Anara gadis 25 tahun mengalami kecelakaan setelah mengetahui perselingkuhan calon suaminya dengan kakak tirinya. Tubuhnya yang tidak berdaya dan dinyatakan koma, tetapi ternyata arwahnya gentayangan. Arwah bisu itu harus menyaksikan banyaknya kepalsuan yang terjadi selama hidupnya. Ibu diri yang dianggap sudah sebagai ibu kandungnya yang ternyata juga selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya. Tetapi takdir berkata lain, Dokter tidak bisa menyelamatkan Anara.
Anara menangis meminta keadilan untuk hidupnya, meminta kesempatan agar diberi kehidupan kembali untuk membalaskan dendam pada orang-orang yang telah menyakitinya.
Siapa sangka di saat matanya terbuka, Anara
berubah menjadi anak kecil yang berusia 6 tahun, walau tubuh Itu tampak kecil, tapi sisi dewasanya masih ada. Anara gunakan kesempatan itu untuk membongkar kepalsuan ibu tirinya.
Jangan lupa untuk ikuti terus novel saya.
Follow Ig saya : Ainuncefenis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Rencana Jahat
"Maksud Mama apa?"
"Kita harus bertindak lebih cepat Nindy, kita sudah menunggu terlalu lama, daripada kita akan ketahuan selama ini dan lebih baik kita menyingkirkan saja laki-laki tua itu," ucap Tami dengan tersenyum miring yang ternyata memiliki rencana yang sangat besar.
"Mama ingin mengirim dia lebih cepat ke neraka bersama dengan anak kesayangannya?" tanya Nindy memastikan.
"Kenapa tidak! jika mereka justru menjadi ancaman untuk kita," sahut Tami dengan tersenyum penuh rencana.
Nindy juga terlihat setuju yang mana dia juga ikut tersenyum.
Pembicaraan Nindy dan Tami ternyata didengar oleh Nara yang membuat Nara berdiri depan pintu dengan mengepal tangannya.
"Mereka benar-benar orang jahat! Apa yang harus aku lakukan lagi! Aku sangat takut jika aku tidak bisa memantau Papa dan justru Papa akan bahaya? Aku juga tidak bisa mengungkapkan secara langsung bagaimana kejahatan mereka," batin Nara dengan panik.
"Tidak Nara! Kamu harus percaya jika semua akan baik-baik saja. Dia dan wanita itu tidak akan bisa macam-macam lagi. Aku akan bertindak cepat agar mereka mereka mendapatkan pelajaran atas perbuatan mereka," batin Nara dengan yang terus berusaha untuk semangat.
******
Tami tersenyum memasuki ruang kerja suaminya yang mana Haris terlihat sedang berada di depan komputernya tampak begitu serius.
"Ini sudah malam. Mas kenapa masih tetap saja bekerja?" tanya Tami menghampiri suaminya yang membawakan secangkir kopi.
"Banyak yang harus aku kerjakan Tami. Perusahaan akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja," jawab Haris.
"Tetapi mas juga harus menjaga kesehatan. Ada Heri dan Nindy di Perusahaan dan kenapa tidak menyerahkan saja kepada mereka agar mengurangi beban Mas, mengingat Anara masih berada di rumah sakit," ucap Tami yang sekarang berdiri di belakang suaminya yang tampak memijat kedua bahu Haris.
"Bagaimana mungkin aku bisa memberikan kepercayaan kepada Hari setelah apa yang dia lakukan, kamu tahu Tami jika aku menemukan banyak sekali dokumen yang disalahgunakan oleh orang-orang di Perusahaan dan Perusahaan mengalami kerugian . Kamu juga harus tahu jika manager bagian keuangan sudah menggelapkan dana miliaran rupiah," ucap Haris.
Tami berhenti memijat sebentar ketika mendengar pernyataan suaminya yang sebelumnya sudah dia dapatkan berita itu dari Nindy.
"Benar-benar sangat keterlaluan! kenapa ada orang-orang jahat seperti itu," ucap Tami yang seolah turut prihatin.
"Tami! Rudi sudah bekerja belasan tahun di Perusahaan dan yang memasukkan Rudi ke Perusahaan adalah kamu, kamu yang merekomendasikan dia kepadaku. Apa kamu pernah mencurigainya sedikit saja?" tanya Haris melihat ke arah istrinya itu.
Tami seketika menjadi panik dengan pertanyaan itu.
"Ma-mas bicara apa? Aku tidak mengenal Rudi terlalu dekat dan bukankah waktu itu aku mengatakan bahwa Rudi hanya Teman sekolahku saja dan kebetulan kami bertemu di jalan yang mana dia memiliki keahlian dalam bidang bisnis. Sangat kebetulan kita juga menikah pada saat itu dan aku merekomendasikan dia karena menurutku pekerjaan di Jakarta sangat sulit sekali,"
"Aku juga tidak pernah ikut campur dengan pekerjaan Rudi di Perusahaan dan bahkan Mas yang memberikan jabatan secara bertahap kepadanya karena mempercayai pekerjaannya dan sangat puas dengan hasil pekerjaannya. Jadi kenapa Mas punya pikiran jika aku bahkan mengetahui apapun yang sekarang ini dia lakukan diam-diam di belakang Mas," ucap Tami yang seolah menjelaskan panjang lebar kepada suaminya.
"Aku hanya bertanya saja, karena seperti apa yang dikatakan Nesya, jika Rudi tidak mungkin melakukan semua ini sendiri," ucap Haris.
