NovelToon NovelToon
Mas Dosen, Ayo Cerai!

Mas Dosen, Ayo Cerai!

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: za.zhy

Nala Purnama Dirgantara, dipaksa menikah dengan Gaza Alindara, seorang Dosen tampan di kampusnya. Semua Nala lakukan, atas permintaan terakhir mendiang Ayahnya, Prabu Dirgantara.

Demi reputasi keluarga, Nala dan Gaza menjalani pernikahan sandiwara. Diluar, Gaza menjadi suami yang penuh cinta. Namun saat di rumah, ia menjadi sosok asing dan tak tersentuh. Cintanya hanya tertuju pada Anggia Purnama Dirgantara, kakak kandung Nala.

Setahun Nala berjuang dalam rumah tangganya yang terasa kosong, hingga ia memutuskan untuk menyerah, Ia meminta berpisah dari Gaza. Apakah Gaza setuju berpisah dan menikah dengan Anggia atau tetap mempertahankan Nala?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon za.zhy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15. Dani dan Zanna

Zanna baru saja ingin masuk ke dalam mobilnya saat tangannya ditarik paksa oleh seseorang. Seseorang yang dari tadi mengikutinya dari ruang perawatan Nala hingga saat ini ia sendirian di parkiran.

“Kak Dani?” Zanna terkejut, ia tak siap hingga langkahnya tertatih saat Dani menariknya hingga ke dalam mobil miliknya.

“Zanna…” gumam Dani setelah meminta perempuan itu duduk di kursi penumpang.

Zanna hanya membeku, ia tak menyangka Dani menunggunya. Ia sudah sebisa mungkin menghindar dari pria itu tapi tetap saja, pria yang terlihat berwibawa ini masih memiliki sifat keras kepala yang sangat buruk.

“Ada apa?” tanta Zanna setelah keduanya diam cukup lama.

Dani diam, ia meneguk ludahnya kasar. Jantungnya berdegup kencan, akhirnya ia bisa berdua lagi dengan wanita yang selama ini mengusik pikirannya.

“Apa kabar?” tanya Dani dengan suara bergetar karena gugup.

“Baik.” Zanna menajawan sesingkat mungkin, masih kaget dan tak percaya ia kembali ke momen dimana ia dan Dani bisa duduk berdua lagi.

Dani menangguk, banyak hal yang ia ingin tanyakan. Tapi seolah semuanya menghilang dari kepalanya.

“Kamu makin cantik!” Dani sedikit berbisik, tapi terdengar lirih di telinga Zanna.

“Sudah lama, aku kira Kak Dani lupa.” Zanna berusaha bersikap tenang, tapi sepertinya ia tak bisa. Jemarinya bahkan terasa dingin.

“Gak, aku gak akan lupa.” Dani menjawab dengan tegas. 

Zanna hanya mengangguk, ia tak tau harus menanggapi bagaimana. Dani adalah cinta monyetnya. Bahkan dulu saat Zanna berusia sepuluh tahun ia mengungkapkan perasaannya pada Dani yang saat itu sudah berusia delapan belas tahun. Sungguh cinta monyet yang sangat memalukan jika Zanna harus mengingatnya lagi.

“Kak…” Zanna mengabaikan semua rasa masa lalunya, ada yang jauh lebih penting yaitu Kakaknya dan Nala.

“Hem…” Dani terus memandang wajah cantik Zanna, selalu cantik sejak dulu.

“Tentang Nala…” Zanna sengaja menjeda, ia melihat senyum di bibir Dani seketika lenyap.

“Apa Nala menemui Kakak?” tanya Zanna sedikit takut.

Dani kembali tersenyum. “Hem…” Dani menangguk pelan.

“Boleh aku tau, apa tujuan Nala menemui Kakak?” tanya Zanna lagi.

Dani diam, ia memalingkan wajahnya menghindari tatapan Zanna. 

“Kak…” panggil Zanna pelan.

Dani menarik nafas panjang. Ia melirik Zanna yang masih menanti jawaban darinya.

“Maaf, sepertinya kamu lebih tahu tentang itu. Mengenai tujuan Nala menemuiku, aku gak bisa beritahu saat ini. Kami, harus menjaga rahasia klien kami.” 

“Tapi ini penting, Kak,” desak Zanna.

Dani mengetuk ujung jarinya pada kemudi mobil seolah menimbang apa dia akan menuruti permintaan Zanna atau tetap bersikap profesional. bagaimanapun, Zanna sudah menebak dengan benar tadi, lalu untuk apa lagi gadis itu bertanya.

“Ada banyak hal yang harus kita bahas, Na.” Suara Dani tak lagi selembut tadi, ada ketegasan di dalamnya.

Zanna segera memalingkan wajahnya, sepertinya ia belum bisa menggali informasi yang ia butuhkan. 

“Kak, mengenai masa lalu, aku terlalu kecil saat itu. Sepertinya Kakak gak perlu menganggap itu sesuatu yang serius.” Zanna berbicara cukup hati-hati.

