Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 : Kepulangan
"Wanita kurang ajar." Matteo terus mendera tubuh Sonia tanpa ampun.
"Ampun Matteo, ini sakit." Tangis Sonia yang sama sekali tidak dipedulikan oleh Matteo.
Matteo menarik rambut Sonia keluar kamar, para pelayan tidak ingin ikut campur dengan urusan majikan mereka.
Matteo menyeret Sonia menuju ke dalam ruangan penyiksaannya, ruangan itu khusus menyiksa musuh dan orang yang berani membangkang padanya.
Melihat ruangan itu, Sonia jadi teringat dengan ruangan Sean dulu tapi ini lebih parah lagi, banyak alat-alat penyiksaan yang Sonia lihat.
"Apa kau takut?" Sonia menatap Matteo dengan penuh iba.
"Jangan bunuh aku Matteo, aku masih ingin hidup, anak-anakku masih butuh ibunya," pinta Sonia.
"Kalau begitu, lupakan Sean dan jadilah istriku yang baik."
"Aku tidak mau." Sonia menendang pangkal paha Matteo dan menggigit lengan Matteo hingga jambakan di rambut Sonia terlepas dan wanita itu berlari keluar ruangan tersebut, saat di tangga Matteo kembali menjambak rambut panjang Sonia dan mencekiknya.
"Kau memang minta mati ternyata sialan." Melihat Sonia sudah hampir kehilangan nyawa, Matteo melepaskan cekikannya dan membiarkan Sonia jatuh di tangga tersebut.
Tubuh lemah Sonia berguling hingga ke lantai dasar, Sonia sudah kehabisan tenaga, dia tidak memiliki kekuatan untuk bergerak lagi, Matteo dengan santai berjalan mendekati Sonia lalu menendang perut itu dengan kuat hingga muntah darah.
"Saatnya mengakhiri hidupmu Sonia, aku tidak bisa melihatmu menderita terlalu lama," ujar Matteo dengan senyuman jahatnya.
Matteo akan mengayunkan pisau tajam, dengan tenaga yang tersisa Sonia menahan tangan Matteo.
"Jangan bunuh aku Matteo, anak-anakku masih membutuhkan aku, mereka masih membutuhkan asi dariku, aku mohon jangan bunuh aku." Sonia masih memohon belas kasihan dari Matteo agar tak membunuhnya, namun Matteo tidak peduli, Sonia bangkit sebisa mungkin dan tanpa sengaja, pisau itu melukai lengan Matteo, darah dari lengan itu berceceran.
Matteo kembali menampar pipi Sonia dengan kuat dan menjambak rambut Sonia hingga kepala Sonia mendongak ke atas.
"Maafkan aku, aku akan mengobati lukamu, tolong maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menyakiti kamu." Matteo dengan perlahan melepaskan genggamannya di rambut Sonia dan menatap mata indah itu.
"Apa yang kau katakan?"
"Aku tidak sengaja melukai lenganmu, maafkan aku, aku akan mengobatinya, tunggu sebentar." Sonia mencoba bangkit, dia tertatih menuju tempat penyimpanan kotak obat yang ada di rumah itu.
Dia membawa Matteo untuk duduk di atas sofa, pria itu hanya diam membisu melihat Sonia. Dengan perlahan Sonia mengobati luka yang ada di lengan Matteo dan memalut luka itu dengan perban.
"Sudah, lukamu tidak terlalu dalam, maafkan aku, aku tidak sengaja melukaimu." Matteo meraih Sonia dalam pelukannya, memeluk wanita cantik itu dan meneteskan air mata.
"Kenapa kau malah mengobatiku Sonia? Aku bahkan ingin membunuhmu," lirih Matteo.
"Karena kau luka tersebab olehku, sebagai bentuk tanggung jawab, aku mengobatimu." Matteo memejamkan matanya, dia merasa bersalah pada Sonia karena sudah membuat wanita itu babak belur.
"Ayo ke rumah sakit, kau harus diobati, lukamu jauh lebih parah dari lukaku Sonia."
"Kau panggil saja dokter ke sini, aku tidak mau ke rumah sakit." Matteo menuruti kemauan Sonia, dia memanggil dokter pribadi Gina dulu untuk mengobati Sonia.
Setelah diobati, Sonia tertidur, hari ini begitu melelahkan baginya, apalagi dia disiksa habis-habisan oleh Matteo.
