NovelToon NovelToon
Time Travel: Kali Ini Aku Akan Mengalah

Time Travel: Kali Ini Aku Akan Mengalah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengganti / Keluarga / Time Travel / Reinkarnasi / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aplolyn

Di kehidupan sebelumnya, Emily begitu membenci Emy yang di adopsi untuk menggantikan dirinya yang hilang di usia 7 tahun, dia melakukan segala hal agar keluarganya kembali menyayanginya dan mengusir Emy.
Namun sayang sekali, tindakan jahatnya justru membuatnya makin di benci oleh keluarganya sampai akhirnya dia meninggal dalam kesakitan dan kesendiriannya..
"Jika saja aku di beri kesempatan untuk mengulang semuanya.. aku pasti akan mengalah.. aku janji.."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aplolyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 19

Pagi itu, rumah besar keluarga Hambert seperti biasa diselimuti aroma roti panggang dan kopi hitam. Pelayan rumah sudah sibuk menata meja makan panjang yang dihiasi bunga segar.

Ayah duduk di kursi utama, membuka surat kabar pagi. Emy di sisi kanan sibuk mengecek ponselnya, sementara Ethan duduk rapi di sisi lain, menyeruput kopi dengan tenang.

Namun, ada satu hal yang berbeda, kursi di ujung meja, tempat Emily biasanya duduk dengan kepala menunduk, kosong.

Pelayan yang membawa roti terlihat sedikit ragu. “Tuan, Nona Emily tidak ada di kamarnya,” ucapnya pelan.

Ayah menurunkan surat kabarnya sebentar. “Tidak ada?” alisnya terangkat tipis.

“Ya, Tuan. Koper dan barang-barangnya juga sudah tidak ada.”

Untuk beberapa detik, suasana meja makan itu hening. Namun, bukan keheningan penuh kepanikan, melainkan lebih ke hening yang datar.

Emy menoleh, tersenyum samar. “Sudah kuduga. Dia akhirnya menyerah juga.”

Ethan hanya menghela napas. “Aku juga tidak heran. Dia memang tidak pernah bisa menyesuaikan diri di rumah ini.”

Ayah menatap kosong pada kursi itu. Tidak ada amarah, tidak ada panik, hanya ketenangan yang aneh. “Kalau begitu, biarkan saja. Sejak awal, aku sudah sulit percaya padanya. Kalau memang dia ingin hidup sendiri, itu pilihannya.”

Emy meletakkan ponselnya di meja, wajahnya tampak puas. “Jujur saja, Ayah, bukankah ini lebih baik? Kita tidak perlu lagi repot-repot mengawasi tingkahnya. Dia selalu membuat masalah, dan aku yakin cepat atau lambat dia akan kembali dengan membawa masalah baru.”

“Emy.” Ethan menegur adiknya pelan. Namun, nada suaranya pun tidak terlalu membela. Ia hanya tidak ingin adiknya terlalu terang-terangan.

Emy mengangkat bahu. “Aku hanya jujur. Lagipula, siapa di rumah ini yang benar-benar percaya sama dia? Setiap kali ada sesuatu, selalu Emily yang mencurigakan. Selalu Emily yang jadi beban.”

Ayah menghela napas panjang. Ia melipat surat kabar, menatap kedua anaknya dengan wajah serius. “Ayah sudah mencoba... ayah sempat berpikir dia akan berubah. Tapi ternyata, waktu sudah membuktikan. Dia memang bukan tipe anak yang bisa membawa nama baik keluarga ini.”

Sebuah keputusan tanpa suara tercetak di meja makan itu. Emily tidak lagi menjadi bagian penting dari rumah ini.

Usai sarapan, Emy berjalan di taman belakang bersama Ethan. Gadis itu tampak jauh lebih ceria daripada biasanya. “Kau lihat, Kak? Rasanya rumah ini lebih tenang tanpa Emily.”

Ethan menyelipkan kedua tangannya ke saku celana. “Kau terlalu keras padanya, Emy.”

“Kenapa? Karena aku mengatakan yang sebenarnya?” Emy berhenti, menatap kakaknya.

“Kau juga tahu, Kak, Ayah sudah tidak percaya lagi sama dia. Kau sendiri berkali-kali melihat bagaimana Emily selalu salah langkah. Bukan hanya aku yang merasa begitu.”

Ethan tidak menjawab. Benar, ia memang sering merasa adiknya yang satu itu terlalu rapuh. Emily selalu tampak salah, bahkan ketika mungkin bukan salahnya. Namun, hatinya yang dingin pun tidak cukup untuk membuatnya peduli lebih jauh.

“Dia sudah memilih jalan sendiri,” ucap Ethan akhirnya. “Kalau dia kuat, dia akan bertahan. Kalau tidak… ya, itu sudah nasibnya.”

