Warningg !! Dibawah umur 18 tahun harap baca yang bijak karena ada adegan yang ++ !!
"Saya terima nikahnya Larasati Ardhiana dengan mas kawin tersebut tunai!" Ucap laki laki itu dengan lantang.
"Bagaimana para saksi? Sah!" Ucap penghulu.
"Saahh"
"Sahh"
Teriak para tamu undangan, termasuk
teman-teman nya.
"Alhamdulillah" ujar penghulu, lalu mengangkat kedua tangan untuk membaca doa kepada pengantin baru ini.
********
Laras harus menelan pahit dalam kehidupan yang seharusnya masih menikmati masa remajanya, namun ia di paksa menikah oleh seseorang yang terkenal dengan sebutan Playboy dan ketua geng terkenal. Siapakah laki-laki tersebut? la merupakan anak tunggal dari keturunan keluarga Mahendra yang bernama Arjuna Geofino Mahendra, beliau juga merupakan anak emas. Namun, karena kenangan masa lalu yang membuat nya ia trauma akan pada wanita yang berucap setia padanya.
Ingin tahu kelanjutan kisah nya?
Yuk buruan baca cerita nya😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri prisella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab: 18 elo yang nyebat di sini
Pak Tara selaku guru pelajaran Matematika pun menyambut murid baru dengan senyuman nya, "Silahkan perkenalkan nama mu!" pintak Pak Tara seraya melangkah ke meja guru .
Murid baru itu tersenyum manis, ia pun menoleh kearah Geo dan ketiga sahabatnya hingga mereka berempat berdecih sinis.
"Hallo, perkenalkan nama saya Tasya Ganeswara. Saya pindahan dari sekolah Azward School ! Kalian bisa panggil saya Tasya" Ujar Tasya sambil memperkenalkan dirinya ke pada yang lain.
Setelah Tasya memperkenalkan dirinya, Pak Tara langsung menyuruhnya duduk di belakang kursi Laras dan Maria berada.
Sepanjang jalan Tasya terus melemparkan senyuman manisnya, bahkan ia sampai pura-pura tak merespon anak laki-laki yang menggodanya.
Dalam hati ingin membalas nya namun diurungkan mengingat ia sekelas dengan Geo dan ketiga curut itu maka dia harus menjaga nama baik nya di depan 4 pria itu.
"Haii, nama ku Tasya!" ujar Tasya pada Laras dan Maria.
Hening
Tak ada yang menyahutinya membuat Tasya seketika canggung,
"Lo kalau ngga mau semprot mending diam aja deh jangan sok akrab!" ujar Wildan yang di tunjuk oleh Pak Tara untuk duduk bersama Tasya.
Tasya mengangkat sebelah alisnya, seberapa dinginnya perempuan yang ada di depannya ini? Pikir Tasya.
"Baik sudah bapak umumkan kemarin, kalau kalian akan mengadakan ulangan dadakan, jadi siap gak siap kalian harus siap. !" ujar Pak Tara.
Laras dan Maria, berdecak sebal mendengar perkataan pak Tara, mana ia belum belajar lagi." Pak, apa ngga minggu depan aja?" tanya Laras dengan begitu yakin.
Pak Tara berdecak, "Ck, kamu itu! Bapak sampai bosan tahu ngga dengar kalimat itu terus yang kamu keluarkan dari mulut kamu." protes Pak Tara.
"Tapi saya belum belajar, Pak!" jawab Laras dengan santai.
"Yaa, itu derita kamu!" balas Pak Tara tak kalah santai.
Laras berdecak, rasanya ingin menyesap barang nikotin itu saja. Nanti lah jam istirahat saja.
"Larass!" panggil Pak Tara.
Laras yang merasa di panggil pun menoleh, "Yes," jawab Laras sok menggunakan bahasa inggris.
Puk
"Gaya lo!" ujar Maria dengan memukul pelan bahu Laras menggunakan buku tulis.
Laras memicingkan matanya, "Bac*t banget lo ah!" sarkas Laras, lalu ia membangkitkan tubuhnya untuk mendekati ke arah Pak Tara.
"Ada apa, Pak?" tanya Laras begitu tiba di depan Pak Tara.
Pak Tara bukannya menjawab, ia malah menyodorkan beberapa kertas putih yang berisikan soal-soal Matematika. "Tolong kamu bagikan, satu orang satu lembar!" pintah Pak Tara.
