Di tindas dan di hujat dengan tuduhan yang tidak nyata, membuat Errina Devina, sosok istri yang penurut berubah menjadi istri yang pemberontak.
Pernikahan yang mereka bina selama enam tahun harus kandas karena pihak ketiga. Azka Rayanza awalnya sosok suami yang bertanggung jawab, tetapi semua kandas setelah kematian sang papa.
Tidak terima dengan tuduhan keluarga suami yang mengatakan jika dia telah berselingkuh, maka Erinna memutuskan untuk menjadikan tuduhan keluarga suaminya menjadi nyata.
"Ibu tuduh aku selingkuh di balik penghianatan putra ibu. Maka! jangan salahkan aku menjadikan tuduhan itu menjadi nyata."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TKS 17
Erinna menatap bangunan mewah di depannya dengan tatapan kagum. Bangunan kokoh itu menjulang tinggi, bahkan jauh lebih besar dari perusahaan tempat dia bekerja sewaktu gadis dulu, jadi sudah bisa di bilang jika perusahaan itu jauh lebih besar dari perusahaan orang tua Bella. Sudah di pastikan pemilik perusahaan di depannya itu sangat kaya, andai pemilik geduk itu laki-laki, Erinna ingin mencoba untuk menggodanya. Mana tahu nanti dia jadi nyonya besar yang mengalahkan Bella. Ha, khayalan wanita itu ternyata tinggi juga.
Dia perlahan melangkahkan kakinya memasuki gedung itu, dia menatap kagum setiap ruangan yang dia lewati, dia juga menatap para karyawan yang sibuk berlalu lalang dengan penampilan yang begitu modis. Para karyawan wanitanya juga, sangat cantik dengan balutan baju seksi yang begitu menggoda. Erinna saja yang seorang wanita tidak bisa berkedip melihat kecantikan para pegawai itu.
Erinna perlahan memperhatikan penampilannya yang berbeda sangat jauh dari para karyawan wanita itu. Tentu nyalinya langsung menciut dalam seketika, mana mungkin dia bersaing dengan para karyawan cantik itu. Sudah di pastikan dia pasti kalah sebelum melangkah. "Sadar Erinna, tujuanmu di sini untuk bekerja. Jadi tidak perlu berkhayal hal yang tidak mungkin."
"Kamu Erinna, yang melakukan interview hari ini?" tanya seorang pria paru baya menyadarkan lamunan Erinna.
"Eh! Ia, Pak." Erinna langsung menunduk hormat melihat kehadiran pria itu.
"Ayo ikut aku." Pria itu langsung bergegas membawa Erinna ke ruangan CEO, peraturan di perusahaan itu memang cukup ketat, siapa sja yang ingin mendaftar di perusahan itu harus melewati seleksi dari sang CEO secara langsung, jadi tidak ada istilah saudara ataupun kerabat para pejabat yang ada di sana.
Erinna hanya mengangguk patuh lalu mengikuti langkah pria itu yang berjalan di depannya, walau beberapa kali hampir terjatuh karena high heels yang ia kenakan, tetapi wanita itu tetap berusaha untuk profesional. Walaupun dia terus mengumpat di dalam hati karena menyesal mengunakan high heels itu. Namun, dia merasa hanya itu yang pantas ia kenakan untuk datang ke perusahaan besar seperti itu, tidak mungkin dia mengunakan sendal jepit yang biasa ia kenakan saat bepergian.
Langkah mereka terhenti di depan sebuah ruangan. Erinna menatap pintu mewah yang tertutup rapat itu dengan tatapan penuh harapan, dia berharap saat masuk melewati pintu itu, dia tidak akan keluar dengan kekecewaan. Dia perlahan membuang napasnya kasar sambil berusaha mengatur detak jantungnya yang terus berdetak tidak karuan.
"Silahkan masuk!" ucap pria itu membukakan pintu untuk Erinna. Erinna hanya mengangguk patuh lalu melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu.
"Erinna!" ucap pria itu menghentikan langkah Erinna, wanita itu menoleh ke belakang sambil mengerutkan keningnya bingung.
"Ada apa, Pak?"
