NovelToon NovelToon
CARA YANG SALAH

CARA YANG SALAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Playboy / Selingkuh / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: syahri musdalipah tarigan

**(anak kecil di larang mampir)**

Di tengah kepedihan yang membungkus hidupnya, Nadra mulai menjalani hari-hari barunya. Tak disangka, di balik luka, ia justru dipertemukan dengan tiga pria yang perlahan mengisi ruang kosong dalam hidupnya.

Arven, teman kerja yang selalu ada dan diam-diam mencintainya. Agra, pria dewasa berusia 40 tahun yang bersikap lembut, dewasa, dan penuh perhatian. Seorang duda yang rupanya menyimpan trauma masa lalu.

Dan Nayaka, adik Agra, pria dewasa dengan kepribadian yang unik dan sulit ditebak. Kadang terlihat seperti anak-anak, tapi menyimpan luka dan rasa yang dalam.

Seiring berjalannya waktu, kedekatan antara Nadra dan ketiga pria itu berubah menjadi lingkaran rumit perasaan. Mereka saling bersaing, saling cemburu, saling menjaga namun, hati Nadra hanya condong pada satu orang: Agra.

Keputusan Nadra mengejutkan semuanya. Terutama bagi Nayaka, yang merasa dikhianati oleh dua orang terdekatnya, kakaknya sendiri dan wanita yang ia cintai diam-diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syahri musdalipah tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

19. TETANGGA JULID

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Pagi itu, matahari baru naik sepenggalah saat Nadra menyapu halaman depan rumah mungilnya. Sapu ijuk di tangannya bergerak pelan, membersihkan debu di lantai semen.

Suara derap sandal wedges dan kantong plastik dari pasar memecah keheningan pagi. Beberapa ibu-ibu yang baru pulang belanja sayur mulai berjalan pelan, lalu berhenti tepat di depan rumah Nadra.

"Eh, Bu Merli, lihat nggak semalam?" bisik Bu Serli, matanya menyipit ke arah Nadra yang tengah menyapu.

"Lihat lah, masa nggak lihat. Dari balik tirai jendela aja aku bisa jelas tuh mobilnya. Mewah banget, Bu! Catnya kayak cermin," jawab Bu Merli, matanya melebar dramatis.

"Ih, jangan-jangan dia simpanan, ya?" celetuk Bu Rani setengah berbisik, setengah menahan tawa. "Soalnya mana mungkin cowok kayak gitu mau nganter cewek kayak Nadra, Rumah aja sempit, ibarat dapur, sama kamar mandi gabung."

"Eh, jangan gitu ah Bu Rani, mungkin aja cowoknya itu duda tajir yang lagi nyari perawat pribadi," sambung Bu Siti sambil menyenggol pundak Bu Merli.

Suara cekikikan kecil pun terdengar. Sementara itu, Nadra masih menyapu. Wajahnya datar, tetapi telinganya menangkap semua bisik-bisik itu. Ia menunduk, pura-pura fokus ke sampah yang tak penting.

"Kalau dia benar-benar deket sama orang kaya, duh, bisa-bisa kita semua ketinggalan kereta, Bu. Siap-siap aja dia pamer sepatu mahal sama tas bermerk. Dan, jangan sampai rumahnya dibuat jadi hotel nanti," ucap Bu Merli lagi, kini lebih keras, seakan sengaja.

Namun tak lama, suara langkah tegas dan berwibawa menghentikan pembicaraan mereka. Dari ujung jalan, muncul Bu Haja Sumarni, mengenakan kebaya modern warna biru langit, langkap dengan selendang tipis di bahunya. Di tangannya ada kotak kue jinjing dari toko roti mahal.

"Assalamualaikum," sapanya ramah tapi tegas.

"I-ih, walaikumsalam, Bu Haja," sapa para ibu-ibu hampir serempak, kini nada mereka lebih sopan dan agak kaku.

