NovelToon NovelToon
Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Pernikahan Kontrak CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Romansa
Popularitas:9.3k
Nilai: 5
Nama Author: lala_syalala

Rania Kirana seorang penjual cilok berprinsip dari kontrakan sederhana, terpaksa menerima tawaran pernikahan kontrak dari Abimana Sanjaya seorang CEO S.T.G. Group yang dingin dan sangat logis.

Syarat Rania hanya satu jaminan perawatan ibunya yang sakit.

Abimana, yang ingin menghindari pernikahan yang diatur keluarganya dan ancaman bisnis, menjadikan Rania 'istri kontrak' dengan batasan ketat, terutama Pasal 7 yaitu tidak ada hubungan fisik atau emosional.

Bagaimana kelanjutannya yukkk Kepoin!!!!

FOLLOW ME :
IG : Lala_Syalala13
FB : Lala Syalala13
FN : Lala_Syalala

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PKCD BAB 18_Selimut Kecil

Setelah menyelesaikan urusan proyek dan pertemuan formal dengan dewan direksi, Abimana memutuskan untuk mengambil satu hari penuh "liburan" sebelum kembali ke Jakarta.

Bukan karena ia ingin bersantai, tetapi karena Rendra telah mengingatkan bahwa honeymoon tanpa foto liburan akan terlihat mencurigakan di mata publik dan media.

"Kita harus memberikan paparazzi apa yang mereka inginkan Rania, sebuah angle yang menunjukkan bahwa CEO S.T.G. Group juga manusia yang jatuh cinta dan bahagia." jelas Abimana saat sarapan.

Rania mengangguk, kali ini tanpa rasa keberatan, ia justru menikmati jeda dari tekanan formalitas.

Mereka menghabiskan pagi itu di pantai pribadi villa, Rania mengenakan topi lebar dan gaun pantai yang nyaman, sementara Abimana hanya mengenakan kaus polo dan celana pendek penampilan paling santai yang pernah dilihat Rania darinya.

Rania berjalan di tepi pantai, merasakan air laut yang hangat menyentuh kakinya dan Abimana mengikutinya dari belakang, tetapi tetap menjaga jarak.

"Kamu harus terlihat lebih mesra Abi, kalau ada yang melihat mereka akan berpikir kita adalah pasangan yang canggung." bisik Rania.

Abimana menghela napas. "Aku tidak tahu bagaimana caranya terlihat mesra Rania karena aku tidak pernah melakukannya." jawab Abimana dengan jujur.

"Mudah, cukup berjalan di sebelah ku dan sesekali tatap aku seolah aku adalah variabel paling menarik di hidup mu," perintah Rania menahan tawa.

Abimana memaksakan diri mendekat, berjalan berdampingan dengan Rania.

Ia menatap Rania bukan dengan cinta, tetapi dengan analisis yang mendalam.

"Bisakah kamu mengajari ki bagaimana cara tersenyum yang tulus Rania? Aku merasa canggung." tanya Abimana sangat serius.

Rania tertawa geli. "Senyum tidak bisa diajarkan Abi karena ia datang dari hati, coba kamu pikirkan sesuatu yang paling membuat mu lega." ucap Rania.

Abimana berpikir sejenak. "Proyek Bali yang berhasil tanpa campur tangan Papa." sahutnya.

"Nah, sekarang tersenyum sambil membayangkan itu," pinta Rania.

Abimana mencoba tersenyum, tetapi hasilnya justru terlihat seperti kerutan dahi yang aneh.

Rania tidak tahan dan ia tertawa terbahak-bahak, tawa Rania yang lepas dan sederhana itu membuat Abimana juga ikut melengkungkan sudut bibirnya sedikit, senyum yang sangat tipis, tetapi nyata.

"Itu senyum terbaik mu Abi, pertahankan." kata Rania melihat senyum Abimana.

