"Tolong, lepaskan aku Anthonio. Kau tak seharusnya ada disini." Maria Ozawa
"Tidak, sampai kapanpun aku tak akan melepaskan mu. Aku tak akan membiarkan mu terluka lagi, Maria." Anthonio Vanders
"Apa yang mereka lakukan di dalam sana?" Marimar Ozawa
Tujuh tahun lamanya menikah, namun tak membuat hati Anthonio tergerak sama sekali. Bahkan hanya sekedar membuka hati pun, tak dapat lelaki itu lakukan. Hatinya benar-benar membeku, menciptakan sikap dinginnya yang kian meledak. Sementara Marimar yang sangat mencintai suaminya, Anthonio. Merasa lelah tatkala mendengar sebuah fakta yang begitu menusuk hatinya.
Lantas, fakta seperti apakah yang membuat sikap Marimar berubah tak hangat seperti dulu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius28, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Perayaan 1
Lampu-lampu kristal memantulkan cahaya keemasan di Ballroom milik Marimar dan Anthonio. Tampak Marimar Ozawa, dalam balutan gaun peach rancangan desainer ternama, sebuah lengkungan indah terbit dari bibirnya. Malam ini merupakan malam perayaan hari ulang tahun Anthonio yang ke 28.
Di mata para tamu undangan, Marimar adalah definisi kesempurnaan. Setiap kaum adam pun memuji kecantikan yang dimilikinya itu, namun tidak dengan lelaki yang berstatus sebagai suaminya tak lain adalah Anthonio. Kini, keduanya pun berjalan menuju ke meja yang terdapat sebuah kue tart yang telah Marimar siapkan untuk suaminya.
Sebuah lengkungan indah menghiasi wajah keduanya. Tampak Anthonio mengenakan jas berwarna biru dongker, senada dengan warna kemeja dan juga celana bahan yang membalut tubuh kekarnya. Lelaki itu terlihat begitu tampan juga berkarisma, namun dibalik semua itu tersimpan berbagai pertanyaan yang belum dia pecahkan sampai saat ini.
Waktu itu Anthonio yang berniat untuk menjelaskan fakta sebenarnya, tapi lagi-lagi dia gagal. Tidak ada kesempatan sama sekali untuknya mengatakan hal itu pada Marimar, dimana Marimar yang telah menutup segala akses agar Anthonio tidak dapat bertemu dengannya.
Marimar tahu betul bila sang suami akan bertanya perihal perubahan sikapnya itu, segera mungkin dia mensiasati untuk mengunci rapat kamarnya. Dan dia akan keluar kamar setelah lelaki itu berangkat kerja, begitu seterusnya untuk hari-hari berikutnya. Marimar sengaja mengurung diri di dalam kamar karena tidak ingin bertemu dengan Anthonio yang berujung perdebatan.
Seperti tahun lalu, Marimar sendiri lah yang menyiapkan semuanya. Tentu hal itu tak lepas dari bantuan sang Mommy dan adiknya yang ikut serta menyiapkan segala sesuatunya untuk perayaan ulang tahun Anthonio.
Namun berbeda dengan tahun ini, Marimar sendirilah yang menyiapkan semuanya tanpa meminta bantuan Mommy dan adiknya. Hal itu tentu menarik perhatian Nyonya Ozawa dan Maria, mengingat sebelumnya dia ikut serta untuk membantu Marimar. Akan tetapi, keduanya pun memilih diam tanpa bertanya sedikitpun pada Marimar. Mereka pikir bahwa Marimar bisa menangani semuanya dengan baik.
Berbagai ucapan doa telah diberikan oleh beberapa tamu yang datang untuk Anthonio. Tak lupa juga dengan hadiah yang mereka bawa pun tertata rapi di atas meja yang telah disiapkan. Begitu juga dengan anggota keluarga yang telah mengucapkan selamat dan doa terbaik untuk Anthonio. Kini giliran Marimar lah yang akan memberikan ucapan doa serta hadiah yang telah dia persiapkan jauh hari.
"Happy Birthday, Anthonio. Semoga hal baik selalu mengiringi setiap langkahmu, dan sesuai janjiku tempo lalu ... aku akan memberikan kado spesial untukmu. Tentunya kau pasti menyukainya, aku harap kau bisa berbahagia dengan seseorang yang kau cinta." Akhirnya kalimat itu lolos juga dari bibir ranum Marimar. Wanita cantik itu tersenyum merekah, menatap lekat wajah lelaki yang pernah dicintainya sepenuh hati.
Ditatapnya wajah rupawan itu untuk kesekian kalinya seolah inilah terkahir kalinya dia memandang wajah Anthonio sebagai perpisahan. Setelah ini, dia berjanji tidak akan mengganggu hidup Anthonio lagi atau pun merepotkan lelaki itu.
