Alseana, penulis muda berbakat yang masih duduk di bangku SMA, tak pernah menyangka kehidupannya akan berubah hanya karena sebuah novel yang ia tulis. Cerita yang awalnya hanya fiksi tentang antagonis penuh obsesi, tiba-tiba menjelma nyata ketika Alseana terjebak ke dalam dunia ciptaannya dan menjadi salah satu tokoh yang berhubungan dengan tokoh antagonis. Saat Alseana masuk kedalam dunia ciptaannya sendiri dia menjadi Auryn Athaya Queensha. Lebih mengejutkan lagi, salah satu tokoh antagonis yang ia tulis menyadari rahasia besar: bahwa dirinya hanyalah karakter fiksi dengan akhir tragis. Demi melawan takdir kematian yang sudah ditentukan, tokoh itu mulai mengejar Alseana, bukan hanya sebagai karakter, tapi sebagai penulis yang mampu mengubah nasibnya. Kini, cinta, kebencian, dan obsesi bercampur menjadi satu, membuat Alseana tak tahu apakah ia sedang menulis cerita atau justru sedang hidup di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
merubah atau mati!
"Terima kasih telah ikut serta merayakan ulang tahun anak semata wayang saya, nikmatilah acara ini dan tidak ada pesta alkohol." Ucap tuan Marava dengan dingin.
Setelah memberikan sambutan singkat itu, pria yang menjadi papa Auryn tersebut turun dari panggung dan kembali berada di dekat anak dan istrinya yang berada di depan kue besar tersebut.
Setelah sambutan tersebut, musik happy birthday mulai berbunyi. Semua orang ikut bernyanyi lagu ucapan selamat ulang tahun itu pada Auryn.
Auryn yang mendengarkannya sedikit malu, karena sudah umur segini ulang tahunnya seperti anak kecil namun dikemas secara dewasa saja sehingga acara terlihat bagus.
Apalagi saat Auryn melirik papanya, ia terlihat ikut menyanyikan lagu tersebut dengan wajah datarnya. Jika ini bukan di depan semua orang, ia pasti akan tertawa karena sangat lucu. Tapi ia bahagia melihat itu karena disini ia merasakan kedua orang tuanya sangat menyayanginya.
Acara dilanjutkan dengan tiup lilin, Auryn tersenyum manis saat mc menyuruhnya mulai meniup lilin.
hati. Ia menutup matanya sejenak dan berdoa dalam
"Tuhan, berikan aku petunjuk untuk bisa kembali ke duniaku, atau jika tidak bisa kembali maka berikan aku petunjuk apa yang harus aku lakukan."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut di dalam hati, Auryn meniupkan lilin ulang tahunnya yang bertuliskan tujuh belas tahun tersebut.
Semua orang bertepuk tangan dengan sangat meriah.
Hingga acara dilanjutkan dengan dansa dengan pasangan pilihan mereka, semua bebas disini kecuali alkohol sesuai ucapan dari tuan Marava.
Hingga Gisella sudah bersiap akan diajak oleh salah satu anggota geng Stofor tersebut.
Erzabell pun sama, ia segera mendekati Haizar.
Dengan senyum manis di bibirnya ia langsung menggandeng tangan pria itu seakan menunjukkan pada dunia jika Haizar adalah miliknya dan jangan berharap untuk dansa dengannya.
"Sayang, kamu pasti maukan berdansa denganku?" Ucap Erzabell dengan lembut.
Haizar menatap tajam Erzabell yang berani menyentuhnya dan mengucapkan kalimat tersebut.
Dengan kasar ia menghempaskan tangan Erzabell dari tangannya.
Haizar malah mendekati Gisella.
"Dansa denganku." Ucapnya dengan singkat.
Gisella yang diajak oleh Haizar terkejut dan langsung melihat Erzabell yang sedang mengepalkan tangannya dengan kuat dan wajahnya memerah menahan amarah.
"T-tapi Erzabell? Bukankah dia calon tunanganmu?" Tanya Gisella hingga semua orang juga mendengarkan pertanyaan dari Gisella tersebut.
Mereka terkejut mendengar hal tersebut, karena baru sekarang mereka mendengar kabar jika Haizar adalah calon tunangan Erzabell.
"Dia hanya memiliki ikatan denganku tapi bukan hatiku."
Pernyataan dari Haizar membuat semua orang kembali terkejut, mereka sedikit prihatin dengan kisah percintaan Erzabell yang memang sudah banyak diketahui semua murid QIHS jika Erzabell selalu mengejar pujaan hatinya walaupun ia banyak di dekati oleh pria lain, namun ia selalu mengabaikan semua pria dan tetap memilih Haizar.
