NovelToon NovelToon
Story Of My Vampire Family

Story Of My Vampire Family

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Vampir / Iblis / Kutukan / Hantu
Popularitas:820
Nilai: 5
Nama Author: Lutfiatin Nisa

Hani Ainsley adalah anak dari perkawinan antara manusia dengan seorang vampir, karena suatu masalah ibunya harus menitipkan Hani ke salah satu rumah warga karena wanita itu tidak bisa membawanya pergi. Saat kecil Hani ia hidup menderita karena tidak pernah disayang oleh ibu yang mengadopsinya. Namun, semua berubah saat ia beranjak dewasa dan mulai berevolusi menjadi vampir. Akankah Hani bisa mengubah nasipnya di kemudian hari? Dan siapakah orang tua kandungnya? Ikuti ceritanya dan jangan lupa likenya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lutfiatin Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kedekatan Bayu dan Hana

Keesokan harinya, Hana berdiri di pinggir jalan dengan raut kesal.

“Mang! Kenapa mobilnya enggak diperiksa dulu sebelum berangkat?! Aku bisa telat ini.”

“Maaf, Non. Tadi sudah diperiksa dan tidak ada kerusakan, entah kenapa bisa mogok seperti ini.”

Kebetulan, Bayu melihat itu. Dia berhenti dan meminta sopir itu untuk menelepon mobil derek, kemudian membawanya ke bengkel. Soal Hana, gadis itu biar ikut bersamanya karena satu kampus.

“Hah, serius?! Naik sepeda?!” tolak Hana yang belum pernah naik sepeda selama hidupnya.

“Daripada kamu telat, terserah.”

Akhirnya, Hana memutuskan untuk ikut saja.

Hana kesusahan saat mau naik sepeda, dia bingung harus berpegangan pada apa. Bayu bisa merasakan hal itu. Pria itu pun menarik lengan Hana dan melingkarkan di pinggangnya.

“Pegangan yang kuat, kalau kamu jatuh ... aku juga yang susah,” titahnya.

Hana diam saja, dia malah tersenyum ketika Bayu memperlakukannya seperti itu.

Sebenarnya, Bayu adalah cinta pertamanya Hana. Akan tetapi, dia kesal karena pria yang dicintainya malah lebih perhatian kepada Hani. Sejak saat itu, dia memutuskan untuk membenci Hani dan selalu mengerjainya. Walau begitu, di hati Hana masih tetap mencintai Bayu. Ia pura-pura menyukai Arya agar kedua temannya tidak mengejek.

Bayu dan Hana memang dari kasta yang berbeda, tetapi Hana sudah memiliki rasa sejak mereka sekolah bersama. Tekanan dari sang ibu dan juga teman-temannya membuat Hana memendam perasaan tersebut. Meski sejatinya Hana menginginkan Bayu untuk menjadi kekasihnya.

Sesampainya di kampus, Bayu meminta Hana untuk menunggunya di sana setelah kelas selesai.

“Hm, enggak usah. Aku bisa naik taxi, kok.”

“Ini perintah dari ayahmu. Kalau kamu nolak, aku akan melaporkannya agar kartu kredit kamu ditarik,” ancam Bayu yang telah diberi kekuasaan oleh Dirga.

Hana kesal dan meninggalkan Bayu. Kedua temannya yang melihat itu segera menghampirinya dan mengajukan beberapa pertanyaan.

“Na, yakin kamu ke sini naik sepeda? Emang nggak kepanasan gitu?” Feby mulai mencela.

“Mobilku mogok di jalan, terus tadi ketemu Bayu, jadi sekalian aja,” jawab Hana enteng.

“Duh, romantis banget kalian berdua. Aku juga mau dibonceng Bayu.”

Feby menatap Tari dengan tajam. “Mimpi kamu!”

***

Bayu melihat Arya duduk di bawah pohon, pemuda itu menatap langit yang cerah. Namun, tak seindah perasaannya sekarang tanpa Hani. Raut wajahnya menunjukkan kesedihan. Bayu menghampirinya dan memberikan sebotol minuman yang sengaja dia beli untuk Arya. “Aku tahu kenapa kamu di sini, perasaan kita sama.”

“Apa ini yang dinamakan kehilangan, Yu?”

“Bukan hanya kehilangan, tapi kita juga merasa bersalah karena kita yang menyebabkan kekacauan ini,” sahut Bayu seraya meneguk air.

“Apakah sekarang Hani bisa tersenyum seperti dulu? Aku sangat merindukannya.”

“Kalau kamu ingin tahu kabarnya, cepatlah cari cara supaya kita bisa menemukannya.”

“Aku juga sudah berusaha Yu, tapi ini memakan waktu,” sanggah Arya.

Keduanya pun menghela napas kasar.

Setelah kelas berakhir, Hana benar-benar menunggu Bayu di depan gerbang.

“Ternyata kamu patuh juga, ya.”

“Udah, ah. Aku mau cepet pulang. Panas tahu.”

Mereka berdua pun pulang dengan berboncengan sepeda.

***

Beberapa minggu kemudian, Hana sering berangkat bersama Bayu. Dia mulai ceria setiap harinya. Namun, di sisi lain .. saat sarapan pagi.

“Bi, panggil Hani turun, ya. Kita sudah mau makan,” pinta Dirga seraya menyeruput kopi capuccino kesukaannya.