Bu Haja mendekat, menoleh ke arah Nadra yang kini berdiri sopan, menyala balik dengan anggukan. Lalu wanita itu menoleh ke kerumunan ibu-ibu dengan senyum tenang yang menyimpan ribuan makna. "Saya dengar obrolan ibu-ibu tentang Nadra?" ucap Bu Haja, nadanya lembut namun tajam. "Saya harap itu bukan fitnah ya, Bu. Karena saya tahu betul Nadra anak baik. Orangtuanya baru meninggal, dan dia tetap kerja keras, nggak pernah nyusahin siapa pun."

Para ibu-ibu mulai saling pandang, gelisah.

"Kalau dia naik mobil mewah semalam, barangkali itu rezeki. Kita semua tidak tahu. Jangan sampai kita ikut menyumbang dosa lewat lidah sendiri."

"Benar juga ya, Bu Haja, maaf tadi cuma ngobrol iseng aja," Bu Rani berusaha mencairkan suasana, tertawa canggung.

"Baiklah kalau cuma iseng. Tapi ingat, kadang iseng bisa jadi fitnah. Dan fitnah itu dosanya lebih besar dari membunuh." Dengan senyum tegas, Bu Haja melirik Nadra, lalu memberi isyarat kecil penuh arti. "Sudah ah, ayo kita pulang," ucap Bu Haja menutup.

Ibu-ibu pun buru-buru bubar, membawa belanjaan dan rasa malu mereka masing-masing.

Setelah semua pergi, Nadra menatap ke jalan yang kembali sepi. Ia menghela napas panjang, lalu memeluk sapunya erat. "Terima kasih, Bu Haja," gumamnya lirih. Wajahnya kini lebih lega.

Bu Haja kini melangkah naik ke teras, langkahnya lembut dan penuh wibawa. Nadra yang masih memegang sapu ijuk, tampak kikuk, namun tetap sopan berdiri di tempatnya. Bu Haja berhenti di hadapan gadis itu, lalu menatap wajahnya dengan mata yang teduh. "Nadra," ucapnya lirih namun mantap. "ucapan orang-orang tadi jangan disimpan dalam hati. Biarkan saja angin yang membawa pergi."

Nadra mengangguk pelan, bibirnya menahan senyum yang samar. Saat itu, Bu Haja mengulurkan kotak kecil berisi kue. "Ini kue talam gula merah, saya tadi malam beli. Tadi pagi tiba-tiba saja kepikiran kamu," ucapnya tulus.

Nadra menerimanya, kedua tangannya menyentuh kotak itu dengan hati-hati seolah menyentuh sesuatu yang lebih dari sekadar makanan. "Terima kasih, Bu," gumamnya, matanya berkaca-kaca karena merasa dihargai.

Setelah hening sejenak, Nadra membuka suaranya. "Bu, aku memang semalam pulang diantar oleh seseorang," ujarnya pelan, seperti takut disalahpahami.

Bu Haja seketika mengangkat alis, namun ia tidak bicara. Hanya menunggu.

"Om itu baik, Bu. Dia khawatir aku tinggal sendirian. Bahkan tadi malam dia sempat menawarkan diri untuk berjaga di depan rumah."

"Hm," Bu Haja menatap lekat wajah Nadra yang polos dan tulus. "Orang dewasa yang peduli memang seperti langit di musim panas, membawa teduh, tapi kadang juga membakar kalau kita tak hati-hati."

Nadra terdiam. Angin pagi berhembus pelan, membawa aroma tanah basah dan bunga kenanga dari pekarangan rumah tetangga. "Memang, Om itu orang berada," lanjut Nadra jujur. "Tapi aku nggak merasa dia jahat. Niatnya cuma ingin bantu."

Bu Haja tersenyum, lalu menepuk pelan lengan Nadra. "Bukan soal kaya atau tidak, Dra. Tapi kedekatan dengan pria dewasa kadang punya harga yang tak selalu bisa kita bayar dengan air mata atau keberanian."

Nadra menunduk pelan, lalu menjawab lirih, "Aku akan hatiu, Bu."

