NovelToon NovelToon
Mendadak Papa

Mendadak Papa

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Menikah Karena Anak
Popularitas:106.3k
Nilai: 5
Nama Author: Realrf

Hail Abizar, laki-laki mapan berusia 31 tahun. Belum menikah dan belum punya pacar. Tapi tiba-tiba saja ada anak yang memanggilnya Papa?

"Papa... papa...!" rengek gadis itu sambil mendongak dengan senyum lebar.

Binar penuh rindu dan bahagia menyeruak dari sorot mata kecilnya. Pria itu menatap ke bawah, terpaku.

Siapa gadis ini? pikirnya panik.

Kenapa dia memanggilku, Papa? Aku bahkan belum menikah... kenapa ada anak kecil manggil aku papa?! apa jangan- jangan dia anak dari wanita itu ....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Realrf, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24 jam

"Kau membuatku menunggu Evelyn!" suaranya tegas, kedua matanya menatap tajam pada Evelyn

Evelyn membeku sesaat, dia sungguh tidak menyangka jika tantenya ini akan datang.

"Apa kau tidak mempersilahkan aku masuk, Eve?" Tatapan Yunia dengan senyum sinis.

"Emh .... iya, maaf. Silahkan masuk Tante."

Evelyn menunduk, mundur beberapa langkah agar Yunia bisa masuk. Suara sepatu heels Yunia menggema diruang tamu. Mata yang berbingkai kacamata itu menyapu sekitar, sesekali bibirnya berdecih jijik. Evelyn menghampiri Cala yang masih asik melihat televisi.

"Cala main ke kamar dulu ya," bisik Evelyn.

Cala tak langsung mengangguk, tapi mata sipitnya melihat kearah wanita yang sekarang berdiri di ruang tamu dengan angkuh. Gadis kecil itu pernah melihatnya, meski tidak sering.

"Cala," panggil Evelyn lagi sambil mengusap rambut lembutnya, Cala menoleh lalu mengangguk.

Tanpa kata gadis kecil itu melompat turun dari sofa, kakinya berayun cepat menuju kamar seperti yang sang Mama perintahkan. Entah kenapa Cala juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran wanita itu, apalagi dengan tatapan yang menyiratkan ketidaksukaanya pada Cala.

"Silahkan duduk Tante." Evelyn tersenyum kaku, tanganya mengarahkan Yunia agar duduk di sofa usang ruang tamunya.

Yunia menekan rahangnya, berdecih jijik. Perlahan dia duduk dengan anggun di tepi sofa, hanya diujungnya saja. Bajunya nanti bisa kotor jika duduk terlalu jauh.

"Tante mau minum apa? Biar saya buatin." Evelyn masih berdiri, kedua tangannya saling meremas gugup. Yunia menggeleng.

Udara di ruang tamu tiba-tiba terasa berat, menekan dan membuat wanita bermata sipit itu sesak. Evelyn sangat tahu, tujuan dan alasan Tantenya bertamu. Dia tahu, dia sangat tahu. Yunia datang untuk alasan yang sama selama, mereka hanya akan betemu jika Evelyn telat memberika tunggakan cicilan padanya. Hanya itu, tidak lebih.

Tas malah Yunia letakkan di meja tapi belum sempat mendarat, dia berdecak dan mengurungkan niatnya. Meja itu begitu kotor. Apalagi tas nya masih baru, ia pun akhirnya memilih memangku tas mahal itu. Mata lentik berpoles maskara mengedarkan pandangan ke sekitar. Ruangan berukuran 2x3 dengan sofa berbentu L, warnanya 3sudah pudar dan bahkan koyak dibeberapa sisi. Meja kayu dari tripleks yang sudah mengelupas, dinding dan plafon kecoklatan dan berjamur, dan televisi tabung berukuran 14 inchi. Tanpa harus bertanya Yunia bisa tahu bagaimana keponakannya itu menjalani hidupnya.

"Kalau dulu, kau mau menikah dengan calon yang tante kenalkan. Hidupmu tidak akan semengenaskan ini Eve," tutur Yunia dengan nada menyindir.

"Saya hidup dengan baik Tante," sahut Evelyn segera.

Wanita paruh baya itu terkekeh mengejek, karena apa yang Evelyn katakan sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ia lihat.

