NovelToon NovelToon
Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Lelaki Yang Kutemui Di Koridor Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Bad Boy / Dijodohkan Orang Tua / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Wanita Karir / Keluarga / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:314
Nilai: 5
Nama Author: chayra

zaira Kalya , gadis bercadar yang bernasib malang, seolah cobaan terus mendatanginya. Setelah Tantenya-tika Sofia-meninggal, ia terpaksa menerima perjodohan dengan albian Kalvin Rahardian-badboy kampus-yang begitu membencinya.

Kedua orang tua ziara telah meninggal dunia saat ia masih duduk dibangku sekolah menengah pertama, hingga ia pun harus hidup bersama tika selama ini. Tapi, tika, satu-satunya keluarga yang dimilikinya juga pergi meninggalkannya. tika tertabrak oleh salah satu motor yang tengah kebut-kebutan di jalan raya, dan yang menjadi terduga tersangkanya adalah albian.

Sebelum tika meninggal, ia sempat menitipkan ziara pada keluarga albian sehingga mereka berdua pun terpaksa dinikahkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 18

Pemuda itu duduk ke sofa dengan santai sambil mengedarkan pandangan mencari-cari sesuatu. Siapa lagi kalau bukan vino?

"Tunggu sebentar ya, Neng. Biar Bibi panggilin Non Dira dulu. Sekalian Bibi buatin jus yang mantap buat Neng zia sama Abang gantengnya," ucap Bi Ijah sebelum berlalu pergi dari sana.

Setelah Bi Ijah pergi, ziara ikut duduk di sofa yang agak jauh dari tempat duduk albian. Mendadak mata suaminya itu mendelik melihatnya. Padahal sofa yang ada di sampingnya masih cukup luas untuk ziara tempati.

"Tuh kan mulai keliatan aslinya," ucap albian tiba-tiba kesal. "Ngapain lo duduk di sana? Di sebelah gue masih luas banget, zia. Buat selonjoran aja bisa. Takut ya kalo pacar lo dateng terus ngeliat?" sambungnya sinis.

"Astaghfirullah, bian. Kamu masih aja nuduh aku sama vino ada hubungan? Aku kira kamu udah percaya tadi." Lantas ziara bangkit berdiri dari tempat duduknya. "Kalo cuma karena tempat duduk yang kamu jadikan masalah, aku bisa kok pindah duduk di sebelah kamu."

Begitu ziara akan pindah duduk di samping albian, dari arah pintu vino masuk dengan senyuman cerah ke arah gadis bercadar itu.

"Zia... Kamu udah da-tang?" tanya vino. Melihat ada albian di sana, senyumannya seketika luntur. Matanya menyorot tajam albian yang duduk dengan santai.

"Ngapain lo datang ke sini?" tanya vino pada albian. "Gue lagi males ribut sama lo," sambungnya sambil berjalan mendekat.

Albian terkekeh pelan. Menatap tajam Davino dari tempat duduknya sambil menepuk sofa yang ada di sampingnya. "Duduk, zia!" titahnya pada ziara.

"Iya, bian," balas zia patuh. Gadis bercadar itu pun duduk di samping albian hanya dengan jarak beberapa senti saja.

"Santai aja, vin. Lo gak usah sensi begitu ngeliat gue dateng ke rumah lo. Lagian kedatangan gue ke sini bukan untuk nyariin lo, tapi karena gue lagi nganterin ziara," ucap albian sambil memperhatikan vino yang sejak tadi tak hentinya menatap istrinya. "Btw, mata lo bisa gak sih ngeliatnya ke arah lain? Risih gue ngeliatnya."

"Mata juga mata gue, terserah gue lah mau ngeliat apa. Kok lo ngatur banget sih? Lo lupa lagi di mana sekarang? Jadi, seharusnya sebagai tamu, lo ikuti aturan yang ada di sini. Bukan malah sok ngatur," sungut vino tak mau kalah. "Lagian lo ngapain sih pake nganterin ziara segala? Lo bukannya gak suka ya sama ziara? Kenapa sekarang sok peduli banget?"

Albian bangkit berdiri dari tempat duduknya sambil mengepalkan kedua tangannya kuat. "Mau gue benci atau enggak sama dia, itu bukan urusan lo! Gue cuma gak sengaja aja tadi ketemu dia di jalan lagi jalan kaki mau ke sini. Makanya gue tebengin aja. Gini-gini vue kan masih punya hati nurani."

Ziara yang awalnya menunduk seketika menoleh cepat ke arah albian. Dahinya mengerut mendengar kebohongan yang albian ucapkan barusan. Ia kira albian akan mengakuinya sebagai istri di hadapan vino melihat bagaimana kesalnya suaminya itu saat ziara dekat dengan vino. Ternyata tebakannya salah besar. Ziara tetap dianggap orang lain oleh suaminya.

Senyuman tipis mengembang di wajah vino. Saking tipisnya sampai nyaris tak terlihat. "Ohh... Jadi gitu. Lo tadi nebengin ziara ke sini rupanya," ucap vino sambil menganggukan-anggukan kepala. "Gue berterima kasih sama lo karena udah nganterin ziara sampe sini. Terus, lo masih ngapain di sini kalo gitu? Bukannya tugas lo cuma untuk nganterin ziara aja? Kenapa gak pergi sekarang?"

"Sial!" umpat albian pelan. Ia menoleh ke arah ziara tapi buru-buru gadis itu mengalihkan pandangannya.

