HIATUS AWOKAOWKA
"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."
Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.
Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.
Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18: Rasa Penasaran
Xin Li segera berdiri di hadapan pria tua itu, kedua tangannya dibentangkan lebar, tubuhnya menjadi perisai bagi Chen Huang. "Guru, jangan mengganggunya!" serunya, nada suaranya tegas namun penuh kekhawatiran.
Pria tua itu, yang memancarkan aura Dou Qi tak terukur, kembali tertawa. Tawa ringannya terdengar seperti lonceng yang berdentang di udara pegunungan. "Hahaha! Memangnya kalian berdua ini sepasang kekasih? Li'er kau begitu peduli dengannya." Matanya yang bijaksana memancarkan rasa ingin tahu yang jahil.
"Ini tidak ada hubungannya dengan itu!" Xin Li mengembungkan pipinya, sebuah ekspresi kekesalan yang menggemaskan, seperti anak kecil yang rahasianya dibongkar.
Sementara itu, Chen Huang yang sadar bahwa dirinya kini aman dari serangan tiba-tiba, menjadi lebih rileks. Ia mulai mendekat perlahan. "Guru? Xin Li, Pak Tua ini gurumu?" tanyanya pada Xin Li, sedikit terkejut dengan hubungan mereka.
"Benar, dia adalah seorang tetua, yang disebut dengan Tetua Ma." Xin Li berbalik menghadap Chen Huang, mengkonfirmasi identitas pria tua itu.
Pria tua sebelumnya, Tetua Ma, berbicara kembali, nadanya kini beralih menjadi suara pengakuan yang penuh sanjungan. "Hahaha, Bocah. Kau memiliki kemampuan yang bagus, kendali Dou Qi yang begitu hebat. Terlebih lagi sudah menerobos Dou Zhe, walau hanya tahap awal."
Saat Tetua Ma berbicara, Xin Li menoleh, memperhatikan leher Chen Huang dengan saksama. Matanya yang tajam menemukan sesuatu. "Chen Huang... di lehermu, kenapa ada bekas gigitan? Kelihatannya bukan bekas gigitan binatang." Matanya membesar, dipenuhi rasa ingin tahu yang polos dan tulus.
Chen Huang yang sadar akan hal itu, segera menutupi bekas gigitan berwarna merah di lehernya dengan tangan kanannya. Gerakannya refleks, cepat, namun canggung. "Ah... ini, mungkin karena aku terjatuh kemaren, jadi membekas seperti gigitan, ahaha..." Ia tertawa kaku, mencoba menutupi kecerobohannya.
Pikirannya seketika melayang ke kenangan malam itu. Itu adalah bekas gigitan Yun Yuan saat mereka sedang berkultivasi ganda. Karena Chen Huang terlalu bersemangat, Yun Yuan menggigitnya sebagai pelampiasan rasa sakit dan gairah yang berlebihan.
"Sungguh sial," gumamnya, mengingat adegan memalukan itu.
Beberapa saat, Xin Li menatapnya dengan wajah curiga yang menggemaskan, mencari celah kebohongan. Namun, ia kemudian menghembuskan napas, mengalah. "Baiklah-baiklah."
"Dasar anak muda, kalian benar-benar mengabaikanku disini." Tetua Ma menyela dengan nada protes yang dibuat-buat.
Mendengar itu, Chen Huang dan Xin Li langsung menoleh pada Tetua Ma, keduanya menggaruk-garuk kepala mereka yang tidak gatal, menunjukkan rasa malu yang sama karena tertangkap basah.
"Guru, apa anda tidak punya pekerjaan lain selain mengganggu kami disini?" Kata-kata itu, diucapkan oleh Xin Li, menunjukkan kedekatan dan kebebasan mereka.
"Haiyaaaa..." Tetua Ma akhirnya menyerah. Ia menggelengkan kepalanya dengan dramatis, kemudian mengeluarkan pedang terbang miliknya dan meluncur pergi, tawa ringannya masih terdengar di udara.
Chen Huang juga memutuskan untuk kembali. Ia hanya melambai pada Xin Li, senyumnya kini kembali tenang dan percaya diri. Kemudian, ia mengeluarkan pedang terbangnya dari cincin penyimpanan, menaikinya, dan melesat pergi, meninggalkan Xin Li dengan senyum manis di bibirnya dan pikiran yang penuh rasa penasaran.
...---...