Siangnya mereka memutuskan untuk mengunjungi sebuah pasar seni lokal di Ubud, ide dari Rania yang ingin mencari oleh-oleh kecil untuk ibunya.

Di tengah keramaian pasar, Abimana tampak canggung karena ia terbiasa dengan ruang-ruang private yang sepi.

Ia terlihat waspada, tangannya bergerak refleks melindungi dompet dan jam tangannya.

Rania sebaliknya, dia merasa hidup kembali dia bernegosiasi harga dengan pedagang, mencoba makanan kecil di pinggir jalan dan tertawa lepas.

Ia menemukan sebuah selimut tenun sederhana yang sangat indah.

"Berapa harga selimut ini, Pak?" tanya Rania kepada penjual.

Penjual itu melihat Abimana di belakang Rania segera menyebut harga tinggi.

"Tidak pak harganya terlalu mahal, saya tahu harga rata-rata di sini." balas Rania menggunakan keterampilan menawarnya yang ia pelajari dari pasar tradisional.

Setelah negosiasi yang alot, Rania berhasil mendapatkan selimut itu dengan harga yang wajar.

Abimana, yang menyaksikan seluruh proses itu dengan heran mendengus.

"Kenapa Anda buang waktu untuk menawar Rania? Uang segitu tidak berarti bagi kita," tegur Abimana.

"Uang ini mungkin tidak berarti bagi kamu Abi, tapi ini sangat berarti bagi penjual itu, dengan menawar harga yang adil, aku menghargai keringatnya dan aku menghargai uang hasil kerja keras aku dan itu adalah prinsip." jelas Rania memeluk erat selimut tenunnya.

Saat mereka berjalan kembali ke mobil, Abimana tanpa sadar mengulurkan tangannya, membiarkan jemarinya bertemu dengan jemari Rania.

Bukan pegangan mesra, melainkan pegangan protektif untuk memastikan Rania tidak hilang dalam kerumunan.

Tiba-tiba Rania menghentikan langkahnya, matanya terpaku pada seorang anak kecil yang sedang menangis di pinggir jalan, jatuh dari sepeda.

Secara naluriah, Rania melepaskan pegangan Abimana dan berlari ke arah anak itu, berjongkok dan menenangkannya.

Ia memeriksa lutut anak itu, membersihkannya dengan tisu basah dan membujuknya agar berhenti menangis.

Abimana hanya berdiri dan mengamati, dia melihat sentuhan lembut Rania, ketenangan yang ia berikan pada anak itu.

Ia melihat betapa alami kepedulian itu mengalir dari Rania, ia yang selalu menghitung untung rugi tidak akan pernah membuang waktu untuk insiden sekecil itu.

Saat Rania kembali, Abimana segera memberikan air mineral kepadanya.

"Kamu tidak perlu melakukan itu Rania karena itu urusan orang lain." ucap Abimana.

"Mungkin urusan orang lain bagi kamu Abi, tapi bagi ku saat melihat orang kesusahan dan aku bisa membantu itu adalah kewajiban." jawab Rania tanpa sedikit pun keraguan.

Saat mereka berdua berjalan kembali ke mobil dalam jarak yang cukup dekat dengan Rania yang tersenyum lega sambil memegang selimutnya dan Abimana yang menatap Rania dengan ekspresi campuran antara analisis dan rasa kagum yang samar, sebuah kilatan kamera menyambar dari kejauhan.

Seorang paparazzi dari majalah gosip elit, yang ditugaskan untuk mengintai Abimana, berhasil mengabadikan momen tersebut, momen yang terlihat sangat pribadi dan intim.

Abimana tidak menyadari jepretan itu tetapi Rania yang sensitif terhadap lingkungan merasa ada yang mengawasi.

"Abi sepertinya ada yang memotret kita," bisik Rania sedikit panik.

Abimana menoleh ke arah yang ditunjuk Rania, tetapi paparazzoi itu sudah menghilang di kerumunan.