Vino berjalan makin mendekat sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Tunggu apa lagi? Kenapa masih belum pergi? Ziara bentar lagi harus ngajarin adek gue. Sedangkan gue juga masih harus ngerjain tugas di kamar. Lo gak mungkin kan mau di sini terus?" usir vino tanpa basa basi.

"Gu-e bukannya gak mau pergi. Tapi, kalo gue pulang duluan, terus ziara pulangnya gimana? Gue mendingan tungguin dia aja lah sampe beres ngajarin adik lo. Lagian gue gak ada kerjaan di rumah," balas albian yang masih enggan pergi dari sana. Membayangkan vino ngobrol berduaan dengan ziara saja sudah membuatnya kesal.

"Lo gak perlu kuatir. Ada gue siap nganterin zia pulang ke rumahnya. Gue bahkan gak pernah keberatan kalo zia minta gue nganter jemput dia tiap mau ke sini. Jadi, mendingan lo buruan cabut karena gak ada alasan lagi buat lo tetap di sini."

Albian kembali menoleh ke arah ziarq. "Lo mau gue pulang duluan, zia?" tanyanya. Berharap ziara akan menahan kepergiannya agar ia mendapat alasan kuat untuk tetap berada di sana.

"Kamu pulang aja, biann. Makasih karena udah nganterin aku sampe sini tadi. Aku pulangnya bisa naik angkot nanti." Jawaban ziara ternyata diluar ekspektasi. Sehingga albian pun terpaksa bangkit berdiri.

Albian menghela napas kasar karena harus meninggalkan ziara di sana bersama vino. Kakinya terasa berat untuk melangkah pergi menuju pintu keluar. Tapi, tak ada alasan yang membuatnya untuk tetap tinggal.

Albian terpaksa berjalan keluar dengan langkah perlahan. Tiba-tiba ziara memanggilnya dan buru-buru ia berbalik badan dengan senyuman yang tertahan. Rasa percaya dirinya seketika dibuat terbang tinggi ke udara sebab ia yakin ziara berniat menghalanginya pulang.

Senyuman angkuh albian lemparkan ke arah vino yang berdiri tak jauh darinya. Kali ini albian yakin tak akan kalah lagi dari vino.

Ziara membungkuk, mengambil kotak rokok yang terjatuh di lantai. Lalu ia berjalan menuju albian yang tengah sabar menunggunya.

“Rokok kamu jatuh,” ucap ziara sambil mengulurkan kotak rokok berwarna hitam itu ke arah albian.

Mata albian membulat melihat rokoknya. “Jadi lo manggil gue Cuma buat ngasih rokok doang? Bukannya mau minta gue tetap di sini?” tanya albian.

Ziara mengangguk cepat. “Iya. Aku Cuma mau kasih rokok ini aja sebelum kamu pulang,” jawabnya tanpa ada keraguan.

Bahu albian merosot sambil menatap rokoknya yang ada di tangan ziarq. Ia jadi kehilangan selera untuk merokok lagi rasanya.

“Lo kasih aja sama vino. Gue bisa beli lagi ntar,” balas albian menunjuk vino dengan dagunya.

“Gue gak ngerokok,” sahut vino cepat. “Lo bawa aja tuh rokok. Paling ntar akhirnya dibuang kalo tetap di sini.”

Albian berbalik menatap Davino heran.

“Sejak kapan lo gak ngerokok? Bukannya lo perokok handal ya?” tanyanya tak percaya.

Vino tersenyum simpul. Pandangannya tertuju pada ziara, bukan pada albian yang tengah memberinya pertanyaan.

“Udah lama gue berhenti merokok. Sejak gue denger obrolan ziara sama Dara, adik gue. Ziara bilang kalo dia gak pernah benci sama seorang perokok karena setiap orang punya pilihan. Gapapa kalo emang ada temen atau saudaranya yang merokok, asal bukan suaminya,” jawab vino yang masih setia menatap ziara.

Dada albian naik turun mendengarnya. Kedua tangannya meremas kotak rokok yang baru saja diambilnya hingga batang rokok di dalamnya ikutan hancur. Dari ucapan vino barusan, sudah bisa dipastikan kalau rivalnya itu tengah mengincar gadis yang sudah menjadi istrinya dan albian membenci orang yang coba-coba mengambil kepunyaannya.

“Jadi maksud lo, lo berhenti merokok biar lo jadi suaminya ziara, gitu?” tanya albian dengan amarah yang tertahan.

Bian... Kamu kok ngomong gitu sih? Gak mungkin vino-"

"Asal lo tau aja ya, vin. Lo gak akan pernah bisa jadi suaminya ziara sampe kapan pun. Karena ziara... Udah jadi istrinya orang sekarang," lanjut albian yang sudah dikuasai amarah.

"Maksud lo apa? Ziara udah nikah?" tanya vino dengan mata terbelalak.

"Iya. Dia udah nikah. Jadi, mending lo kubur dalam-dalam cita-cita lo itu," jawab albian tegas.

Vino terkekeh pelan. "Gue gak percaya! Lo pasti boong kan? Kalo emang ziara udah nikah, siapa suaminya?"

"Gue tau siapa suaminya," kata albian tanpa keraguan.

1
shora_ryuuka shoyo
Wow, luar biasa!
Raquel Leal Sánchez
Membuat saya terharu
y0urdr3amb0y
Ayo thor, jangan bikin pembaca kecewa, update sekarang!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!