"Terserah apa katamu Eve, kau sama keras kepalanya dengan Papa mu. Kau tentu sudah tahu kenapa Tante datang ke sini," suara Yunia pelan tapi penuh tekanan.

Wanita yang masih berdiri itu mengangguk dalam, dia tahu benar alasan Yunia sampai mau menemuinya di kontrakan kecil ini. Tenpat yang sangat jauh berbeda dengan duania Yunia.

"Bagus." Yunia mengangguk puas.

"Lalu mana?" Tangan Yunia menengadah ke arah keponakannya yang berdiri diam.

Mata Evelyn memejam perlahan, wajah yang menunduk itu mengeras. Rahangnya mengetat, kedua tangan yang basah mengepal, meremas pinggir daster yang ia pakai. Jantungnya berdegup labih cepat, memaksa Evelyn untuk tetap kuat.

"Maaf Tante, uangnya belum ada," lirih Evelyn dengan rasa bersalah dan malu, dia malu karena belum bisa membayar hutang pada Yunia.

Sudah mati-matian dia mencari, mengumpulkan sedikit demi sedikit rupiah. Tapi belum juga terkumpul sesuai dengan jumlah yang tantenya inginkan. Yunia berdecak, satu heelsnya menghentak keras membuat bunyi yang memekakan.

"Belum ada?! Apa kau bercanda Eve? Apa kau coba bermain- main denganku Eve!" Yunia berdiri dengan marah, menatap gadis yang menunduk tanpa berani menatapnya.

"Tidak Tante," bantah Evelyn cepat.

"Lalu apa?" Yunia mengangkat dagu, menatap Evelyn semakin tajam.

"Saya sudah memberi kamu waktu lebih, ini bahkan sudah lewat akhir bulan. Lihat tanggal berapa sekarang, dan kamu bilang belum ada?!" suara Yunia mulai meninggi.

"Kurang baik apa tante selama ini Eve, uang sebanyak itu tante bolehkan mencicil. Bahkan kemarin saya sudah kasih kamu waktu bebas satu tahun saat kamu berduka. Tapi kamu menyepelekan saya Eve! Begini balasan kamu!"

Suasana diruangan itu semakin panas. Menyesakan, membuat Evelyn kesulitan untuk sekedar berkata. Yunia benar-benar membuatnya bungkam. Dia tidak tahu bagaimana harus menjawab, dari mana dia harus mulai bicara.

"Maaf Tante, Eve akan usahakan. Tolong beri Eve waktu lagi." Evelyn mengangkat wajahnya, menatap Yunia yang juga menatapnya dengan gusar.

"Sampai kapan? Mau berapa lama lagi? Seminggu, dua minggu? Berapa lama lagi Eve?" Yunia menghentak napasnya kasar.

Lidah Evelyn kelu, lagi-lagi dia tak mampu menjawab. Tabungannya bahkan hanya tersisa dua ratus ribu, gaji terakhirnya dari kafe sudah ia gunakan untuk membayar sekolah kevin.

"Besok."

Mata Evelyn membeliak lebar, mendengar kata yang baru saja Yunia ucapkan. Wanita paruh baya dengan baju mahalnya itu menghela nafas panjang, melangkah pelan mendekati Evelyn.

"Tante tidak bisa terus- terusan seperti ini Eve, sudah tiga tahun. Seharusnya semua sudah selesai tahun lalu, tapi tante masih berbaik hati dan memperbolehkan kamu mencicil sedikit- sedikit."

Tangan Yunia menepuk pelan bahu keponakannya.

"Hidup kamu sudah susah, kenapa kamu masih memiih memelihara anak haram itu. Kenapa kamu tidak ikuti saran tante saja, berikan saja anak haram itu ke panti asuhan. Dan kamu bisa menikah dengan orang yang akan membuat hidupmu lebih baik.Kau akan bisa hidup layak seperti dulu, tante yang akan carikan jodoh buat kamu. Bagaimana?" Yunia tersenyum manis penuh makna.

Tatapan Evelyn berubah tajam, perlahan ia turunkan tangan Yunia dari bahunya. Seolah menepis semua tawaran mengiurkan yang wanita itu berikan.

"Tante mau uangnya besok kan? Saya akan berikan besok. Tanpa kurang sepeserpun!" Suara Evelyn beubah tegas.

"Namanya Cala jika Tante lupa. Dan dia bukan seperti apa yang Tante katakan," tukas Evelyn.