"Biarkan saja itu adalah bagian dari sandiwara, mereka akan mempublikasikannya dan keluarga serta media akan puas, mereka akan berpikir honeymoon kita berjalan lancar." kata Abimana kembali dingin.

Namun Abimana tidak tahu foto yang diambil itu bukanlah foto mesra biasa, melainkan sebuah jepretan yang menangkap kerentanan mereka berdua yang menangkap momen di mana Abimana terlihat melindungi dan Rania terlihat tulus.

Itu adalah jepretan yang akan memberikan ilusi cinta sejati yang sangat kuat.

Di dalam pesawat jet menuju Jakarta Abimana kembali ke mode kerja, dia duduk di mejanya dan membaca laporan baru.

Rania duduk di seberangnya, tetapi kali ini ia tidak membaca buku etiket namun dia menutup mata memeluk selimut tenun yang ia beli.

Ia tahu selimut itu akan menjadi satu-satunya benda yang terasa nyata dari perjalanan palsu mereka.

Ia juga tahu Abimana tidak sepenuhnya dingin, ada celah, ada kemanusiaan dan ada kejujuran yang pria itu hargai.

"Abi," panggil Rania dengan matanya masih tertutup.

"Ya?"

"Terima kasih untuk hari ini, rasanya... seperti liburan." bisik Rania.

Abimana tidak menjawab,dia hanya menatap Rania yang tertidur memeluk erat selimut tenun sederhana itu.

Ia kembali ke laporannya, tetapi matanya terus beralih dari angka-angka kompleks ke wajah tenang Rania.

'Dia terlalu polos untuk dunia ku.' pikir Abimana.

'Dia terlalu tulus untuk sandiwara ini.' pikirnya lagi.

Ia merasakan ada yang salah, perhitungannya mulai meleset karena dia seharusnya merasa lega karena misi berhasil.

Namun yang ia rasakan adalah kecemasan yang aneh, kecemasan bahwa Rania akan mengubahnya lebih dari yang ia izinkan.

Ia menyentuh sudut bibirnya, tempat ia mencoba memaksakan senyum, senyum yang sebenarnya muncul hanya karena tawa lepas Rania.

Sandiwara ini akan semakin sulit.

.

.

Cerita Belum Selesai.....

1
Sweet Girl
Naaaah, bahagia Ndak...???
Sweet Girl
Bukannya di lantai 45 ya...🤔
Sweet Girl
Emang kenapa...???
Sweet Girl
Taktik apa tiktok...
Sweet Girl
Emang njaluk di cabut gigine, Bu Wati ini ya...
Sweet Girl
Bwahahaha sing gak betah itu saat jadi tetangga mu, Bu Wati...
ayak ayak wae...
Sweet Girl
👏👏👏👏👏👏👏
Ariany Sudjana
puji Tuhan, Rania dan Abimana sudah bisa saling menerima, tetap jadi pribadi yang jujur dan berintegritas Rania
Sweet Girl
Meyakinkan dengan pelanggaran Pasal 7.
Sweet Girl
Lho lho lho ... Pelanggan Pasal 7 ini...🤪
Sweet Girl
Formal banget deh...
Lusi Hariyani
nah gitu dong adem...sm2 cinta tp gengsi
Sweet Girl
Good job...
Sweet Girl
Menggigil 🤣
Sweet Girl
Aamiin
Sweet Girl
Good, harus ada perlindungan
Sweet Girl
Demi Ibu, kendurkan sedikit idealisme mu Ran...
Mar lina
akhirnya Abi mencurahkan isi Hatinya ke Rania, cinta Rania tidak bertepuk sebelah tangan... lanjut Thor ceritanya
di tunggu updatenya
Sweet Girl
Otor tau, klo kamu lagi sangat butuh²nya Ran...
Sweet Girl
Ndak usah terkejut Bu Wati... anda memang sesekali mesti di pertegas.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!