Apa jadinya jika ustadzah cantik nan sholihah sekelas Jasmine Qurattul Ain dijodohkan dengan CEO tampan yang memiliki karakter dingin sedingin kutub Utara? Dialah Keenandra Nareswara Kalandra, pengusaha sukses diusianya yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun.
Apalagi Keduanya memiliki adab dan akhlak yang saling bertolak belakang. Jasmine dengan kelembutan dan ketegasannya. Sedangkan Keenandra dengan sikap arogan dan keangkuhannya yang sangat di luar batas wajar.
"Kamu bukanlah tipe wanita idamanku. Jadi, jangan berharap aku akan menyentuhmu selayaknya pasangan suami-istri! " ~ Keenandra Nareswara Kalandra
"Aku pun tidak sudi disentuh oleh lelaki yang tak beradab dan berakhlak sepertimu! aku bukanlah wanita bodoh dan lemah seperti yang kamu pikirkan!" ~ Jasmine Qurattul Ain
Bagaimana kelanjutan kisah Jasmine dan Keenandra? Akankah pernikahan keduanya bertahan lama saat orang ketiga turut andil mewarnai biduk pernikahan mereka? Yuk, simak ceritanya only di noveltoon. Terimakasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alinatasya21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Sengaja Melukai Perasaan Jasmine
Jasmine histeris saat melihat Keenandra membuka kaos yang dikenakannya sehingga terlihatlah roti sobek menghiasi perut sang suami.
"Aku ingin mandi." Keenandra to the point. Dia memang sengaja ingin menggoda Jasmine. Entah kenapa lambat laut dia gemas sendiri melihat kekolotan Jasmine.
"Aku akan menyiapkan air hangat tapi tutup dulu tubuhmu," pinta Jasmine sembari menutup kedua matanya dengan telapak tangan.
"Memang itu tugasmu sebagai istri. Kau memang harus melayani kebutuhanku. Hanya kebutuhan lahir saja, bukan kebutuhan batin. Jadi, jangan khawatir jika aku bertelanjang dada. Aku tidak mungkin menyentuhmu," sangkal Keenandra.
Pria bewokan itu sengaja ingin menguji sejauh mana ketangguhan sang istri. Tapi, niatnya itu tidak terealisasi dengan baik karena Jasmine sama sekali tidak tergoda.
"Aku akan melaksanakan semuanya. Tapi, tolong jaga adabmu sebagai laki-laki. Jangan mempertontonkan tubuhmu di hadapan wanita yang sama sekali tidak kamu sukai. Meskipun aku adalah istrimu itu hanyalah status. Tak ada ibadah wajib yang hendak dijalani, sebab kau sendiri tak punya keinginan untuk menyentuh wanita," tuding Jasmine dengan perasaan yang tak menentu.
Sebagai wanita dewasa bukan Jasmine tak punya nafsu. Hanya saja, ia tidak ingin tergoda oleh suaminya yang plin-plan dan tak tetap pendirian.
"Bagus! Aku ingin secepatnya, tubuhku sudah gerah. Siapkan juga baju untukku pagi ini kembali ke apartemen. Aku sudah memberitahukan orang tua kita jika akan tinggal mandiri dan tidak seatap dengan mereka," tekan Keenandra.
Pria berwajah dingin itu tidak sabaran ingin menyiksa Jasmine setiap hari dengan caranya. "Lihat saja seberapa sanggup kamu jadi pelayanku!" cecar Keenandra di dalam hati.
Jasmine pun gegas menyiapkan air hangat untuk sang suami. Dia pun telah menyiapkan baju ganti untuk Keenandra. Ia menjalani semua itu dengan keikhlasan, meskipun suaminya sama sekali tak menghargai jerih payahnya.
Bel pintu kamar hotel Keenandra dan Jasmine pun berbunyi. Dia pun gegas menekan tombol pasword agar yang berkepentingan bisa masuk ke dalam.
"Ternyata dia telah menyiapkan semua sarapan pagi untukku. Cukup menarik! Mari kita bermain peran," batin Keenandra dengan seringai liciknya.
"Letakkan semua prasmanannya di meja!" titah Keenandra. Kemudian dia menggerakkan tangan sebagai isyarat agar pramusaji hotel itu segera keluar dari sana.
"Baik, Tuan!"
Setelah sang pramusaji keluar. Keenandra pun mulai merealisasikan akal bulusnya. Dia sudah tidak sabaran ingin menggoda Jasmine.
"Aku suaminya. Terserah padaku ingin berbuat apa. Aku memang sengaja menggodanya. Seteguh apa imannya?" gumam Keenandra yang mulai keluar dari jalur batas perjanjian kontrak pernikahan mereka.
"Airnya sudah, silakan mandi!"
Jasmine keluar dari kamar mandi. Namun betapa terkejutnya sang suami malah bertelanjang dada dengan mengenakan celana pendek di hadapannya.
"Men-menjauhlah!" ucap Jasmine dengan terbata.
"Sabuni tubuhku! Ini kewajibanmu," perintah Keenan sesuka hati. Dia pun bingung sendiri mengapa ucapan tersebut mencelos dari lisannya.
"Ta-tapi, ini tidak ada dalam perjanjian kita!" ujar Jasmine setengah mati menahan degup jantungnya yang berdetak kencang.
Keenandra benar-benar berniat ingin mengerjai Jasmine, membuat gadis cantik itu bingung sendiri.
