Jati memutuskan berhenti bekerja sebagai Mafia misterius bernama Blood Moon. Organisasi bayangan dan terkenal kejahatannya dalam hal hal kekayaan di kota A.
Namun Jati justru dikejar dan dianggap pengkhianat Blood Moon. Meski Jati hanya menginginkan hidup lebih tenang tanpa bekerja dengan kelompok itu lagi justru menjadikannya sebagai buronan Blood Moon didunia bawah tanah.
Sekarang Jati menjalani hidup seperti orang normal seperti pada umumnya agar tidak berada dibayang bayang kelompok tempatnya mengabdi dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Apin Zen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aliansi 3 Keluarga Flower
Singkat cerita Jati menumbangkan orang orang itu hingga terkapar tidak berdaya. Jaylon terbaring dengan wajah babak belur ditendang Jati seperti bola saja.
Giginya bergemeretak kesal, dia tidak terima namun karena tubuhnya serasa mau patah mau tidak mau Jaylon hanya mengumpat saja.
"BANG"
Jati menendang Jaylon sekuat tenaganya hingga terlempar jauh, lalu tidak lama pingsan.
Jaylon bersama anak buahnya terkapar dimana mana. Kecuali Ki Brewok, tua bangka itu masih bisa bertahan menggunakan Ajian kekebalan tubuh miliknya.
"BUAHAHA, percuma saja anak muda... kau tidak akan bisa membunuhku"
Ki Brewok berkata penuh percaya diri meski dia beberapa kali hampir mati dihajar.
Bahkan semua pasukan makhlus halusnya mendadak kabur saat tuan mereka dihajar habis habisan. Mereka semua takut berurusan dengan orang mengerikan itu.
Dan tuan mereka itu sangatlah bodoh, benar benar bodoh. Sudah tahu orang itu mengerikan masih saja memprovokasinya.
"Dasar tua bangka, orang itu sangat kuat malah diprovokasi"
Seorang kuntilanak merah dengan pakaian serba putih, tak lupa wajahnya yang hancur mengumpati orang tua itu.
Buto ijo disampingnya mengangguk.
"Benar, orang tua itu sepertinya mau mati lebih cepat"
Pocong berkain hitam disampingnya lagi ikut mengangguk.
"Tapi jika tua bangka itu mati maka kita bisa bebas dari segel yang mengurung kita"
Sebagai pocong berkain hitam, pocong yang memiliki rupa paling mengerikan dan kutukan sangat jahat. Pocong hitam itu bisa lega jika mereka bebas dari tuan mereka yang memanfaatkan mereka sebagai khodamnya.
Jati menaikkan satu alisnya keatas.
"Ah ya aku lupa untuk memberi makan Ajian Binorowaro?"
Jati menepuk jidatnya, lalu Jati merapalkan mantra kuno.
Tidak lama kemudian!
"Whussh!
Muncul ribuan pasang mata merah dimana mana, Ajian Binorowaro mengamati dukun itu yang tergelak tidak berdaya.
Sontak Ki Brewok ambruk begitu saja ketanah.
"Ti- tidak mungkin?"
Ki Brewok terbelalak melihat Ajian setinggi dan semengerikan itu dimiliki anak muda itu. Bahkan untuk bayaran atau tumbal memanggil Ajian itu sangatlah tidak mudah.
Terdengar jeritan mengerikan dihutan itu. Ki Brewok, dan semua anak buah Jaylon habis dimakan roh mereka oleh Binorowaro.
Tersisa Jaylon yang masih terkapar, dan semua makhlus halus Ki Brewok yang lari tunggang langgang melihat pemandangan mengerikan itu.
Jati berdiri ditumpukan mayat berserakan.
"Aku lupa menanyakan alamat Mansion David"
Jati mengusap wajahnya dengan pusing.
Karena tidak mau berlama lama ditempat ini, Jati bergegas pergi dari hutan ini. Dia harus menanyakan dimana Mansion David, karena sepertinya dia baru saja mendapatkan pekerjaan tambahan.