Semua orang masih menyelami ucapan Marimar tentunya dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan. Sementara Nyonya Ozawa pun juga begitu bingung dengan kalimat yang putrinya lontarkan barusan.
"Anthonio, aku minta maaf. Maaf karena aku terlalu lamban untuk menyadari semua ini, maaf karena butuh waktu tujuh tahun untuk aku menyelami perasaan mu, maaf karena aku begitu bodoh yang tak dapat mengerti bahasa tubuhmu selama ini. Harusnya aku cukup mengerti dengan sikapmu itu, tapi aku yang begitu naif menganggap bahwa kau tak mampu untuk mengatakan perasaan cintamu padaku."
"Dan karena aku juga ... sampai kau harus kehilangan seseorang yang sangat kau cintai. Tapi kau tenang saja, aku akan mengembalikan cintamu yang pernah hilang."
"Marimar! Apa yang kau katakan?" Nyonya Ozawa menatap tajam putri sulungnya seolah menguliti hidup-hidup putih kesayangannya itu.
Sungguh Nyonya Ozawa begitu murka dengan ucapan putrinya barusan. Mengingat di pesta ini banyak tamu undangan penting sekaligus beberapa klien yang menghadiri pesta malam ini. Nyonya Ozawa cukup mengerti dengan apa yang dikatakan Marimar saat ini, meskipun tidak secara langsung tapi wanita paruh baya itu bisa mengartikan setiap kata yang terlontar dari bibir putrinya.
"Tolong Mommy diam sebentar! Ada hal penting yang masih ingin ku katakan pada Anthonio." Marimar menoleh sekilas kemudian kembali menatap wajah Anthonio yang ada di hadapannya.
Marimar segera menjentikkan jarinya ke atas, tiba-tiba datanglah seorang pelayan membawa sebuah kotak berwarna hitam dengan ukuran sedang. Di hiasi sebuah pita berwarna biru yang terletak di atas tutup kotak tersebut.
"Terimalah ini, Anthonio. Aku sudah berjanji bukan kalau aku akan memberikan kado spesial untukmu tepat di hari ulang tahunmu." Marimar menyerahkan kado itu pada Anthonio yang berdiri tepat di hadapannya. Tak hentinya senyuman indah terus menghiasi wajah Marimar.
Sementara Anthonio masih menatap lekat wajah Marimar yang terlihat bahagia, namun tidak dengan dirinya yang diselimuti oleh rasa risau. Mendadak jantungnya berdegup dengan kencang seolah ingin keluar dari sarangnya. Sungguh lelaki itu begitu penasaran dengan kado yang di berikan oleh istrinya itu.
Perlahan sorot matanya menatap pada kado yang kini telah berada di tangan besarnya. Ingin rasanya dia membuka kado tersebut tapi seolah hatinya begitu tidak sanggup dengan apa yang akan dia lihat nanti.
Rasa takut pun mulai menyeruak ke dalam hati Anthonio, baru pertama kali ini dia begitu ragu untuk membuka isi dari kado pemberian Marimar untuknya. Pasalnya saat ini, hubungan mereka tengah tidak baik-baik. Dimulai dari sikap Marimar yang begitu berubah drastis, juga wanita cantik itu yang tiba-tiba memilih untuk pindah kamar. Dan satu lagi yang membuat Anthonio penasaran, akhir-akhir ini Marimar terlihat menghindar darinya.
"Jangan dilihat saja. Bukalah, dan lihat isinya." Masih dengan senyum manisnya, Marimar pun menyuruh Anthonio untuk membuka kado pemberian darinya.
Untuk kesekian kalinya Anthonio pun menatap kembali wajah cantik istrinya itu. Terlihat begitu menawan di matanya, entah kenapa Anthonio begitu terkesima dengan kecantikan yang dimiliki oleh Marimar. Sekian lama dia tidak menyadari dan baru kali ini dia bisa melihat dengan jelas kesempurnaan yang ada pada diri Marimar
Tanpa menunggu lama Anthonio pun membuka kado itu, dan seketika bola matanya pun membeliak melihat isi dari kado tersebut.
Anthonio menggelengkan kepalanya kemudian mendongakkan wajahnya menatap Marimar. Terlihat jelas sorot matanya yang begitu sendu dengan buliran bening yang menggenang di dalamnya.
"Anthonio, sekarang kau sudah bebas dari pernikahan yang telah menjeratmu selama ini. Kau jangan takut, hal ini tidak akan berpengaruh pada bisnis yang kau geluti saat ini. Untuk Mommy, aku akan menjelaskan semuanya dan ku pastikan Mommy akan menerimamu sebagai suami dari Maria."
"Berbahagialah Mario dengan cintamu yang sempat hilang. Sambut lah wanita yang selama ini kau cintai. Tolong jangan sia-siakan kado yang ku berikan ini untukmu."
.
.
.
🥕Bersambung🥕
kenapa dengan Antonio bukanya kemarin mau mengatakan semua rasa di hati ko jadi belok