Karena desakan Ekonomi, Rosa terpaksa harus menikah dengan pria yang sama sekali tak di cintainya. Bekas luka di tubuh serta hatinya kian membara, namun apalah daya ia tak bisa lepas begitu saja dari ikatan pernikahan yang isinya lautan luka.
seiring berjalannya waktu, Rosa membulatkan tekadnya untuk membalas segala perbuatan suaminya. bersembunyi di balik wajah yang lemah lembut nan penurut, nyatanya menyiapkan bom waktu yang bisa meledak kapan saja.
Hem, gimana ya ceritanya. yuk simak kelanjutannya, jangan lupa tinggalkan jejak likenya, komen, subscribe dan vote 🥰🫶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di tabrak?
"LUTFIII" Teriak Rosa.
"ROSA!!" Alan ikut berteriak.
Sabrina dengan kesadaran penuh ingin menabrak adiknya sendiri, namun Lutfi yang datang tepat waktu menyelamatkan Rosa dari mara bahaya. Lutfi berlari sekencang mungkin sampai ia berhasil mendekap Rosa sehingga tubuh keduanya jatuh dan berguling ke samping, kening Lutfi mengeluarkan darah akibat terbentur mengenai batu. Saat berguling, Lutfi menggunakan sebelah tangannya untuk melindungi kepala Rosa agar tidak terluka.
Rosa panik, ia berusaha menyadarkan Lutfi yang hampir menutup matanya.
"Lutfi, bangun! jangan buat aku takut, aku mohon," Rosa panik sekaligus takut terjadi hal yang tak di inginkan pada Lutfi.
"Rosa, kamu gapapa?" Tanya Alan khawatir menghampiri Rosa yang tengah memangku kepala Lutfi.
"Tolong bawa Lutfi ke rumah sakit, keningnya berdarah." Mohon Rosa.
Ngueeenggggg!!!!
Rosa dan Alan mengalihkan tatapannya, keduanya sama-sama melihat mobil yang di kendarai Sabrina langsung kabur begitu saja.
"Sabrinaa!!!" Pekik Alan.
"Cepat tolong dia!" Desak Rosa.
"Baiklah, bantu aku mengangkatnya." Jawab Alan.
Keduanya pun menggotong tubuh Lutfi sambil memanggil orang lain untuk membantu membawa Lutfi ke mobil, karena ada bantuan dari orang sekitar Alan pun langsung berlari menuju rumah, dengan gerakan cepat ia mengeluarkan mobilnya dan Lutfi pun segera di bawa masuk.
Rosa duduk di jok belakang, kepala Lutfi sengaja Rosa sandarkan di bahunya dan beberapa kali ia menepuk pipi Lutfi berharap pria itu membuka matanya agar ia merasa lega.
Dari depan, Alan memperhatikan betapa cemasnya Rosa pada Lutfi, tentu saja ia merasa cemburu karena ia masih berstatus suami Rosa yang sah.
"Akh, ssshhh," Ringis Lutfi sambil memegangi kepalanya.
"Mana yang sakit? Sabar sebentar ya, kita ke rumah sakit," Cemas Rosa.
"Hanya pusing sedikit, bagaimana denganmu, apa ada yang terluka?" Lutfi balik bertanya, meskipun ia merasakan pusing dan rasa tak nyaman di tubuhnya rasa khawatirnya akan keadaan Rosa pun tak bisa ia hindari.
"Aku tidak apa-apa," Jawab Rosa.
Lutfi tak percaya begitu saja, ia menarik tangan Rosa dan memeriksanya, dan benar saja kalau tangan Rosa terluka karena mereka jatuh diatas aspal. Rosa menahan rasa perih saat Lutfi menarik tangannya, bukan tangannya saja yang terluka, kakinya pun sama-sama terluka.
Alan semakin kuat mencengkram setir mobilnya, rasa panasnya api di hatinya semakin menggila.
"Jaga batasanmu, dia istriku!" Ucap Alan tak suka.
"Hm," Balas Lutfi acuh tak acuh. Dia tahu kalau Alan tengah dilanda cemburu, maka dari itu ia semakin sengaja menambahkan bensin agar api cemburu Alan semakin membesar.
Lutfi meniup luka di tangan Rosa, bahkan keduanya saling menatap satu sama lain selama beberapa detik yang berhasil di sadarkan oleh deheman Alan.
"Brengsek!" Umpat Alan.
Tiba di rumah sakit. Rosa keluar terlebih dahulu, ia berjalan mengitari mobil dan membukakan pintu untuk Lutfi serta membantu pria yang menyelamatkannya itu berjalan menuju IGD. Alan memanggil perawat, dua orang perawat datang mendorong sebuah brangkar dan membantu Lutfi berbaring diatasnya. Alan berinisiatif mengambilkan kursi roda untuk istrinya, namun Rosa enggan menerima perhatian Alan dan lebih memilih berjalan menyusul Lutfi meskipun harus menahan sakit di kakinya.