"Keras kepala!"

Tatapan keduanya beradu tajam, mempertahankan ego masing-masing.

"Saya tunggu besok, dan saya mau sekaligus untuk pembayaran bulan ini," ujar Yunia, lalu melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari Evelyn.

Tubuh Evelyn merosot lemah seketika, jatuh lunglai terduduk di dinginnya lantai. Tangan Evelyn menutup wajah pucatnya. Dua pembayaran sekaligus, itu berarti sepuluh juta rupiah. Dari mana dia dapat uang sebanyak itu dalam semalam. Ada yang ingin mengalir, tapi Evelyn tidak membiarkannya keluar. Sudah cukup dia menangis, tidak perlu lagi ada air mata. Sekarang dia hanya perlu berfikir bagaimana mendapatkan uang itu dalam waktu dua puluh empat jam dari sekarang.

Evelyn meraup oksigen lebih rakus,menoba memasok paru-parunya dengan lebih banyak udara baik. Dia mencoba berdiri, walau tubuhnya masih terasa lemas. Sejak tadi Evelyn berusaha terlihat kuat di depan Yunia, tapi nyatanya dia masih butuh banyak istirahat.

Sofa usang dan koyak itu menjadi tempat Evelyn bersandar. Wajahnya menengadah, menatap langi-langit.

Tring.

Ponsel Evelyn berdering, menandakan satu satu pesan masuk. Dengan segera ia mengambil ponsel dari saku. Mata Evelyn berbinar penuh harap membaca pesan di layar ponselnya.

1
Novi Manggala Qirani
Ku rasa Hail udah tau deh, Kalo cala bukan anak kandung nya
Novi Manggala Qirani
Semoga ga ada resiko apapun nanti nya ke fungsi paru² nya Evelyn, Kasihan banget.. mana belum nikah beneran lagi, apalagi anak
jimin park
syukur alhamdulillah, semuanya terbongkar...sekalipun raga tuan regan tidak bisa kembali...setidaknya nama nya bisa bersih dari orang" serakah seperti mereka..g nyangka serapi itu ternyata mereka menyembunyikan fakta...uda tau kan aka kenapa eyangmu minta kamu yg duduki perusahaan
Rysa
cie rumah berbentuk raga..eve ya....
yuk bisa bersihkan nama ayahnya eve..
riri
si Ruby gila banget sampai anak sendiri di jadi in uang...
Rysa
ya kan bbapakny eve gak salah...justru si ishak yg serakah...ayolah cakra tterim tawaran eyang...bbia orang" serakah itu mati kutu gak dapaetin perusahaan
Rysa
ada apa dengan papa indra..kenapa sakit dadakan
Rysa
iya deh buruan nikah biar kamu bisa melindungi eve secara total
riri
eve bukannya minta tolong malah pergi diam"
Al-rayan Sandi Syahreza
satu demi satu terbuka
Al-rayan Sandi Syahreza
memang benar kan salah satu dari orang terdekat papa nya sendiri,dan itu jadi pukulan telak yg menghantam papa Indra
Al-rayan Sandi Syahreza
ko sakitnya tiba2 gitu kira2 ada sabotase nggak di balik semua ini
Zahra Nisa
hail jangan nyalah diri seniri kamu ga tau apa apa
Al-rayan Sandi Syahreza
sweet nya mereka bikin ngiri
Sahidah Sari
akhirnya hail bisa menyatakan semua nya pada Evelyn siapa dalang penggelapan dana perusahaan dan bukan ayah nya pelaku dr semua itu .moga aja hail bisa membersihkan nama baik pak Regan.
Anita♥️♥️
gilaaa keluarga Hendrawan yang terkenal terhormat,ternyata oh ternyata
Puput Assyfa
walaupun menyakitkan kebenaran akhirnya terungkap juga terbukti siapa yg bersalah
Puput Assyfa
sedih, akhirnya kebenaran terungkap juga siapa yg sudah bersalah selama ini.
Puput Assyfa
pasti ada yg terjadi karena pak indra tiba2 sakit
Fitri Herra
.kehadiran,sayang,cinta dan perhatian Hail sudah cukup utk Eve mungkin bukan krna dia tidak marah kecewa ataupun gk sayang papanya tapi dia ingin coba berdamai dgn smuanya toh papanya juga sdh tiada dan berharap smua akan baik2 aja pda waktunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!