Bu Haja mengangguk. "Bagus. Tapi, soal kamu tinggal sendirian, saya sebenarnya khawatir. Kalau kamu mau, kamu bisa tinggal di rumah saya. Kebetulan kamarnya ada yang kosong, dan saya akan lebih tenang."

Nadra segera menggeleng, mantap Bu Haja dengan tatapan lembut. "Terima kasih, Bu. Tapi aku masih kuat. Aku masih bisa berdiri, dan belajar berjalan sendiri. Aku nggak mau nyusahin siapa-siapa."

"Kalau begitu," Bu Haja menghela napas, "kuatlah dengan kepala tegak. Tapi jangan sampai lupa, kuat bukan berarti harus sendirian."

Keduanya tersenyum. Lalu, Bu Haja melirik jam tangannya yang elegan. "Saya pamit, ya. Mau ke tempat arisan dulu. Jangan lupa makan kuenya."

"Terima kasih banyak, Bu."

Bu Haja melangkah turun dari teras. Nadra berdiri memandangi punggung wanita itu yang menjauh perlahan. Dalam hatinya, Nadra berkata lirih. "Aku belum besar, tapi aku punya hati yang ingin tumbuh tanpa menyakiti, dan untuk itu, aku harus berdiri, meski kakiku kadang gemetar."

Nadra tersenyum tipis, ia menatap kotak kue di tangannya, lalu menatap punggung Bu Haja yang berjalan anggun. Wanita paruh bayah yang terkenal dengan kecuekannya, cerewetnya. Kini wanita itu sering datang mengunjungi Nadra, seperti seorang saudara yang mengkhawatirkan keponakannya.

Kini langkah Bu Haja berbelok arah, memasuki gang lain. Merasa sudah cukup mengantar Bu Haja dari kejauhan, Nadra pun kini, masuk membawa kotak kue itu, dan berniat untuk menyicipinya, menganggap kue tersebut sebagai awal pagi yang mengantar kebahagiaan.

...Bersambung.......

1
Elisabeth Ratna Susanti
top banget seruuu Thor 👍🥰
Elisabeth Ratna Susanti
maaf flu berat jadi telat mampir
Pengagum Rahasia
/Sob//Sob//Sob/
Pengagum Rahasia
Agra begitu sayang sama adeknya, ya
Syhr Syhr: Sangat sayang. Tapi kadang adeknya nyerandu
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Oh, jadi asisten ingin genit genit biar lirik Agra. Eh, rupanya Agra gak suka.
Syhr Syhr: Iya, mana level Agra sama wanita seperti itu 😁
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Apakah ada skandal?
Syhr Syhr: Tidak
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Agra sedetail itu menyiapkan semua untuk Nadra. /Scream/
Pengagum Rahasia
hahah, karyawannya kepo
Syhr Syhr: Iya, hebring
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kapoklah, Nadra merajok
Syhr Syhr: Ayo, sih Om jadi bingung 😂
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Yakin khawatir, nanti ada hal lain.
Pengagum Rahasia
Ayo, nanti marah Pak dion
Syhr Syhr: Udah kembut Nadra, pusing dia
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Abang sama adek benar benar sudah memiliki perusahaan sendiri.
Pengagum Rahasia
Kalau orang kaya memang gitu Nad, biar harta turun temurun
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
Syhr Syhr: Biar gak miskin kata orang².
total 2 replies
Pengagum Rahasia
Haha, jelas marah. Orang baru jadian di suruh menjauh/Facepalm/
Pengagum Rahasia
Udah Om, pakek Duda lagi/Facepalm/
Syhr Syhr: Paket lengkap
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Kekeh/Curse//Curse//Curse/
Pengagum Rahasia
Mantab, jujur, polos, dan tegas
Syhr Syhr: Terlalu semuanya Nadra
total 1 replies
Pengagum Rahasia
Cepat kali.
Pengagum Rahasia
Agra memang bijak
Pengagum Rahasia
Agra type pria yang peka. Keren
Syhr Syhr: Jarang ada, kan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!