Laras menganga tak percaya, ia kira akan disuruh keluar ternyata tidak. "Kok saya Pak, kenapa gak yang lain aja.?" tolak Laras.
Hanya decakan dari Pak Tara, Laras pun dengan berat hati mengambilnya lalu mulai membagikan dari meja ke meja.
"Pak, kalau anak baru sok manis ini di kasih ngga?" tanya Laras pada Pak Tara karena berhenti di meja Wildan. Sontak semua orang yang mendengar itu menahan tawanya, termasuk Geo cs. Berani betul si Laras mengejek Tasya yang statusnya masih anak baru, sedangkan Tasya yang mendengar itu sedang menahan malu akibat perkataan dari Laras.
"Kalau ada lebih, kamu kasihkan saja!" jawab Pak Tara.
Laras pun hanya membagikannya pada Wildan, lalu melanjutkan kembali aktifitas nya dengan mulut yang sudah komat kamit mengabsen seluruh nama binatang yang ada di kebun binatang.
Saat Laras tepat berhenti di meja Hanum, "Hahaha, parah lo! Anak baru lo ejek begitu" pecah suda tawanya Hanum bersama dengan Genta selaku teman sebangkunya.
Laras mengangkat kedua bahunya acuh, ia memang tak suka perempuan yang menye-menye apalagi sok manis gitu.
"Lo tahu gimana,gue" balas Laras.
Semua meja sudah terisi, kini kaki Laras membawanya ke meja dimana Geo dan yang lainnya.
"Piwwitt! Laras cantik, minta no wa lo boleh?" tanya Vano dengan mengedipkan salah satu matanya.
Laras tersenyum miring, "Mana ponsel lo?" tanya Laras.
Dengan bangganya, ia mengasih nomor telponnya tidak lupa dengan namanya. "Dah, jangan sekarang lo wa gue nya! Nanti aja kalau udah pulang sekolah" ujar Laras, matanya pun melirik sekilas Geo yang ternyata juga tengah menatapnya.
Geo yang sadar akan hal itu, langsung memutuskan kontak mata terlebih dulu. Sedangkan Bima, sudah micuh-micuh berbicara sendiri karena incaran sudah di sat set oleh Vano.
"Gerakan lo lambat kek keong racun!" ejek Vano yang tengah senyam-senyum sendiri.
Setelah selesai membagikan selembar kertas ternyata masih tersisa satu lembar. "Pak, ini masih ada satu! Saya kasih kek anak sok manis ini ya" ujar Laras.
Pak Tara berdecih, "Namanya Tasya, Laras kumalasari!" ejek Pak Tara.
Laras tak menjawab candaan tersebut, ia malah menaruh kertas itu dengan gaya songong nya. "Buat Io!" ucap Laras, lalu duduk di kursi kembali dan mulai mengeluarkan pulpen untuk mengisi jawaban tersebut.
"Wahhh, anj*rrrr! Gue lupa lagi!" pekik Maria,
Laras yang duduk disebelahnya hanya bisa menyumpal kan tisu di telinganya, ia sudah tahu jika itu kode dari Maria untuk bisa menyontek ke pada nya.
Clara yang duduk sendiri, berdecak terus. Karena terus-terusan tak menemukan jawaban nya.
"Pak, kalau kita udah selesai terus ngapain?" tanya Laras pada Pak Tara.
Pak Tara yang semula lagi memeriksa jawaban dari kelas lain pun menatap balik Laras, "Emang kamu mau nya ngapain?" tanya balik Pak Tara.
"Yaaa. Minimal ngadem di pohon belakang lah pak!" jawab Laras dengan santai.
"YEEHH, itu mah maunya kamu! Abis itu kamu bolos di pelajaran saya" balas Pak Tara tak setuju dengan pendapatnya Laras.
Laras berdecak, baru saja dia kepikiran untuk pergi eh malah sudah di baca lawan terlebih dahulu. "Ya kalem atuh, Pak!" balas Laras dengan santai lalu tangannya terus mengisi jawaban.
Hening
Baru sepuluh menit keheningan tersebut, tapi suara bangku di mundurkan membuat semua orang menoleh.
Sret
"Woowww, baru beberapa menit kamu ngoceh tadi, Laras! sekarang sudah selesai saja." ucap Pak Tara.
Yaaa, Laras lah yang mendorong kursinya ke belakang. Sungguh otaknya kali ini sangat setres, ia rasanya menyesap sesuatu yang sudah meronta-ronta.