Bohong jika Zanna biasa saja saat melihat Dani, pria yang selalu ia kagumi sejak usia kanak-kanannya itu masih sama, tampan dengan hidung mancung dan alis tebalnya. Zanna sangat menyukai hidung pria itu, menyerupai aris Sharukhan idola Nenek Puspa.

“Oh seperti itu, berarti aku harus memulai lagi dari awal. Baiklah,” ucap Dani sambil mengangguk pelan.

“Maksudnya, Kak?” tanya Zanna.

“Aku antar kamu pulang, mobilmu biarkan saja.” Dani mengambil keputusan sendiri, ia mengabaikan Zanna yang berniat protes tapi memilih bungkam saat mobil Dani melaju meninggalkan area parkiran rumah sakit.

***

Nala terus menatap wajah Gaza yang terlelap sambil menyandarkan kepalanya di sisi tempat tidur Nala. Kamar rawat Nala bahkan disiapkan sofa bed yang bisa Gaza gunakan untuk berbaring, tetapi pria itu memilih tidur dengan posisi duduk.

Nala tau suaminya ini tidur sembari membawa lelahnya, dari siang tadi Gaza selalu membantu Nala dalam banyak hal, bahkan Nala tak melihat Gaza makan sedikitpun hingga tanpa sadar terlelap di samping Nala.

Tangan Nala bergerak pelan, ia menyentuh hidung Gaza, suaminya bahkan tak terusik sedikitpun.

“Aku pengen liat wajah kamu tiap malam, Mas. Tapi sepertinya gak akan bisa, kita akan berpisah sebentar lagi,” ucap Nala dengan suara sedikit berbisik.

Tangannya perlahan berpindah, ia mengelus pelan rambut tebal milik Gaza. Mungkin tak akan lama lagi, raga pria ini tak akan bisa ia sentuh, baik secara diam-diam seperti ini atau saat sedang bersandiwara.

“Maaf jika bersamaku kamu gak bahagia, setelah ini kejar cinta Kak Anggia. Kalian berhak bahagia. Aku berhenti menjadi penghalang untuk kalian lagi.” 

Suara Nala bergetar, entah kenapa hatinya terasa sesak. Sebanyak apapun Gaza menyakitinya, sebanyak itu pula cintanya tumbuh. Gaza bukan pria yang jahat, hanya saja pria tak menyisakan ruang untuk mencintai Nala.

Nala berusaha menepis semua perih di hatinya, ia memilih memejamkan matanya. Ucapan Dani tak ada yang salah, masalahnya dan Gaza di mata hukum ataupun  orang sekitar bukanlah masalah yang besar, tapi Nala menjalani selama setahun bersama Gaza. Ia merasa menjadi orang jahat sebab memaksa Gaza untuk ada di sisinya. 

“Kamu bisa Nala, semangat!” gumam Nala kemudian memaksa dirinya untuk masuk ke alam mimpi. Ia harus cepat sembuh.

Tanpa Nala sadari, Gaza mendengar semuanya. Ia tak benar-benar terlelap. Sedikit saja pergerakan Nala berhasil menariknya dari tidur lelapnya. Ia takut Nala membutuhkannya, tapi yang ia dengar justru ungkapan Nala.

Lama Gaza diam dengan posisinya, hingga ia yakin Nala sudah terlelap. perlahan ia menggerakan tubuhnya yang sedikit pegal karena berada dalam posisi yang tidak nyaman dalam waktu lama.

Bahan dalam lelapnya pun Nala masih menyimpan bebannya, sesekali dahinya berkerut seolah sedang memikirkan sesuatu.

Gaza menyentuh dadanya, ada nyeri yang perlahan menyusup mengisi hatinya. Ia tak mau Nala pergi, tapi untuk mencintai Nala ia belum siap. 

“Rasa tak nyaman ini apa? Apa hanya sekedar rasa takut karena aku sudah terbiasa melihat kamu di sisiku.” Gaza menyentuh pipi Nala dengan jari telunjuknya. 

Wajah Nala masih pucat, bibirnya terlihat kering seolah sakit yang dialami bukan hanya keracunan makanan. Ada kelelahan yang terlihat, tapi bukan dirasakan oleh fisik Nala. 

Gaza merasa ia harus mengambil keputusan penting. Nala dan reputasi keluarga harus dipertahankan. Ia harus tetap pada komitmennya untuk menikah hanya sekali, tak ada perpisahan karena perceraian, hanya kematian yang bisa memisahkannya dirinya. Mengenai cinta, mungkin perlahan bisa ia hadirkan. Masa lalu harus benar-benar ia tinggalkan.

***

Tidur lelap Gaza terganggu saat mendengar keributan dari kamar mandi. Hari sudah pagi. Ia melihat ke tempat tidur, Nala tak ada di sana. Sudah bisa ditebak siapa yang ada di kamar mandi. Suara Nala muntah kembali terdengar membuat Gaza berlari ke kamar mandi.

“Kenapa gak bangunin aku?” tanya Gaza saat melihat Nala memegang cairan infus dan menusuk di wastafel.