Auryn yang mendengar semua itu juga hanya bisa meringis di dalam hatinya, ia merasakan apa yang Erzabell rasakan. ia ingin sekali membuat pria itu menyesal nantinya.
Dia harus mencari semua petunjuk dengan segera, agar dia bisa membuat hidup Erzabell yang selama ini baik padanya bisa bahagia dan ia juga bisa mencari jalan lain untuk bisa kembali ke dunianya lagi jika bisa namun jika tidak bisa maka dia akan menjalani hidup sebaik mungkin yang ia bisa.
Erzabell yang merasa dipermalukan tersebut langsung meninggalkan tempat itu dan menyingkir namun Zamora yang berada di sebelahnya langsung menahannya.
"Jangan membuat mereka senang dengan kekalahan lo." Ucap Zamora dengan dingin.
Dia tak ingin sahabatnya semakin di permalukan.
Auryn yang melihat itu tersenyum pada Zamora, setidaknya gadis itu melakukan hal yang benar.
Auryn yang masih berada di panggung perlahan turun ke bawah, ia mendekati Haizar, Gisella dan Erzabell yang sedikit jauh dari mereka.
"Jika lo memang tak memiliki perasaan tapi kalian terikat kenapa tidak melepaskan ikatannya?"
"Apa karena lo tak cukup mampu melawan titah bokap lo? atau lo masih merasa membutuhkan Erzabell sebagai tameng untuk menghadapi bokap lo sendiri?" Ucap Auryn dengan nada menohok yang membuat Haizar mengeraskan rahangnya.
Auryn sebenarnya takut dengan tokoh Haizar ini, namun pria itu tak akan mungkin melakukan sesuatu padanya karena baru ia ketahui akhir-akhir ini jika papanya mengirimkan pengawal bayangan untuknya sehingga pria itu tak akan berani melakukan sesuatu hal yang lebih terhadapnya.
"See? lo gak bisa jawab, jadi jangan merendahkan sahabat gue jika lo masih butuh kehadirannya." Ucap Auryn dengan menatap tajam.
Haizar mengepalkan tangannya dengan kuat, bahkan tangannya sudah siap ingin menampar Auryn sekarang namun tangannya ditahan kuat oleh seseorang.
"Jika lo sentuh dia, lo berurusan dengan gue."
Haizar terkejut dengan itu, bagaimana tidak jika yang menahannya adalah Naren.
Auryn juga terkejut melihat itu, ia tak pernah berinteraksi dengan cowo itu sama sekali jadi kenapa dia membelanya?
Haizar yang merasa sudah malu langsung keluar dari sana, ia juga tak mungkin melawan ketuanya hanya untuk seorang wanita.
Auryn yang melihat itu tersenyum lega, setidaknya bukan Erzabell yang malu disini namun Haizar.
Saat ia ingin menghampiri kedua sahabatnya tiba-tiba sebuah tangan menghadangnya.
"Mau bersama denganku?" Tanya Naren dengan halus.
Auryn menaikkan alisnya, dari kapan mereka dekat hingga Naren berkata aku kamu saat mereka berbicara.
"Maaf, tapi gue gak pintar berdansa." Ucap Auryn dengan cuek dan akan pergi, namun sekali lagi Naren menghadangnya.
"Aku bisa mengajarimu. Jadi, ayo berdansa denganku my lady" Ucap Naren dengan nada halus seakan memperlakukan Auryn sebagai putri malam ini.
Auryn melihat sekeliling, sekarang mereka menjadi pusat perhatian semua orang.
"Keberanian apa kau ingin mengajak dansa anakku? dia akan berdansa denganku!" Tiba-tiba suara dingin dari tuan Marava membuat Naren langsung menurunkan tangannya dan Auryn merasa lega akan kehadiran papanya tersebut setidaknya ia tak perlu mengeluarkan tenaga lebih.
"Jangan dekati anakku jika kau masih bocah ingusan yang hanya mengandalkan uang orang tua, anakku lebih berharga untuk di dapatkan bocah ingusan sepertimu!" Ucap tuan Marava dengan sarkas lalu menarik tangan putrinya menjauh dari sana.
Naren yang melihat itu hanya diam saja, namun rahangnya mengeras.
Orang yang melihat dari sudut ruangan sejak tadi hanya terkekeh, hiburannya sangat menarik malam ini membuatnya sedikit terhibur.
"Ternyata dia juga tertarik, heh?"
Dia pun pergi dari sana, masih ada sesuatu yang harus ia urus sekarang.