Di sisi lain sekte, Yun Yuan melangkah menuju Paviliun Perpustakaan. Gerakannya tenang dan terukur, tidak menunjukkan kegelisahan atau kelelahan dari malam yang telah ia habiskan.
Punggungnya lurus, memancarkan kebanggaan seorang jenius. Ia masuk ke dalam bangunan besar itu, tatapannya menyelidik ke sekeliling, menyerap atmosfer yang didominasi oleh aroma kertas tua dan tinta.
Di lantai bawah, Paviliun Perpustakaan dipenuhi oleh para murid yang tekun, mereka sibuk membaca berbagai buku—entah itu gulungan sejarah kuno, manual teknik bertarung, atau catatan ramuan. Udara dipenuhi bisikan halaman yang dibalik.
Yun Yuan tidak tertarik dengan hiruk pikuk di lantai dasar. Ia melangkah ke lantai atas, tempat buku-buku yang lebih langka dan usang disimpan. Lantai kayu berderit samar di bawah pijakannya.
Ia menyentuh rak buku dengan ringan, jemarinya yang ramping menelusuri tulang punggung buku-buku yang telah lama terlupakan. Ia berjalan santai, tubuhnya yang ramping bergeser lembut di antara lorong-lorong rak, pinggulnya bergoyang sedikit mengikuti langkah kakinya yang terukur.
Kemudian, matanya tertuju pada sebuah buku. Buku itu terlihat biasa saja, sudah usang dan berdebu tebal, seolah sudah bertahun-tahun tidak tersentuh. Namun, ada daya tarik magnetis yang menarik perhatian Yun Yuan. Ia segera mengambil buku itu dari rak.
Perlahan, ia menepuk-nepuk buku itu, menyapu debunya hingga kabut halus terbentuk di udara. Terlihat di atas sampul buku itu tertulis judul, yang menjadi kunci bagi rasa penasarannya, 'Sejarah Keluarga Yun'.
"Aku sudah lama ingin mengetahui ini," ucapnya lembut, suaranya nyaris berbisik, memancarkan rasa penasarannya akan asal-usul. "Kenapa baru menemukannya sekarang." Perlahan ia membuka buku itu, membalik tiap halaman dengan hati-hati dan membacanya dengan teliti.
Keluarga Yun adalah salah satu keluarga bangsawan yang sangat terkenal. Bahkan Sekte Awan Langit juga sangat menghormati Keluarga Yun. Namun, tentang masa lalu keluarga itu, sumber kekuatan mereka yang sebenarnya, bagaimana mereka bisa melahirkan begitu banyak jenius hebat secara konsisten, semuanya tidak diketahui oleh banyak orang.
Bahkan Yun Yuan sekalipun tidak pernah menemukan jawaban yang memuaskan. Setelah membaca keseluruhan buku itu, ia merasa sedikit kecewa. Halaman demi halaman, ia tidak menemukan apapun yang mengungkapkan misteri inti keluarganya.
"Benar-benar disembunyikan dengan baik."
Ia menyadari bahwa beberapa halaman penting di buku itu sobek, dicabut dengan paksa—kemungkinan disengaja untuk melindungi rahasia dari Keluarga Yun. Tapi siapa yang melakukannya, dan mengapa, itu tidak diketahui.
"Sebenarnya kenapa harus begini, bagaimana caranya agar aku bisa mengetahui itu."
Yun Yuan menghela napas panjang, mengeluarkan semua kekecewaan dan frustrasi yang menumpuk di dadanya. Ia kemudian meletakkan buku itu kembali pada tempat asalnya, berbalik, dan hendak kembali ke lantai bawah.
Namun, ketika ia mulai melangkah, rasa sakit yang tajam dan tak terduga tiba-tiba menjalar di area selangkangannya, di bagian tubuh yang paling sensitif. Rasa sakit itu mematikan langkahnya.
"Ahh!"
Yun Yuan tersentak, ia segera berpegangan pada rak buku untuk menopang tubuhnya sesaat, pinggulnya menempel erat pada rak kayu itu. Wajahnya memerah karena rasa sakit yang tajam.
"Sial, ini gara-gara ulah si sialan itu tadi malam. Sakit sekali." Bibirnya bergetar, mengutuk Chen Huang dalam hati.
Ia lanjut berjalan, langkahnya kini melambat dan sedikit pincang, menunggu rasa sakitnya mereda. Meskipun harus menahan rasa sakit, ia tetap bersikap layaknya seorang jenius yang harus berwibawa.