Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.
“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.
Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Artha menatap Dewi yang sedang asik mengagumi pemandangan indah di langit. Saat ini keduanya sedang duduk berdua di balkon kamar Dewi.
Sesaat Artha menatap benda yang tergantung di atas pintu kamar balkon Dewi. Benda yang di pasang oleh Sita, ibu Dewi.
Artha menghela napas. Jika saya Sita bukan ibu kandung Dewi, mungkin Artha sudah memusnahkan nya. Artha tidak bisa menerima niat buruk wanita itu yang ingin memisahkannya dengan Dewi. Namun karena posisi Sita adalah ibu kandung Dewi, Artha pun tidak mungkin menyingkirkan nya dari kehidupan Dewi. Artha tau Dewi sangat menyayangi Sita, ibunya.
“Artha...”
Artha langsung menoleh pada Dewi. Dia menatap Dewi dengan tatapan lembut nya.
“Aku nggak nyangka banget bisa ketemu lagi sama Kayla. Bahkan sekarang kami bisa pergi berdua. Jalan jalan cari komik edisi terbaru kesukaan dia. Terus cerita cerita banyak hal yang kita berdua lewati selama kita tidak bertemu.” Senyum bahagia Dewi bercerita tentang apa yang siang tadi di lakukan nya dengan Kayla, sahabatnya dari SD.
“Itu wajar. Kalian masih tinggal di kota yang sama. Sebagai teman dekat rasanya justru akan sangat aneh kalau tidak pernah bertemu hanya karena beda sekolah.”
Ucapan Artha membuat Dewi langsung berubah ekspresi. Senyum yang sejak tadi menghiasi bibirnya mendadak sirna. Apa yang di ucapkan Artha memang benar.
“Benar juga. Itu artinya Kayla nggak butuh aku setelah hari itu? Dia bahkan tidak menelepon ku.” Dewi langsung merengut. Rasanya Dewi baru saja jatuh dari ketinggian setelah terbang.
Artha menghela napas.
“Bukannya kamu juga nggak pernah menghubungi dia? Kalian berdua sama sama sibuk dengan kehidupan dengan kehidupan masing masing. Itu manusiawi.”
Dewi melirik Artha dengan wajah merengut. Ucapan Artha kembali betul. Dan artinya Dewi juga salah karena melupakan teman baik.
“Sudahlah jangan di pikirkan. Bukannya sekarang sudah bertemu bahkan pergi berdua. Semuanya pasti bukan kebetulan.” Tidak mau Dewi sedih, Artha mencoba untuk menghibur. Pria itu juga sebenarnya hanya asal bicara saja karena pikirannya sedang kacau sekarang.
Dewi tampak berpikir sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya setuju. Semua yang ada di dunia ini tidak melulu hanya karena kebetulan.
“Disini mulai dingin. Angin malam tidak baik untuk kesehatan kamu. Masuklah, sudah waktunya istirahat.” Kata Artha kemudian.
Dewi tersenyum dan menganggukkan lagi kepalanya.
“Jangan pergi sebelum aku tidur dengan nyenyak.” Pinta Dewi menatap Artha.
“Hem.. Pasti.” Jawab Artha mengangguk pelan.
“Oke kalau begitu aku masuk ya...”
Artha hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Pria itu terus menatap Dewi yang mulai melangkah masuk ke dalam kamarnya. Artha sudah bersumpah akan terus melindungi Dewi selamanya. Artha tidak ingin kehilangan Dewi untuk yang kedua kalinya.
Saat sudah sampai di ambang pintu balkon, Dewi kembali menoleh pada Artha. Senyuman manis kembali terukir di bibir Dewi. Meski hari ini Dewi tidak selalu bersama Artha, namun Dewi tetap merasa bahagia karena di akhir cerita hari ini sebelum dirinya menutup mata Artha selalu berada disampingnya.
Artha kembali menganggukkan kepalanya memberikan isyarat pada Dewi agar segera masuk ke dalam kamar dan beristirahat.
Dewi tersenyum lebar memperlihatkan giginya yang rapi. Setelah itu dia benar benar masuk ke dalam kamar, naik ke atas ranjang kemudian mencoba untuk memejamkan kedua matanya.