“Iya, Bi. Tolong piringnya Hani taruh sini, ya.” Lucy pun ikut berbicara.

Bi Surti dan Hana saling berpandangan.

“Tuan, Nyonya, Non Hani sudah lama nggak ada di rumah ini.” Dengan berat hati Surti pun mengatakannya.

Lucy dan Dirga menghela napas. Mereka sangat terpukul serta kehilangan anak pertamanya, sampai-sampai masih menganggap Hani ada bersama mereka. Raut wajah mereka pun berubah seketika. Hana ikut sedih melihat penampakan tersebut.

Hana mendatangi kamar saudarinya yang selama ini selalu dicela bahkan tidak diinginkan kehadirannya. Semua masih tertata rapi, ayahnya sengaja tidak merubah apa pun. Berharap suatu hari nanti, Hani akan kembali ke rumah itu lagi. Meski mereka berdua sering bermusuhan, jauh di lubuk hati gadis tersebut sangat menyayangi saudarinya.

Sore harinya, Bayu mengajak Hana untuk pergi ke suatu tempat.

“Wah, cerahnya hari ini.”

“Kenapa kamu ngajak aku ke taman, Yu?” tanya Hana heran.

“Lagi pengen aja, aku lagi banyak pikiran akhir-akhir ini.”

“Pasti mikirin si Hani, iya ‘kan?” kesal, gadis itu pun membuang muka.

Bayu pun menangis dan mengeluarkan isi hatinya, membuat Hana iba. Dia pun berbalik untuk merangkul pria yang sedang terisak-isak itu.

“Sudah, Yu. Diam, bikin malu aja kamu.”

Bukannya diam, Bayu malah memeluk Hana dengan erat dan berkata bahwa ia ingin bertemu dengan Hani lagi. Hana tidak bisa melepaskan pelukan itu. Dengan berat hati, ia menenangkan Bayu dengan menepuk-nepuk bahunya.

Beberapa saat kemudian, keduanya sudah berada di cafe. Bayu terlihat makan dengan lahap. Sehabis menangis pria itu kelaparan.

“Eh, Yu! Pelan-pelan, katanya kamu lagi sedih. Kok, makannya lahap banget, aneh kamu ini.”

“Sedih juga butuh tenaga, mumpung gratis. Kan, kamu janji mau bayarin.”

Hana pun menyesal telah mengatakan itu. Namun, dia senang karena melihat Bayu tidak bersedih lagi.

Saat di perjalanan pulang, Bayu mengucapkan terima kasih karena Hana mau menemaninya. Gadis itu mengangguk.

“Yu, apa kamu benar-benar menyukai Hani sebanyak itu?” Hana pun memberanikan diri bertanya daripada mati penasaran.

“Aku memang menyayangi Hani. Bagiku, dia seperti adik kecil yang selalu ingin kulindungi.”

“Adik?! Hah! Yang benar saja kamu.”

“Memangnya kenapa? Apa aku enggak boleh menganggap Hani seperti adikku sendiri?”

“Tapi sikapmu itu membuat orang lain yang melihatnya salah paham.”

“Maksud kamu?” tanya Bayu tak mengerti.

“Sudahlah, enggak usah dibahas. Kita sudah sampai, aku masuk dulu,” kata Hana seraya pergi meninggalkan Bayu yang masih mematung di sana.

Sesampainya di kamar, Hana masih memikirkan perkataan Bayu. Ternyata, selama ini dia salah paham. Bayu hanya menganggap Hani sebagai adiknya, tidak lebih. Gadis berhidung mancung itu pun tersenyum puas.

***

Di tempat lain, Arya masih berusaha mencari alamat Hani. Setelah berjam-jam mencoba, akhirnya dia mendapatkan itu. Dengan cepat, Arya menyalin alamat itu ke ponsel yang lain dan menunggu datangnya pagi untuk melancarkan aksinya.

Keesokan paginya, ketika sarapan. Arya mengatakan kepada orang tuanya untuk pulang malam karena akan pergi ke luar kota. Ketika ibunya bertanya untuk apa ia pergi ke sana, Arya menjadikan tugas kuliah sebagai alasannya.

Bondan menatapnya dengan penuh curiga. Dia menyuruh anak buahnya untuk mengikuti Arya karena pria itu mengatakan bahwa dia akan menggunakan transportasi umum.

Sebelum menaiki taksi, Arya memakai topinya terlebih dahulu. Rencananya, dia akan bertukar pakaian dengan Doni di kamar mandi. Dia berharap rencananya itu bisa mengelabuhi para pengawalnya Bondan.

“Arya? Kamu yakin kita enggak akan ketahuan?” Doni ketakutan, kalau sampai ketahuan para pengawalnya Bondan. Entah bagaimana nasibnya.

“Udah, pokoknya jangan lepas topi ini. Terus gabung sama yang lain, jangan pernah berpisah. Bawa juga ponsel ini ke mana pun. Aku yakin, mereka enggak akan tahu.”

Doni pun pasrah. Mereka keluar dari kamar mandi secara bergantian. Setelahnya, Arya pergi naik bus dan menemui Bayu yang sudah menunggunya sejak tadi.

Sesampainya di sana, Bayu mengomel karena Arya sangat lambat.

“Sampai jamuran aku nungguin kamu!”

“Kamu kira gampang, lari dari puluhan orang?” cetus Arya balik.

Bersambung.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!