Emy terkekeh, lalu melanjutkan langkahnya. “Aku penasaran, dia bisa bertahan berapa lama di luar sana? Dunia nyata tidak semudah yang dia bayangkan.”

Sementara itu, di ruang kerja, sang ayah duduk menatap jendela besar yang menghadap ke halaman depan. Bayangan Emily sempat melintas di kepalanya, tapi cepat-cepat ia tepis.

“Dia anakku,” gumamnya lirih. “Tapi seorang ayah pun punya batas. Kalau anak itu sudah memilih pergi, mungkin memang lebih baik.”

Telepon di mejanya berdering, tanda pertemuan bisnis lain menunggu. Dengan tenang ia meraih gagang telepon, suara Emily pun menghilang dari benaknya.

***

Hari-hari setelah kepergian Emily berjalan normal di rumah itu. Tidak ada yang mencari, tidak ada yang bertanya ke mana perginya. Kursinya di meja makan tetap kosong, tapi lama-kelamaan kursi itu tidak lagi diperhatikan.

Seolah-olah Emily memang tidak pernah ada.

Namun, di balik ketenangan itu, ada sesuatu yang samar. Kadang-kadang, ketika makan malam usai, Ayah tanpa sadar melirik kursi kosong itu sebentar.

Kadang Ethan, di balik dinginnya, memikirkan sekilas bagaimana Emily hidup di luar sana. Bahkan Emy, meski tampak puas, kadang mendengar suara hati kecilnya, Apakah aku terlalu jauh?

Tapi semua itu tidak pernah terucap. Mereka memilih membiarkan Emily berjalan sendiri, tanpa menoleh lagi.

Bagi keluarga Hambert, Emily hanyalah bayangan yang akhirnya menghilang dari cahaya mereka.

Dan bagi Emily, itu adalah bukti nyata bahwa dirinya memang tidak pernah benar-benar dianggap.

***

Suatu hari, sinar matahari menembus jendela besar aula fakultas. Mahasiswa lalu-lalang dengan berkas di tangan, sebagian terburu-buru masuk kelas, sebagian lain berkumpul sambil bercanda.

Di tengah keramaian itu, Emily berjalan dengan langkah tenang, menenteng buku catatan yang sudah lusuh.

Pakaian sederhananya kontras dengan mahasiswa lain yang tampil lebih rapi dan bergaya.

Dia tahu, banyak pasang mata memperhatikan, sebagian dengan heran, sebagian dengan cibiran samar. Emily tidak peduli. Yang penting, dia masih bisa kuliah.

Di balik kesulitannya mencari tempat tinggal, ia bersyukur masih memiliki tabungan kecil dari hasil kerja paruh waktu.

Tabungan itu cukup untuk biaya makan seadanya, ongkos transportasi, dan sedikit kebutuhan kampus. Ia tahu ini akan berat, tapi lebih baik daripada terus tinggal di rumah yang tidak lagi menganggapnya ada.

Emily menarik napas panjang saat menaiki tangga menuju lantai dua. "Tenang saja, setelah karyaku terjual, mereka pasti tidak akan memandangku dengan jijik"

Namun, saat kakinya menapak di lantai koridor fakultas, langkahnya terhenti. Dari arah berlawanan, seorang gadis melangkah anggun dengan kepala tegak, dikelilingi dua temannya yang tertawa kecil sambil berbicara.

Emy.

Dia seperti biasa, rambut hitam panjang tergerai sempurna, blazer modis yang menegaskan status sosialnya, dan ekspresi percaya diri yang tak pernah goyah.

Emily menelan ludah. Ada detik di mana ia ingin menoleh ke arah lain, pura-pura sibuk dengan ponsel, pura-pura tidak melihat. Namun, terlambat. Tatapan mereka bertemu.

Mereka hanya menatap sekilas, Tidak ada sapaan, tidak ada senyum, bahkan tidak ada sedikit pun pengakuan.

Teman-temannya masih tertawa kecil, tidak menyadari tensi yang terjadi di udara.

Langkah Emy terdengar mantap, menjauh dengan cepat. Hanya beberapa detik, dan sosoknya menghilang di ujung koridor.

Emily memejamkan mata sebentar, berusaha menenangkan diri. Ada rasa sakit yang familiar, tapi kali ini berbeda, lebih menusuk, lebih nyata.

Dulu saat dia pergi dari rumah, dia tidak bertemu sama sekali dengan Emy, jadi tidak ada kebencian setiap hari, namun sekarang, banyak kemungkinan bahwa dia akan terus bertemu dengan gadis itu di kampus.

Rasanya emosi Emily akan selalu meledak tiap melihatnya.

1
Cty Badria
tinggal keluarga y hanya ngangap alat, tidak suka jalan y bertele, pu nya lemah banget
Lynn_: Terimakasih sudah mampir ya kak😇
total 1 replies
Fransiska Husun
masih nyimak thor
Fransiska Husun: /Determined//Determined/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!