Sedangkan Artha, dia kembali menatap langit penuh bintang. Pikirannya kembali fokus pada permasalahan yang mengganggu hubungan nya dan Dewi. Artha tidak menyangka bahwa tindakan nya justru berakibat mengancam keselamatan Dewi.
“Maafin aku Wi.. Seharusnya aku sedikit lebih bersabar dulu..” Gumam Artha menghela napas.
Cukup lama Artha berdiri di balkon kamar Dewi. Setelah memastikan Dewi benar benar terlelap, Artha pun kembali ke istana langit. Namun sebelum itu Artha lebih dulu memasang pagar pelindung di rumah Dewi agar keselamatan Dewi juga kedua orang tua terjaga selagi Artha tidak berada di sana.
*****
Istana langit.
“Yang mulia..”
Artha baru saja sampai saat tiba tiba seorang yang sangat dia percaya di istana menghampirinya. Brama namanya.
“Ada apa?” Tanya Artha langsung. Artha yakin ada suatu hal yang hendak di sampaikan oleh orang kepercayaan nya sekarang.
“Hamba ingin mengatakan sesuatu yang penting. Tapi hamba pikir tidak tepat jika hamba membicarakan nya disini.”
Artha mengernyit. Dia menatap tangan kanannya sesaat sebelum akhirnya melangkah kan kakinya mendahului menuju kamarnya.
Begitu sampai di kamar Artha, Brama meminta agar Artha mengunci pintu dan memastikan tidak ada yang bisa mendengar pembicaraan mereka. Artha yang sangat percaya pada Brama menuruti saja kemauan tangan kanannya itu.
“Katakan.” Perintah Artha.
“Mohon maaf jika hamba lancang yang mulia. Ini semua berhubungan dengan Raja dan permaisuri Agung.”
Kedua mata Artha melebar sesaat. Namun Artha tetap bisa tenang.
“Hamba menemukan sesuatu di gua taman langit.” Brama mengeluarkan sesuatu dari jubahnya dan menunjukkan pada Artha.
Artha menatap gelang pelindung milik Permaisuri Agung yang tidak lain adalah ibu kandungnya. Artha meraih gelang itu dan menatapnya dengan serius.
“Hamba menemukan nya di bawah bebatuan saat hamba sedang mengecek kemanan yang mulia. Hamba rasa gelang pelindung itu sengaja di sembunyikan oleh ratu agung sebelum kepergiannya.”
Artha memejamkan sesaat kedua matanya. Memikirkan ibunya membuat dadanya tiba tiba sesak. Artha kembali mengingat bagaimana tragisnya kepergian ibu juga ayahnya. Bahkan jiwa mereka hancur yang membuat keduanya tidak bisa bereinkarnasi.
“Apa itu artinya pelaku itu menyusup masuk ke istana dan sengaja menculik ayah dan bunda?”
“Mohon maaf yang mulia. Mungkin jawabannya tidak sesimpel itu.”
Artha menoleh pada Brama. Pikirannya kembali bekerja. Artha tau bagaimana hebatnya ayah juga ibunya. Mereka berdua bahkan mempunyai kekuatan yang akan sangat kuat jika bersatu. Bahkan raja iblis saja tidak bisa mengalahkan mereka berdua.
“Kalau begitu selidiki diam diam. Aku yakin salah satu penghuni istana langit tau tentang peristiwa itu.”
“Baik yang mulia.”
Setelah pembicaraan serius itu, Brama pun pamit undur diri dari hadapan Artha. Dan sepeninggal Brama Artha kembali memperhatikan gelang pelindung milik bundanya. Gelang itu bahkan lebih sakti dari pusaka istana langit. Gelang itu juga yang selalu melindungi ayahnya dulu saat peperangan.
“Bunda.. Semuanya memang tidak sesederhana itu. Kalian, bahkan istriku seperti memang sengaja di singkirkan dengan keji dari istana.” Batin Artha.
Artha kemudian menyimpan gelang tersebut di tempat yang tidak semua penghuni istana bisa menemukan nya. Pria itu semakin yakin bahwa memang segala sesuatu yang terjadi dulu adalah rencana jahat yang bertujuan untuk menguasai istana langit. Artha bahkan yakin dirinya sedang menjadi incaran selanjutnya untuk di singkirkan.
“Siapapun kamu, aku akan memusnahkan kamu dengan tanganku sendiri.” Gumam Artha penuh emosi.
TBC