......................
Acara semakin malam semakin meriah, pesta dansa tetap berjalan sesuai dengan rencana dengan Auryn yang tidak ikut berpartisipasi karena ayahnya yang posesif.
Ia hanya duduk di kursi yang memang khusus untuknya dengan memakan hidangan yang memang sudah disediakan dengan bosan.
Namun tiba-tiba ada seorang gadis yang terlihat culun dan sederhana dimatanya menghampiri dirinya.
"K-kak Auryn, ada surat untukmu." Ucap gadis itu seakan takut padanya.
"Dari siapa?" Tanyanya.
"T-tidak tahu, jika sudah aku pergi dulu kak." Ucap gadis itu langsung pergi dan sedikit berlari menjauhinya.
Auryn menaikkan alisnya melihat itu namun ia tetap membuka untuk melihat apa isi dari surat itu.
Buku sampul hitam ada di tanganku, jika ingin mendapatkannya kembali maka datanglah sekarang di taman belakang sekolah.
Tulisan dari surat tersebut membuat Auryn membuka mulutnya karena terkejut, ia langsung berdiri dan mencari keberadaan gadis culun itu untuk bertanya siapa yang memberikan surat tersebut.
Namun karena ramainya acara pesta sehingga ia kesulitan mencari keberadaan gadis itu..
"Sial, siapa yang menemukan buku catatan itu. Jika dia salah satu tokoh ini maka matilah aku." Gumam Auryn dengan gelisah.
"Tapi jika buku itu tak ku ambil maka bisa jadi orang tersebut menyebarkannya."
Auryn berpikir dengan keras, ia takut untuk menemui orang yang menemukan bukunya tapi buku itu banyak menyimpan rahasia dan bahaya jika salah satu tokoh menemukan itu.
Namun setelah berfikir secara tenang ia akhirnya memutuskan untuk menemui orang tersebut.
Dengan segera ia meninggalkan tempat pesta tersebut dengan tenang agar tidak diketahui oleh orang lain.
Dengan langkah lebar dengan gaun yang ia kenakan, ia melewati jalanan sepi sekolah untuk menuju ke taman belakang.
Penerangan malam hari di sekolah ini ternyata cukup buruk bagi Auryn.
Sehingga selain sepi, jalan yang ia lewati juga sedikit remang-remang. Namun untungnya gedung acara pestanya tak terlalu jauh dari taman belakang sehingga ia tak perlu menguji nyalinya jika bertemu sosok tak kasat mata.
Setelah sampai, ia melihat kanan kiri tempat itu. Tapi tempat itu tidak ada siapapun.
Ia berjalan sedikit lebih dalam ke taman tersebut hingga tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh seseorang lalu punggungnya dengan keras membentuk kayu pohon besar disana.
Dia meringis kesakitan kemudian ia menatap siapa yang menariknya dengan keras seperti itu.
"K-kamu." Ucap Auryn dengan terkejut hingga tangannya ikut bergetar saat dipegang oleh cowo itu.
Bahkan dia tak sadar terbawa bahasa di dunianya yang jika mengucapkan kata aku kamu adalah hal biasa, namun disini aku kamu hanya digunakan oleh orang yang spesial.
Hingga membuat cowo itu tersenyum manis, namun dilihat dari mata Auryn senyum itu adalah senyum kematian.
"A-apa yang kamu lakukan?" Tanya Auryn dengan suara bergetar saat Arsen semakin mendekatkan wajahnya pada dirinya.
Cowo itu terkekeh mendengar penuturan dari Auryn, dengan segera ia memperlihatkan buku sampul hitam yang selalu ia bawa.
"Bukumu?" Tanyanya dengan senyum miring di wajahnya yang semakin membuat jantung Auryn seakan ingin lepas dari tempatnya.
"B-bukan." Jawabnya secara spontan.
"Oh apakah ada nama yang sama di sekolah yang sama? sangat mengejutkan."
"L-lepaskan, a-aku ingin pergi." Auryn dengan sekuat tenaga berusaha melepaskan pegangan Fredo.
Saat mulai terlepas, Auryn tak membiarkan kesempatan itu pergi begitu saja akhirnya ia langsung ingin berlari dari sana.
Namun saat ia sudah berlari lima langkah ucapan dari Fredo menghentikan langkahnya.
"Saat sudah menghancurkan hidup orang, kau ingin kabur heh?"
Auryn membeku mendengar itu, ia berbalik secara perlahan untuk melihat cowo itu yang berdiri dengan santai menyandar di pohon besar tersebut.