Lutfi dan Rosa kini tengah di obati lukanya, Alan menunggu di samping Rosa menemani wanita yang masih berstatus istrinya itu.
Alan di panggil untuk melakukan administrasi, ia pun pergi mengikuti petugas rumah sakit menuju loket pembayaran.
Rosa selesai lebih dulu, ia turun dari tempat tidurnya dan berdiri di samping brangkar Lutfi. Pria itu meringis kala Dokter membersihkan luka di tangannya, apalagi di bagian wajahnya yang masih terasa perih serta jahitan di keningnya.
"Tahan sedikit, lukanya pasti sembuh," Ucap Rosa.
Lutfi meremas jemari Rosa tanpa sadar, Rosa pun mengusap punggung tangan Lutfi berharap ia bisa memberikan ketenangan saat pengobatan berlangsung.
"Apa masih ada yang belum di periksa?" Tanya seorang Dokter yang baru saja datang.
"Tinggal satu pasien saja, ini sedang aku tangani." Jawab rekannya yang sedang menjahit luka di bagian kening Lutfi.
Dokter yang baru datang tersebut melihat wajah Rosa, ia merasa familiar dengan wajah itu dan rasa penasarannya membuatnya tak bisa menahan diri. Axel menepuk pundak Rosa sampai gadis itu berbalik, dan benae saja dugaan Axel kalau gadis di hadapannya itu adalah Rosa yang pernah bertemu dengannya.
"Eoh, Axel?"
Rosa dengan ragu menyebut nama pria di hadapannya, wajar saja ia baru satu kali bertemu saja.
"Ngapain disini? Siapa yang sakit?" Tanya Axel.
Rosa tak menjawab, ia menggeser sedikit tubuhnya dan menujuk kearah Lutfi yang masih menggenggam tangannya. Posisinya Axel ada di belakang tubuh Rosa, karena wajah Lutfi terhalang oleh Rosa jadinya Axel takk dapat melihat dengan jelas siapa yang sedang di obati.
"Ya ampun! Fi, kok bisa terluka kayak gini? Ini juga, gak boleh pegang tangan istri orang bego!" Cecar Axel khawatir. Ia memukul tangan Lutfi agar melepas genggamannya, bisa-bisanya sahabatnya itu menggenggam tangan istri orang.
"Shhh, adu setan! Sakit tangan gue, pergi aja loe kali cuman mau ngomel gak jelas." Kesal Lutfi.
"Gue telpon emak loe ya," Ucap Axel.
"Jangan pe'a!" Protes Lutfi.
"Kenapa? Gapapa, orangtua kamu harus tahu biar aku juga minta maaf gara-gara nolongin aku kamu jadi luka kayak gini, orangtua kamu pasti khawatir, Lutfi." Heran Rosa.
"Gak usah, kagak bakalan ada yang khawatir kok, tenang aja." Ucap Lutfi sambil menahan nyeri.
"Sudah selesai, kalian berdua nanti bisa langsung pulang dan tidak perlu rawat inap karena lukanya tidak begitu berat. Nanti obatnya ambil di depan ya," Ucap Dokter.
"Baik, Dokter. Terimakasih," Ucap Rosa.
Dokter yang menangani Rosa dan Lutfi pun pamit undur diri, kini tinggal Lutfi, Rosa dan Axel yang ada di ruangan tersebut karena IGD tidak terlalu ramai.
Axel penasaran dengan apa yang sudah menimpa sahabatnya itu, ia pun mendesak Alan dan Rosa agar bercerita. Saat Axel duduk sambil mendengarkan cerita Rosa, Alan datang menghampiri ketiganya.
"Apa perlu di rawat?" Tanya Alan.
"Tidak." Jawab Rosa singkat.
"Yaudah, kalau gitu gue pergi dulu ya soalnya masih harus cek pasien. Kalau butuh apa-apa, panggil gue aja atau suruh perawat cari gue." Ucap Axel sambil menepuk kaki Lutfi.
Lutfi hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Axel pun keluar.
"Aku ambil obatnya dulu," Ucap Rosa ingin menghindar dari Alan.
"Tidak perlu, biar aku saja." Ucap Alan.
"Hm,"
Rosa membuang wajahnya enggan menatap suaminya, situasi pun menjadi kaku. Alan kembali keluar dari ruangan tersebut, ia berjalan menuju apoteker untuk mengambil obat Rosa dan Lutfi.
anak sich nando sm zoya kah kk