"Jika kamu ingin bekerja di sini, jaga sikapmu saat bicara dengannya. Tuan muda sangat membenci wanita, dia bukanlah pria yang mudah di dekati. Jadi, jaga ucapan dan sikapmu saat bicara dengannya. Pakaianmu sudah tertutup, jadi tidak akan masalah."
Erinna penampilannya dengan bingung, memang dari semua karyawan yang dia lihat, pakaiannya sangat sopan. Dia mengunakan kemeja putih dan juga rok hitam dibawah lutut, jadi tidak terlihat memamerkan postur tubuh sedikitpun.
"Baik, Pak," ucap Erinna tersenyum.
Erinna mencoba menarik napasnya lalu melangkahkan kakinya memasuki ruangan itu. Dia menatap ruangan itu dengan penuh kekaguman, sangat luas dan juga rapi, terlihat hiasan mewah tertata rapi yang menciptakan ketenangan saat memasuki ruang itu. Hingga akhirnya mata Erinna menatap sosok pria yang duduk di kursi sambil menatap ke arahnya. langkahnya langsung terhenti, seakan kakinya begitu berat hingga tidak bisa melangkah lagi. Dia menatap pria itu duduk bersandar sambil tersenyum kearahnya.
"Selamat datang, Baby. Ternyata kamu datang tanpa harus aku jemput." Pria itu tersenyum sambil menatap tubuh Erinna dengan tatapan nakal.
"Ma_maaf, Tuan. Sa_saya tidak tau jika perusahaan ini milik, Tuan. Saya datang hanya ingin mencari pekerjaan, tidak ada yang lain." Erinna menunduk ketakutan, dia sama sekali tidak punya keberanian untuk menangkat kepalanya.
Ada rasa malu dan juga takut yang datang menguasai dirinya. Malu, ya tentu dia merasa sangat malu, dia telah menawarkan diri kepada pria itu, hingga akhirnya mereka menghabiskan malam panjang bersama. Takut, Erinna takut jika pria itu menganggap dirinya wanita kotor dan menolak lamarannya.
Jika itu terjadi, bagaimana nasibnya nanti? sudah begitu banyak lamaran pekerjaan yang dia masukkan kesana-kemari, tetapi hanya perusahaan itu yang memangilnya untuk melakukan interview. Bukan hanya itu, perusahaan itu adalah perusahaan besar, tentu gajinya lumayan besar. Dia pasti akan rugi besar jika tidak jadi bekerja di tempat itu, kapan lagi dia mendapatkan kesempatan emas seperti ini. Namun, harapannya langsung kandas ketika mengingat kebodohannya waktu itu.
Pria itu hanya tersenyum menatap Erinna, dia bangkit dari duduknya lalu melangkahkan kakinya mendekati wanita itu. Mendengar suara langkah pria itu, jantung Erinna langsung berdetak lebih kencang. Keringat mulai membasahi kening dan juga telapak tangannya, dia memeluk erat berkas yang ada di tangannya sambil memejamkan mata ketakutan.
"Aku punya pekerjaan besar untukmu, apa kamu mau melakukannya?" tanya Yoga membelai lembut rambut Erinna.
Mendengar ucapan pria itu, Erinna langsung membuka matanya lalu menatap Yoga dengan tatapan yang tidak bisa di artikan. "Maaf, Tuan. Sa_saya hanya ingin bekerja di perusahaan ini, tidak untuk yang lain."
Yoga tersenyum inis mendengar ucapan Erinna, dia membelai bibir wanita itu dengan ibu jarinya sambil berusaha mengatur deru napasnya yang tidak karuan. Dia menatap bibir mungil itu dengan tatapan penuh hasrat, sepertinya bibir itu sudah menjadi candu untuknya. ''Jadilah kekasihku, maka aku akan membantumu membalas perbuatan mereka."
Bersambung....
si Azka serakah kamu sakit hati merasa dikhianati terus gimana dengan Erina sendiri saat kamu bilang mau nikah lagi perasaanmu sekarang gak bedanya dengan apa yang Erina rasakan cowok begooooo ... gemes 😬😬
tapi ternyata semua di luar ekspektasi 😜😜