"Nesya! Apa dia manager bagian tim produksi?" tanya Tami memastikan yang membuat Haris menganggukkan kepala.
"Kenapa Mas harus mempercayai wanita itu dan bukankah Anara juga tidak pernah suka padanya. Mas jangan terlalu sering berbicara dengannya, dia bukan wanita baik-baik dan aku yakin dia memiliki maksud kepada Mas. Dia seperti wanita pada umumnya yang suka mengganggu rumah tangga orang lain yang awal-awalnya hanya memberikan simpati kepada atasan dan ternyata ada maunya," ucap Tami.
"Kamu ini berbicara apa? Nesya juga sudah lama di perusahaan dan selama ini dia bekerja dengan baik dan kamu tidak perlu memikirkan hal yang tidak masuk akal seperti itu," ucap Haris.
"Aku hanya mengingatkan saja dan aku tidak akan membiarkan ada wanita yang mencoba untuk merayu kamu!" tegas Tami.
"Iya-iya. Kamu jangan memikirkan semua itu terlalu jauh," sahut Haris.
"Mas sebaiknya minumlah kopinya," ucap Tami yang tersenyum kepada suaminya itu yang membuat Haris menganggukkan kepala.
"Sialan wanita itu! aku tidak tahu apalagi yang dia katakan kepada Mas Haris sehingga mencuci otak Mas Haris. Aku harus bertindak lebih cepat dan memberi pelajaran wanita itu agar tidak mendekati suamiku!" batin Tami yang terlihat begitu kesal.
Namun dia tersenyum saat melihat kopi suaminya tampak habis.
"Mas lanjutkan saja pekerjaan, aku ke kamar terlebih dahulu," ucap Tami yang membuat Haris mengangguk.
"Laki-laki tua ini benar-benar harus menyusul putrinya secepatnya agar aku dan Nindy tidak perlu khawatir apapun," batin Tami yang menutup pintu yang masih tersenyum kepada suaminya yang membuat Haris juga tersenyum.
***
Nara yang keluar dari kamar, melihat rumah tampak sangat sepi sekali dan mungkin karena memang sudah malam hari.
Nara mengerutkan dahi ketika melihat keluar rumah yang ternyata Nindy dan Tami terlihat pergi.
"Mau ke mana mereka malam-malam seperti ini?" tanya Nara kebingungan.
"Apa Papa sudah pulang. Aku tidak melihatnya sejak sore tadi. Aku ingin melihat Papa sebentar!" ucap Nara dengan tersenyum yang berjalan menuju kamar Haris.
Ketika membuka pintu kamar itu yang ternyata Haris tidak ada di sana.
"Papa mungkin masih berada di ruang kerja, sebaiknya aku lihat saja. Aku harus menegur Papa jika bekerja terlalu larut, aku takut jika ini berpengaruh pada kesehatan Papa," ucap Nara kembali menutup pintu kamar itu.
Langkah anak kecil itu yang tiba akhirnya sampai di depan ruang kerja Haris. Nara tampak semangat sekali membuka pintu yang mendorong secara perlahan dan dia tidak melihat Haris duduk di meja kerjanya yang membuat Nara semakin kebingungan.
Nara menghela nafas yang akhirnya memilih untuk memasuki ruangan itu.
"Papa!" Nara kaget ketika melihat Haris tergeletak di lantai dengan mulutnya yang penuh dengan busa.
"Papa!" teriak Nara yang langsung berlari melihat kondisi Haris tidak sadarkan diri yang membuat marah menggoyang-goyangkan tubuh itu.
"Papa bangun!"
"Tolong!"
"Tolong!"
Nara berteriak sekencang-kencangnya dengan air matanya yang sudah jatuh yang mencoba untuk membangunkan Haris dan tidak ada satupun penghuni rumah yang memasuki ruang kerja itu.
"Bagaimana ini?" tanyanya kepanikan.
Nara mencoba menghampiri meja kerja Haris dan menemukan ponsel Haris. Nara yang langsung mencoba mengetik nomor dengan tangannya yang bergetar sampai akhirnya panggilan itu terangkat.
"Dokter tolong Papa!" Nara berteriak suara tangisi yang terdengar jelas.
"Ara ada apa?" sahut Sagara yang ternyata orang pertama kali dihubungi Nara.
"Papa tiba pingsan dan mengeluarkan busa dari mulutnya. Tolong Dokter!" teriak Nara yang semakin tidak bisa mengendalikan dirinya bahkan tidak menyadari bahwa dia sejak tadi menyebutkan Haris dengan sebutan Papa.
"Ara kamu tenang dulu. Dokter akan segera kirim ambulans ke rumah kamu," ucap Sagara yang membuat Nara menganggukkan kepala yang berharap bantuan segera datang yang mana dia benar-benar sangat khawatir kepada Haris.
Bersambung.....
dan pastinya ku harap ini cerita sp end..sumpeh capek bgt baca cerita udah baca berbab" eh diujung malah diganting kayak jemuran...gariiinngggg bookk
apa setelah ini ada kejutan lainnya yang akan terbongkar??? wah, pasti seru ini...
Ceritanya bagus, Konfliknya tidak terlalu bertele2 dan Sesuai alurnya jadi gak buat bosan ...
Penyampaian kosakatanya mudah dipahami....
Semoga sukses kakk othor❤️
kasian anara dikeliling orang jahat yang suka berkhianat apalagi ibu tiri & kakak tirinya, ingin menguasai apa yg dimiliki anara... termasuk heri, berselingkuh dgn kakak tiri anara.