Nala menggeleng, ia tak bisa menjawab, perutnya kembali mual dan muntah. Gaza mendekat, ia mengambil alih cairan infus Nala dan mengusap pelan punggung Nala.

“Kepala aku pusing,” keluh Nala, Ia menarik ujung baju Gaza.

Gaza dengan sigap menahan tubuh Nala yang nyaris terjatuh. Ia membawa Nala kembali ke tempat tidur dan mengambil wadah agar Nala tak perlu turun saat ingin muntah.

Baru saja Gaza ingin memanggil dokter pintu ruang terbuka. Dokter Reza dan Anggia masuk secara bersamaan.

“Selamat pagi, Nala.” Dokter Reza menya sembari memperhatikan kondisi Nala.

“Kenapa? Habis muntah?” tebak Anggia saat melihat wajah Nala.

“Iya habis muntah.” Gaza yang menjawab. 

“Saya izin periksa sebentar.” Dokter Reza mengeluarkan stetoskopnya.

Anggia membantu menyibak sedikit baju Nala memberi akses Dokter Reza untuk memeriksa kondisi adiknya. 

Gaza merasa aneh saat melihat wajah Reza sangat dekat dengan Nala, apa memang harus seperti itu. Ia mendekat dan menggenggam tangan Nala seolah memberitahu bahwa Nala adalah miliknya.

Nala melirik saat merasakan Gaza menyentuh tangannya. Ia memberi kode seolah bertanya kenapa Gaza tiba-tiba bersikap demikian. Gaza memalingkan wajahnya, ia tak mau ditanya mengenai apapun saat ini.

“Sepertinya Nala harus lebih lama lagi di rawatnya. Melihat gejala yang dialami semakin parah dan Nala masih sedikit demam.” Reza tanpa sadar menyentuh kening Nala untuk mengukur suhu tubuh perempuan itu.

“Dok, ini…” Gaza menyerahkan termometer. “Lebih akurat.” Gaza menatap Dokter Reza seolah sedang mengawasi dokter muda tersebut.

Reza tersenyum lebar, ia tahu Gaza sedang cemburu. Ia melirik Anggia yang sedang membersihkan wajah Nala.

“Anggia…” panggil Reza. “Adik kamu memang mirip seperti dirimu, sangat cantik,” puji Reza berhasil membuat Anggia terkejut.

Nala tersenyum lebar, ia melirik Anggia yang kini memalingkan wajahnya ke arah lain. Berbeda dengan Gaza, pandangan pria itu jelas memperlihatkan kecemburuan.

“Mas Gaza bahkan cemburu saat Dokter Reza memuji Kak Anggia,” gumam Nala dalam hati.

Nala melihat Anggia yang berdiri tak jauh dari Gaza. Keduanya memang serasi, tampan dan cantik. Berbeda dengan dirinya yang bahkan belum lulus kuliah. Ia tak tahu masa depannya seperti kelak. Sepertinya, Nala kehilangan rasa percaya dirinya.

1
Agunk Setyawan
👍
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
kalea rizuky
bertele tele mau cerai ya gugat ke pengadilan agama alasannya uda g cocok g ada nafkah batin bilang aja suami mu masih suka kakak mu selingkuh secara gak langsung alias sembunyi2
partini
wih siang udah up ,,nek gimana mau dapat cicit orang mereka aja belum belah duren ,,ayo nek gercep
DewiKar72501823
author nya the best 👍🏻
partini
nafkah batin weh. ayo kalau kamu mau merek ga cerai cari cara dong biar ga jadi pasti tau lah dengan sedikit bubuk pasti bisa malam pertama
TRI FAA
ribet thorr,,coba drama ny d buat agar mreka sling mncintai😄
Reni Anjarwani
semanggat doubel up trs thor
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
bagus bgt ceritanya
Wayan Sucani
Kisahnya keren... yuk lanjutannya Thor
kalea rizuky
ngapain bertahan pasangan selingkuh mereka itu
kalea rizuky
egois bgt ajuin cerai kn bisa jangan goblok mertuamu aja suka ma kakak mu kan kakakmu jg lagaknya kayak pelakor munafik suamimu jg bloon
kalea rizuky
)cari pcr aja beres nala
Mundri Astuti
tuh Gaza, mang kamu doang yg tampan, Nala dikelilingi cogan", rasain cembokur cembokur dah
partini
aduh pak dosen wkwkwkk itu baru meeting sebelum KKN kalau dah KKN apa kamu bisa tidur teringat banyak cogan yg bersama istri mu
Mundri Astuti
mang aneh si, kesannya ada maksud lain dan ngga tulus
partini
terlalu cepat perubahan nya pasti rasanya aneh,,gaza jg belum menyadari rasa di hatinya kalau terbakar cemburu mungkin baru sadar dia menunggu part di mana Nala KKN
partini
ga usah ada rencana nanti jg ada sendri bukannya nanti mau KKN banyak cogannyan otomatis banyak interaksi kalau Gaza tau pasti cemburu
partini
good story
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!