Mendapati sang kekasih berselingkuh dengan kakaknya sendiri, Seruni patah hati. Pemuda yang telah melamarnya ternyata bukanlah pangeran berkuda putih yang hadir di dalam mimpi.
Kenanga, kakak yang terpaut usia lima tahun darinya ternyata begitu tega. Entah apa yang melatarbelakangi hingga gadis yang biasa disapa Anga itu jadi kehilangan hati nurani.
Seruni kecewa, hatinya patah. Impian yang dirangkainya selama ini hancur tak bersisa. Caraka yang dicinta menghempasnya bak seonggok sampah.
Nestapa itu terasa tak berjeda. Seruni yang putus cinta kembali harus menerima perjodohan yang tadinya ditujukan untuk Kenanga. Pria dewasa dari kota yang konon katanya putra pengusaha semen ternama.
Wisely Erkana Hutomo Putra, nama yang menawan. Rupa pun tergolong tampan. Akan tetapi, apakah duda tanpa anak itu adalah jodoh yang ditakdirkan Tuhan ... untuknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Casanova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berganti rencana
“Na, maaf.” Sandi berdiri di teras rumah, berbincang dengan Kana di telepon.
Perasaannya masih berantakan karena ulah Kenanga. Gadis itu memberinya kejutan dengan hamil tanpa suami. Hati orang tua mana yang bisa menerima kenyataan ini, bahkan Lasmi sampai sekarang masih mengurung diri di dalam kamar. Terus menangis dan meratapi nasib, lemas di atas ranjang membayangkan pernikahan yang terpaksa dibatalkan.
Berulang kali memohon agar semua berjalan seperti rencana semula, tetapi Sandi tak bisa bersikap curang. Benar dan salah itu harus jelas batasannya, tak bisa disamarkan dengan alasan apa pun.
“Ada apa, Kang?” Kana menjawab santai di seberang panggilan. Teman sekampung yang sebentar lagi akan menjadi besan menghubunginya, tentu ada berita yang ingin disampaikan terkait pernikahan putra putri mereka.
Senja itu, udara sejuk menyelimuti kota Bandung. Angin bertiup sepoi-sepoi, membelai wajah keriput dengan garis rahang mengetat. Tak terlihat senyuman, tubuh Sandi menegang sejak pagi.
“Na, maaf.” Mengulang kata yang sama, sulit untuk Sandi memulai pembicaraan. Berita yang ingin disampaikan mungkin saja akan membuat terkejut semua orang.
“Ya, Kang. Ada apa?”
“Na, mungkin perjodohan Kenanga dan Wisely tidak bisa diteruskan.”
Kana terdiam di ujung panggilan. Sesaat, dia mencerna kembali lisan yang baru saja dilontarkan Sandi dengan suara pelan. Jujur, dia khawatir salah menangkap informasi.
“Em, Kenanga ternyata sudah punya kekasih. Dan, aku … memutuskan menikahkannya dengan laki-laki lain.” Sandi mencoba menjelaskan sejujur yang dia bisa. Tak mungkin berterus terang kalau putri sulungnya hamil. Aib ini bukan hanya milik Kenanga, tetapi juga keluarganya.
“Kang, tidak semudah itu. Persiapan sudah mulai berjalan dan tak mungkin dibatalkan begitu saja.”
“Uni.” Sandi menghela napas berat. Dia bahkan belum membahas masalah ini dengan si bungsu. Namun, sebagai ayah, pria tua itu yakin kalau putrinya akan menerima dengan lapang dada.
“Mak … maksudnya … digantikan Seruni?” tebak Kana.
“Ya, Na. Kalau kamu tidak keberatan.” Sandi berkata ragu.
Senyum tersungging di wajah Kana. Tentu dia tak pernah keberatan. Bahkan, wanita paruh baya itu sudah jatuh hati pada Seruni pada pandangan pertama. Sayangnya, dia tak bisa memilih. Semua terjadi karena kesepakatan.
“Uni anak yang baik. Aku yakin, dia tak akan mengecewakanmu. Saat ini dia masih kuliah.”
Kana menyimak dalam diamnya. Apa pun itu, dia yakin salah satu putri Sandi adalah jodoh putranya. Namun, pertukaran ini begitu mendadak, tentu dia harus membenahi perasaannya untuk mulai menerima Seruni. Belum lagi tanggapan sang suami dan Wisely yang tentunya tak bisa diabaikan begitu saja.
“Berikan aku waktu, Kang. Saat ini, aku harus menjelaskan semuanya pada suamiku dan Wisely. Aku pribadi tidak keberatan. Baik Kenanga maupun Seruni, keduanya anak manis. Hanya saja, keputusan ini bukan milikku seorang. Aku harus mengabari keluargaku di sini. Nanti, aku kabari lagi, Kang.”
Sandi mengangguk setuju. Panggilan belum terputus saat terdengar jeritan pilu dari dalam rumah. Pria tua itu terkejut dan berlari masuk untuk memastikan apa yang terjadi.
“Na, sudah dulu, ya. Lasmi memanggilku.” Sandi memutuskan panggilan buru-buru. Menghambur masuk ke dalam kamar, dia tersentak melihat pertunjukkan yang sedang dilakukan istrinya.
“Bu, sudah gila?” tanya pria berusia senja itu terbelalak. Tampak Kenanga duduk di lantai dengan wajah sembab dan putus asa. “Apa yang terjadi, Nga? Jangan katakan kalau ada kejutan baru lagi.”
“Pak, dia … dia hamil dengan ….”
Xixixi nyaman banget ya Ci di si hijau 😁..
Tapi semoga di manapun semoga sukses ya karyanya Ci...