Lumayanlah membabat musuh jika memiliki jaringan yang luas.
--
Sekitar satu jam lamanya, tibalah Norman bersama Friska dan anak buah Norman ditempat yang sepertu bekas pertempuran hebat.
"Kita terlambat-- tuan Jati pasti berhasil kabur setelah mengalahkan banyak orang dari dunia bawah?"
Friska mengamati bekas sisa pertempuran itu dan hanya menyisakan mayat mayat saja.
Norman memandang seorang pemuda yang tergeletak pingsan disana.
"Bukankah dia pelayan Jaylon, tangan kanan nona muda Liora?"
Baik Friska dan semua anak buah Norman bergegas mengerumuni pria itu.
"Tidak salah lagi, nona muda Liora mengutusnya bertarung menghadapi tuan Jati tetapi berakhir gagal?"
Friska mengangguk, dia mengenali lambang daun Semanggi yang dikenakan didada pria itu.
"Dia beruntung tidak mati karena hanya pingsan saja"
Norman menendang kepala Jaylon hingga tergeser menjauh.
Perlahan lahan Jaylon menggeliat, lalu membuka kedua kelopak matanya yang lelah. Lelah dihajar dan babak belur apalagi tidak bisa berkutik sama sekali menghadapi Jati.
Jaylon mengamati dua muda dan mudi itu dengan seksama.
"Hormat saya Jaylon, tuan muda Norman dari keluarga Black Rose dan nona muda Friska dari keluarga Eucalyptus."
Jaylon bergegas menunduk hormat kepada sekutu keluarga 9 Flower itu.
"Bangunlah, saya penasaran mengapa anda bisa masih bisa selamat dari tuan Jati?"
Friska mengangguk singkat, namun dia sangat penasaran apakah Jati kembali kabur menggunakan cara liciknya kembali.
Norman menepuk dadanya dengan bangga.
"Beritahu nona mudamu jika tuan muda Norman siap bekerja sama demi memburu Mafia sialan itu"
Jaylon menggangguk mengerti, lalu mengirimkan pesan kepada nona muda Liora.
"Ting!
Tidak perlu waktu lama Liora setuju lewat balasan pesannya.
"Nona muda Liora setuju, dan saat ini saya bisa menjadi anak buah kalian karena anak buah saya telah banyak yang gugur."
Jaylon memandangi semua anak buahnya yang kini tergeletak tak bernyawa.
Friska setuju, dia dengan senang hati menerima jika Jaylon menjadi bagian dari mereka selama misi mereka tetap berjalan.
"Baik, terima kasih atas kerja samanya dan dengan begini tiga keluarga dari 9 keluarga Flower telah beraliansi."
Semua anak buah Norman berteriak dengan antusias. Dengan kekuatan seperti ini maka mereka cukup mengeroyok Jati.
Lali Jaylon mengamati keduanya yang bisa bersama padahal tak biasanya dari calon pewaris takhta kebetulan bersama.
"Apa kalian mempunyai hubungan, saya lihat anda bisa bersama secara kebetulan atau cuma dugaan saya saja?."
Tanyanya memandang mereka berdua dengan penasaran dan bingung.
Norman dan Friska saling melirik satu sama lain, lalu segera mengalihkan pandangan.
"Dih, mana sudi saya punya lelaki gila wanita seperti dia itu?"
Friska mengusap tangannya berulang kali agar tidak tertular penyakit playboy tuan muda dari keluarga Black Rose itu.
"Siapa juga mau sama kamu, wanita jual mahal sepertimu."
Norman meludah kesamping, seolah dia juga tidak suka.
Namun didalam hatinya berkata lain, Norman merasa dia perlu latihan ekstra untuk melumpuhkan hati wanita itu.
Kalau perlu dia mengikuti latihan hidup dan mati dengan tes kata kata mematikan yang mampu mengguncang wanita manapun jika ada yang mendengarnya.