"Ini, buku yang menceritakan semua tokoh yang kau tulis bukan? sangat mengagumkan kau menulis kisahku begitu indah. Apa aku harus membalas budi mengenai hal ini?" Fredo mengucapkan kalimat dingin itu dengan senyum mengerikannya.
Auryn semakin bergetar, bahkan sekarang ia ingin lari pun seakan tak sanggup.
"Apa yang harus aku berikan untukmu sebagai balas budi? membunuh ibumu? atau membiarkanmu diperkosa orang lain? apa kau ingin dua-duanya?"
Fredo mulai mendekati Auryn dengan langkah tenang, Auryn melihat itu mundur sedikit demi sedikit.
Ia menggelengkan kepalanya dengan air mata yang jatuh satu persatu, ia ingin kabur sekarang namun seakan ototnya lemas bahkan untuk berjalan mundur ia hanya bisa melangkah kecil.
"Jadi apa yang kau minta? menjadi pacarku? bukankah itu tawaran yang sangat bagus? kau bisa melihat sendiri bagaimana indahnya hidup dari orang yang kau ciptakan ini?"
Auryn menggeleng dengan keras, hingga akhirnya ia sudah tak bisa mundur karena jalan sudah tak ada dan belakang adalah sebuah tembok besar taman tersebut.
"M-maafkan aku." Ucap Auryn dengan bergetar ketakutan.
"Memaafkan mu heh? lucu sekali, tapi aku lebih ingin kau menjadi kekasihku. Sangat disayangkan jika kau bersama Naren, aku jadi tak bisa bermain denganmu karena kau bekasnya."
"T-tidak, kumohon lepaskan aku. Aku tak sengaja membuat kisah tragismu, aku juga tak tahu akan seperti ini." Ucap Auryn sambil menangis.
Fredo tak terpengaruh sama sekali dengan tangisan Auryn, sebaliknya ia malah menikmatinya.
Fredo mulai mencengkram leher Auryn dengan kuat, ia menatap tajam gadis yang sedang menangis di hadapannya itu.
"Kau tahukan apa yang kau hadapi sekarang?"
Auryn segera mengangguk, ia meringis kesakitan saat cengkraman di lehernya semakin kuat.
"Jadi Auryn, jika aku mati kau harus mati!"
"Argghhh" Auryn mendesah kesakitan saat Fredo mulai mencengkram lebih kuat leher Auryn hingga gadis itu hampir kehabisan napas.
"B-berikan aku kesempatan untuk mengubahnya." Ucap Auryn sebelum ia mati konyol ditangan tokoh ciptaannya itu.
Fredo yang mendengar itu mengendurkan cengkramannya, ia menaikkan alisnya untuk meminta Auryn segera menjelaskan semuanya.
"A-aku aku merubah takdirmu dan menghindari mu dari kematian, b-berikan aku kesempatan sekali saja jika aku gagal maka kita akan mati bersama." Ucap Auryn dengan mata yang penuh keyakinan disana walaupun matanya sedang berair.
Ia berpikir jika pilihan itu yang terbaik karena jika ia mati sekarang belum tentu ia bisa kembali ke dunia asalnya, tapi jika ia mengubah takdir antagonis utama cerita ini kemungkinan besar alur akan berubah total ada, tapi dia masih ada waktu untuk mencari petunjuk agar bisa kembali ke dunianya sendiri.
"Apa kau bisa di percaya? bahkan kau tak bisa menghindari takdir buruk sahabatmu hingga ia tetap bodoh." Ucap Fredo dengan tak yakin dan menatap tajam Auryn karena berani mempermainkannya.
"Aku sudah mencoba, tapi bagaimana bisa aku mengubah orang yang cinta mati seperti Erzabell?! Aku hanya bisa membantunya sedikit dan selebihnya ada pada dirinya sendiri."
"Ku mohon lepaskan aku, kau hanya cukup percaya padaku maka semua hal yang aku tulis dalam cerita tak akan terjadi kepadamu kecuali masa lalumu." Ucap Auryn dengan penuh yakin untuk bisa meyakinkan tokoh antagonis itu..
"Oke, aku pegang janjimu. Jika alur tidak kau rubah maka kau akan mati. Ingat kata-kataku!" Ucap Fredo lalu melepaskan cengkramannya pada Auryn dan pergi begitu saja.
Auryn yang lepas dari tokoh antagonis itu langsung ambruk dan terduduk di rumput tangan, nafasnya begitu cepat bahkan tangannya masih dingin akibat saking takutnya pada cowok itu.
"Tuhan, takdir macam apa ini!!"