"Apakah dia berkepribadian ganda?" Jasmine bertanya-tanya dalam hati. Sekuat hati ia berjuang agar tidak tergoda oleh sang suami.
"A-aku tidak bisa melakukan ini!" Jasmine hendak berlari dari hadapan Keenandra. Namun, pria arogan yang sukar ditebak itu malah menarik tubuhnya hingga terjatuh dalam dekapan dada bidang sang suami.
"I-ini, le-lepas."
"Tidak bisa! Kau harus memandikanku dulu, baru aku lepaskan." Keenandra benar-benar lepas kendali sehingga menjilat ludahnya sendiri.
"A-aku tidak mau!" Jasmine menggelengkan kepala. Dia berusaha lepas dari dekapan Keenan. Namun pria itu mendekapnya dengan erat.
Manik mata kedua insan tersebut saling bertemu pandang. Entah angin apa yang merasuki Keenandra tangannya pun terulur mengusap bibir Jasmine yang masih tertutup kain cadar.
Sedikit lagi bibir Keenandra hampir menempel di atas bibir Jasmine yang tertutup cadar. Sejenak wanita cantik itu terlena dengan perlakuan manis sang suami. Dia pun sontak memejamkan mata.
"Ya Allah mungkinkah?" batin Jasmine yang terbuai oleh perlakuan manis Keenandra.
"Jangan bermimpi aku akan menyentuhmu! Jangan bermimpi pula kau bisa menyentuh bagian dari tubuhku. Aku tak sudi dimandikan olehmu," bisik Keenandra dengan mendorong tubuh Jasmine menjauh darinya.
Bagaikan tersusuk sembilu hati Jasmine seakan tercabik oleh perlakuan Keenan yang mempermainkan perasaannya. Hampir saja bulir bening itu terjatuh. Tapi, dia berusaha untuk menahannya.
Hiks ... hiks ... hiks. "Ternyata dia sengaja mempermainkan dan memanfaatkan kelemahanku," gumam Jasmine dengan terisak di balik cadarnya.
Keenandra dengan keangkuhannya tertawa lepas saat berhasil melukai perasaan Jasmine. Namun, tawa itu sirna seketika karena dia pun sebenarnya hampir saja tergoda oleh pesona Jasmine. Hanya saja ia terus menyangkalnya.
Bugh ... bugh ... bugh.
Keenandra meninju tembok kamar mandi. Dia pun merasa kesal sendiri mengapa begitu tega melukai Jasmine. Dua insan itu sama-sama terluka dalam konteks yang berbeda.
"Hampir saja aku terpikat olehnya," teriak Keenan sembari melawan hasr4tnya yang tidak tersalurkan.
"Arghhhh, mengapa aku harus terpikat padanya? Untung aku bisa bermain peran. Kalau tidak, aku bisa malu sendiri karena menjilat ludah ku sendiri." Keenandra tak henti merudung diri sendiri. Dia begitu sangat malu karena hampir saja melakukan hal dibatas wajar.
Tangan Keenandra yâng putih terlihat memerah karena menonjok dinding tembok dengan kekuatan tak terduga. Dia pun sama-sama merasakan sakit seperti Jasmine.
"Kenapa aku harus peduli padanya?'' gumam Keenan yang merasa terluka saat melukai perasaan sang istri.
"Tidak, yang aku butuhkan hanya Celline bukan dirinya," ungkap Keenandra dengan terus menyangkal rasa simpatinya terhadap Jasmine.
Benar saja saat Keenandra sedang mandi ponselnya berdering membuat Jasmine yang sedang menangis sontak meraih benda pipih milik suaminya.
Netra gadis bercadar itu semakin memanas saat melihat nama kekasih suaminya terpampang di sana. "Dia benar-benar tidak menganggap aku ada. Ya Allah kuatkan hati hamba-Mu ini!" batin Jasmine sembari mengangkat telfon dari Celline.
"Sayang, maaf tadi aku sedang sibuk shopping ke mall bersama teman-temanku. Kami pun tadi sempat mengunjungi beberapa tempat wisata. Ini menyenangkan sekali! Terimakasih ya karena kamu selalu memanjakanku," ungkap Celline dengan perasaan bahagia.
Jasmine termangu, hatinya semakin sakit saat mendengar penuturan Celline. Tak dapat dibohongi jika hatinya benar-benar perih saat mendapati sang suami begitu menyanjung wanita yang belum halal untuk ia miliki.
"Sayang, hallo? Kenapa dimatikan?'' omel Celline saat tak ada jawaban apapun dari Keenandra.
"Kau apakan ponselku, hah?" bentak Keenandra saat keluar dari kamar mandi. Dia terkejut melihat perubahan gerakan tubuh Jasmine yang terlihat tak suka terhadap satu hal.
"Aku istri sahmu, tak ada salahnya aku menjauhi suamiku dari wanita yang tak pantas untuk membersamai suamiku," sahut Jasmine penuh penegasan.
"Sayang sekali, aku tidak sudi menjadi suamimu yang seutuhnya. Aku sangat mencintai kekasihku," tekan Keenandra yâng sengaja melukai perasaan Jasmine.
"Baiklah, jika begitu inginmu perjanjian kontrak pernikahan ini kita batalkan!" tantang Jasmine dengan menyobek kertas putih yang telah ditandatangani olehnya dan Keenandra.
"Kau berani-beraninya!"