Xiao Chen, terlahir tanpa bakat sehingga ia sangat sulit berkembang. Dan pada akhirnya kehilangan ibunya.
Ketika ia sekarat dan akan mati. ia mendapatkan sebuah kristal aneh yang membuat dirinya kembali ke masa lalu untuk menghilangkan semua penyesalan.
Simak kisah perjuangan Xiao Chen dalam menghadapi kekejaman dunia terhadap orang tanpa bakat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Demi sang penyelamat
Setelah Tabib Zhou pergi membawa diagnosis yang menyakitkan, suasana di gubuk terasa berat. Malam harinya, Xiao Chen menyendiri. Ia berkata kepada Jun Fei dan Ye Han untuk memberinya waktu sendirian.
Xiao Chen bangkit dan berjalan menuju danau di dekat rumah. Ia duduk di tepi danau yang gelap, tatapannya terlihat sedih dan kosong.
"Apa aku akan gagal menyelamatkan Ibuku lagi?" Pertanyaan itu terulang, seperti pisau yang melukai inti jiwanya.
Bayangan wajahnya yang terpantul di air danau terlihat letih dan bingung. Ia benar-benar buntu.
"Aku tidak pernah mendengar tentang 'Daun Pelindung Kehidupan' itu, bahkan di puncak kehidupanku di masa lalu. Jadi... bagaimana aku mencarinya? Sialan! Kenapa hal sederhana untuk kesembuhan Ibuku saja sesulit ini!" Xiao Chen mengacak-acak rambutnya frustrasi.
Suasana malam hari yang seharusnya menenangkan, justru membuatnya semakin gelisah. Rasa takut itu kembali menusuk: takut jika ia kembali ke rumah, ibunya sudah tiada, persis seperti masa lalu.
"Jangan terlalu memikirkannya, Xiao Chen!" Ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Sekarang aku harus fokus memperkuat diri dan memperbanyak harta. Dengan dua hal itu, aku pasti akan lebih mudah mendapatkan apa pun!"
Meskipun masih ada rasa sedih yang dalam, ia mulai bangkit.
Xiao Chen mulai berlatih. Ia melatih tubuhnya dengan sangat keras. Ia berlari mengelilingi danau selama dua jam penuh tanpa istirahat, lalu melatih bela diri dan teknik pedangnya hingga kelelahan.
Setelah berlatih fisik dan teknik selama enam jam penuh, ia jatuh terduduk, wajahnya pucat pasi karena kehabisan energi Qi dan stamina.
"Ini belum cukup! Aku... aku harus berlatih lagi!" teriak Xiao Chen, mengepalkan tangan hingga kuku-kuku jarinya memutih.
Amarah karena tidak dapat mewujudkan impian sederhananya—menyelamatkan ibunya—memberinya kekuatan gila. Ia mencoba bangkit kembali.
Ia berdiri untuk ke lima kalinya. Kakinya bergetar tak terkendali, wajahnya semakin pucat. Ia mencoba melangkah, namun tubuhnya ambruk.
Namun, ia tidak jatuh ke tanah. Kali ini, dua pasang tangan kecil yang kuat menahan tubuhnya. Jun Fei dan Ye Han datang.
"Kau tidak sendirian, Kak. Jangan menanggung semua beban ini sendirian." ucap Jun Fei, suaranya dipenuhi ketulusan.
Mereka pun membopong tubuh Xiao Chen bersama-sama menuju rumah. Setelah itu, mereka membaringkan Xiao Chen di kasurnya yang sederhana.
Melihat Kakak mereka kelelahan hingga pingsan, Jun Fei dan Ye Han tidak tidur.
Jun Fei, yang sudah diajarkan dasar kultivasi oleh Xiao Chen, mulai mengajari Ye Han cara menarik Qi dan memusatkannya di dantian.
Mereka berlatih berdua, menggunakan sisa Batu Qi Murni Tingkat Rendah yang tersedia. Jun Fei yang bakatnya adalah menyerap dan memurnikan, dan Ye Han yang bakatnya adalah Qi Yin murni.
Ye Han dengan cepat mengerti. Energi dinginnya langsung beresonansi dengan Batu Qi. Ia berhasil naik ke Tahap Pengerasan Dasar Level 1 dalam waktu yang sangat singkat.
Sementara itu, Jun Fei—yang sudah berlatih semalaman sebelumnya—menggunakan Batu Qi yang tersisa dan melonjak ke Tahap Pengerasan Dasar Level 3 dengan sangat mudah, melampaui Xiao Chen yang baru mencapai Level 2.
Mereka tidak berhenti. Semalaman penuh mereka terus berlatih mati-matian. Dua jenius yang memiliki bakat luar biasa dan kini didorong oleh kerja keras dan motivasi yang sama: ini adalah kombo gila yang siap mengubah dunia.
Pada waktu fajar, mereka akhirnya selesai. Mereka kehabisan Qi, tubuh mereka lelah, tetapi dantian mereka penuh.
"Haah... Lelahnya. Bantu aku bangun, Ye Han." Jun Fei mengulurkan tangannya.
Ye Han, meskipun lelah, wajahnya tetap datar. Ia meraih tangan Jun Fei dan mengangkat tubuh Jun Fei. Mereka berjalan bersama, saling merangkul untuk menopang satu sama lain.
"Jadi begini rasanya jadi Kak Xiao Chen ya? Dia memang orang gila." ucap Ye Han, tanpa ekspresi, tetapi ada nada kagum dalam suaranya. Ia mulai memahami tekad dan penderitaan yang dilalui Kakak mereka.
Jun Fei setuju. "Kau benar. Dia berlatih mati-matian, padahal tahu hasilnya tidak akan memuaskan secepat kita. Aku tidak akan membiarkan orang lain menghina dan merendahkan dia lagi. Kita harus menjadikan dia seorang Raja, lalu Kaisar, Ye Han!"
"Ya," balas Ye Han, matanya yang sedingin es kini memancarkan tekad membara. "Dia pantas untuk memimpin seluruh dunia. Kita akan menyingkirkan semua yang menghalangi jalannya."