"Anj"ng, lo ah!" umpat Maria dengan sangat kesal, bagaimana tidak dari tadi ia menanyakan jawaban pada Laras tapi ia hanya bilang kalau itu belum di kerjakan.
Dengan santainya Laras berjalan ke arah Pak Tara berada, "Saya pamit mau ke perpus dulu ya, Pak!" pamit Laras,
Pak Tara aga kurang percaya ya dengan ucapan Laras. "Benar?" tanya Pak Tara.
Laras mengangkat kedua bahunya acuh, ia pun segera keluar dari kelas. Toh, ia juga sudah selesai dengan ulangan dadakannya itu. Kaki Laras membawanya ke Rooftop, sesuai dengan tujuan awal jika ia akan menghabiskan waktunya disana.
Laras mengeluarkan asap ke udara, Nikmat! Itulah yang ada di pikiran Laras saat ini, kali ini hanya sebatang saja. Karena ia belum membelinya lagi sebagi stok cemilannya itu.
****
Selepas kepergian Laras dari kelas, Maria dan Clara sudah mencak-mencak tak karuan.
"Anj*r banget emang si Laras, ah!" gerutu Maria seraya memijat keningnya karena mendadak kepalanya sangat mual.
Clara pun sama halnya, bahkan ia sampai membuka buku catatannya yang ada di kolong meja. Ia pun tak mau ambil rugi, toh ia hanya melihat rumusnya yang hendak di gunakan saja.
Berbeda di kursi Geo dan yang lainnya.
"Gillaa! Selain jago balap, dia juga jago bat ngerjain Matematika gini" puji Vano pada Laras.
Bima yang mendengarkan nya pun hanya acuh, mana pelajarannya beda lagi sama yang di sekolah sebelumnya.
"Ge, lo udah?" tanya Bima dengan berbisik.
Geo hanya menjawab dengan gelengan kepala saja, padahal ia sudah selesai menjawab pertanyaan tersebut begitupun dengan Dion.
Sret
Lagi-lagi suara kursi di mundurkan mengalihkan mereka, siapa lagi kalau bukan Dion yang membawa dua lembar jawaban yang pasti milik Geo.
"Anjir Dion diam-diam menghayut kan kayak kunti bogel!" ujar Bima, Dion yang masih mendengarkannya pun hanya acuh toh iya bodo amatan.
Bima dan Vano sudah misuh-misuh mencari contekan, tapi ia tak mengenal satupun nama teman sekelasnya itu.
"Baik, Dion dan Geo boleh keluar!" ujar Pak Tara.
Bima dan Vano memekik kaget, bukankah hanya Dion yang mengumpulkan jawabannya tapi kenapa nama Geo juga disebut.
"Pssttt, lo mau kemana?" tanya Vano menahan lengan Geo.
Geo memutar bola mata malas bukan kah tadi Vano sudah mendengarkannya, "Gue mau ke bok*r lo mau ikut?" tawar Geo dengan bohong tentunya.
Vano yang mendengarkan nya pun jijik untuk apa buang hajat ngajak-ngajak ya ia mana mau lah,
"Tapi jawaban lo mana?" tanya Vano berbisik.
"Ngga ada, udah di kumpulin!" balas Geo dengan acuh.
Seketika Vano mengumpat, dari tadi ia berharap jika Geo ingin memberitahukan jawabannya tapi pupus sudah harapannya.
Setelah Geo keluar dari kelas, kakinya membawanya ke rooftop sedangkan Dion ke perpustakaan untuk memakan ilmu di dalam sana.
Saat Geo tiba di rooftop, samar-samar ia menghirup asap yang sangat amat ia kenali. Lalu dengan penasaran ia pun mendekati kearah tersebut, semakin ia dekat semakin jelas juga ada seseorang yang tengah telponan. Dengan ide konyolnya ia pun ingin mengejutkan orang tersebut.
Dor
Uhuk-uhuk
"Eh sorry-sorry!" ucap Geo, ia baru sadar tenyata itu adalah seorang perempuan.
Saat perempuan itu membalikkan tubuhnya.
"LO!"
"Jadi elo yang nyebat disini?" pekik Geo,Yang tidak pecaya.
* Bersambung*
* jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar*
* Salam manis dari AUTHOR 🤭*
* ig @vera_miceela
@putri488241.