🤣
Julia Juliawati
dia yg bikin cacat putri. jahat km ben
Julia Juliawati
mampir
Teti Hayati
Tetep waspada Ri, jangan terlalu pake hati..
Mama Pesek
ceritanya keren, awalnya agak ragu buat baca, tapi setelah beberapa bab, penasaran, tertarik kemudian suka.
mantap thor👍👍👍
mawarjingga: terimakasih sudah mampir kak🥰🥰🥰
total 1 replies
daroe
Hamidun
daroe
masih perawan 😄
daroe
hadeh istri yg mantan kakak, dan dicintai adiknya ini mah
cakep putri triple kills wkwkwkwkwk
daroe
wehhh kampretttooo
nissa
hamil tu
nissa
semoga berbahagia putri
nissa
sirik bilangbu
nissa
cemburu baru tau
nissa
lah kan sudah suami istri
nissa
mantap
nissa
iya bener yang yang tu
nissa
aneh
nissa
giliran butuh aja ngajak
nissa
gak usah mau ri, suruh pergi aja sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!