Matteo mendekati Sonia, dia mengusap lembut wajah cantik itu dan menciumnya.
"Pantas Sean sangat mencintaimu, kau benar-benar seorang bidadari yang sangat baik hati Sonia. Bahkan Gina tidak akan mungkin sepertimu, wajah kalian memanglah sama, namun sifat dan sikap kalian jelas berbeda." Matteo terus mengusap lembut wajah Sonia, dia mengoleskan salep luka ke wajah itu dan mengecupnya.
"Besok Sean akan datang menjemputmu, maafkan aku, aku sudah memisahkan kamu dan Sean terlalu lama."
Matteo menutup pintu kamar itu, dia kembali ke kamarnya untuk menenangkan pikiran.
Matteo mengambil ponselnya dan menghubungi Sean, panggilan itu diangkat dengan cepat oleh Sean.
"Kau ingin bicara dengan istrimu?" Kalimat itulah yang Matteo ucapkan ketika mendengar suara Sean menjawab panggilannya.
"Di mana istriku bajingan? Aku akan membunuhmu Matteo, kau sudah membuat aku dan istriku menderita."
"Dia aman bersama denganku, kau tidak perlu khawatir." Matteo memutuskan panggilannya, dia meminta Jason untuk mengurus kepergiannya ke Indonesia hari ini, Matteo akan mengantarkan Sonia ke rumah Sean.
Dia membangunkan Sonia dan meminta Sonia bersiap-siap, perempuan itu bangun dengan kondisi begitu lemah, seluruh tubuhnya sangat sakit.
"Ada apa?" tanya Sonia.
"Bersiaplah Sonia, kita akan ke Indonesia, suamimu menunggu kedatanganmu di rumah." Sonia menatap Matteo dengan tatapan tak percaya.
"Maksudmu?"
"Aku akan mengantarkan kamu pulang." Sonia tersenyum.
"Kamu tidak membohongi aku kan."
"Kau bisa membunuhku jika aku berbohong."
...***...
Sean sangat kesal karena penerbangan nya hari ini harus ditunda sampai besok, anak buah Vanno sudah menyelidiki mengenai Matteo tapi mereka belum memberikan kabar apapun pada Vanno karena Matteo sangat sulit untuk diselidiki.
Sekarang sudah menunjukkan pukul 5 sore di Jakarta. Sean merutuki dirinya terus-terusan.
"Sudahlah Sean, kita tunggu saja sampai besok."
"Aku tidak bisa menunggu lagi Ken, istriku dalam bahaya, dia membutuhkan aku."
"Iya aku paham, tapi kau harus tenang dulu."
Sedang dalam suasana menegangkan begitu, Sean mendengar ada mobil yang masuk ke halaman rumahnya. Khadijah memberitahu kalau ada taksi yang masuk.
Sean keluar melihat siapa yang datang, betapa kagetnya dia melihat Sonia turun dari taksi itu. Sean berlari dan langsung memeluk Sonia, mereka sama-sama menangis dalam pelukan masing-masing.
Sean memeluk dan menciumi kepala Sonia dengan air mata haru, dia benar-benar menikmati pelukan dari Sonia yang selama satu bulan ini tidak dia dapatkan.
Istri yang dia anggap sudah meninggal, ternyata masih hidup dan saat ini sedang berada di hadapannya. Di kejauhan, Matteo menatap mereka berdua, dia menghapus air matanya dan pergi dari komplek perumahan Sean.
"Sonia, ini kamu? Ini beneran kamu sayang, aku sangat merindukanmu." Sean mengecup seluruh wajah Sonia.
Nila, Kenzo, Angel, Fian, Laura dan Vanno keluar. Mereka ikut terharu melihat kepulangan Sonia saat ini.
Sean membawa Sonia masuk ke dalam rumah, Sonia tidak membawa apa-apa kecuali dirinya sendiri. Wajah Sonia tampak sedikit lesu dan pucat, walaupun dia menggunakan make up di wajahnya tapi tetap saja terlihat wajahnya tidak bersemangat.
"Ibu." Sonia langsung memeluk Nila, dia kembali menangis dalam pelukan Nila.
"Ibu sangat merindukan kamu sayang, ibu sangat merindukanmu."
"Sonia juga bu."
Sonia lalu memeluk Fian, Angel, dan Laura. Mereka saling melepaskan rindu yang selama sebulan ini terpendam.