Menaklukkan Iblis

Nalyssa tinggal di rumah sepanjang pagi, merasa bosan. Sasaran utamanya tidak ada di sekitar. Ia dihukum setelah apa yang dilakukannya pada Richard. Richard melarangnya untuk tidak mendekati atau mendekatinya. Ia juga dilarang untuk pergi ke kamarnya lagi.

Untungnya, William ada di sana sehingga Richard tidak terlalu memarahinya. Setelah sarapan bersama William, ayah dan anak itu berangkat bersama-sama– yang satu pergi ke sekolah dan yang satu lagi pergi bekerja.

Nalyssa merasa seperti tidak terlihat di rumah. Tidak ada yang berbicara padanya kecuali kepala pelayan. Semua orang mengabaikan kehadirannya. Mereka membencinya, mengira bahwa dia ada di sana untuk menggantikan Madam Kimberly mereka.

Para pelayan sangat dekat dengan Kimberly. Kesetiaan mereka hanya untuknya. Mereka juga sangat terpengaruh oleh kepergiannya tiga tahun lalu. Mereka masih tidak percaya bahwa Nyonya Rumah telah tiada.

Namun Nalyssa tidak peduli dengan pendapat dan kesan mereka terhadapnya. Yang harus dilakukannya hanyalah mendapatkan kasih sayang Richard. Namun tugas ini adalah misi tersulit yang pernah ia hadapi selama dua puluh tujuh tahun hidupnya.

Mengingat kesalahannya terhadap Iblis itu, Nalyssa tahu bahwa ia harus menebus kesalahannya dan meminta maaf dengan benar. Ia tidak bermaksud mengganggu. Ia memiliki niat baik untuk masuk ke kamarnya. Hanya saja tidak ada yang memberitahunya bahwa itu adalah aturan Iblis untuk tidak membiarkan orang asing masuk ke kamarnya.

"Nona Lyssa, Anda baik-baik saja?" tanya Paman Leo saat menyadari Nalyssa tengah asyik berpikir.

"Paman Leo, tahukah kau apa makanan kesukaan Tuanmu? Aku berencana untuk mengikuti saranmu, menyiapkan beberapa kotak makan siang untuk Richard dan William. Aku ingin meredakan amarahnya kepadaku melalui ini."

Paman Leo terdiam sejenak. Ia mengusap dagunya seolah sedang memikirkan makanan kesukaan Richard. Semenit kemudian, paman Leo hanya bisa tersenyum canggung dan berkata, "Maaf, Nona Lyssa. Saya rasa Anda harus bertanya pada Chef Albert. Dia selalu bertanggung jawab atas makanan Tuan."

Nalyssa buru-buru berdiri, melangkah menuju dapur. Dia tinggal selangkah lagi dari pintu masuk dapur ketika dia berhenti sejenak dan meminta bantuan paman Leo.

"Paman Leo, aku tidak bisa keluar. Bisakah kau membantuku membeli bahan-bahan nanti?"

Paman Leo menganggukkan kepalanya dengan penuh semangat sambil mengacungkan ibu jarinya. "Tentu, Nona Lyssa. Katakan saja apa yang Anda butuhkan, saya akan membelinya untuk Anda."

Nalyssa tersenyum padanya, menatapnya penuh rasa terima kasih. Ia berbalik dan memasuki dapur. Chef Albert dan asistennya tengah menyiapkan beberapa bahan saat ia tiba.

"Chef Albert, saya akan menyiapkan makan siang untuk Richard dan William. Biar saya saja!" Nalyssa mengatakannya dengan nada memerintah, membuat Chef itu merasa kesal. Dia bahkan tidak berkonsultasi atau meminta izin kepada Chef Albert.

Dibandingkan dengan kesopanannya terhadap Kepala pelayan, Nalyssa bersikap dingin dan acuh tak acuh terhadap Chef Albert karena dia bisa merasakan permusuhan yang dimilikinya terhadapnya. Namun, dia tidak punya pilihan selain bertanya kepada Chef ini tentang makanan kesukaan Richard.

"Apa makanan kesukaan Richard?" tanyanya langsung pada Chef Albert. "Aku akan memasaknya untuknya."

Chef Albert sudah geram dengan sikap arogannya. Namun, dia berusaha menyembunyikan rasa tidak senangnya karena dia sudah memikirkan rencana untuk menghukumnya.

Para asisten hanya bisa melihat keduanya dalam diam di sudut. Mereka tahu bahwa Chef Albert membenci wanita ini. Mereka bertanya-tanya apakah Chef Albert benar-benar akan membiarkan wanita ini menggunakan wilayahnya (Dapur) untuk menyajikan makanan bagi Tuan mereka.

"Karena kau mencari masalah, maka aku akan memberikannya padamu. Salahkan dirimu sendiri untuk ini." Chef Albert berpikir dalam hati, menyeringai jahat.

Chef Albert menoleh ke lemari baja, mengambil sesuatu dari dalam laci. Kelihatannya seperti buku resep. Ia membalik halaman dan berhenti pada menu tertentu. Ia menaruhnya di atas meja di depan Abigail.

"Ayam Saus Kacang dan Salad Mie Udang dan Kari ini… Cobalah masak ini untuk Tuan Richard. Ini favoritnya."

Nalyssa menunduk, mengalihkan perhatiannya ke buku resep. Menu hidangannya tidak familiar baginya, tetapi dia bisa mengikuti petunjuk dalam buku resep. Dia mengambilnya dan mengucapkan terima kasih kepada Chef Albert.

Namun sebelum dia pergi untuk menanyakan bahan-bahan kepada paman Leo, Chef Albert berbicara lagi.

"Apa kau pikir kau bisa memasak ini? Tuan Richard hanya bisa makan makanan buatan rumahan yang aku masak." Chef Albert mengangkat alisnya, meremehkan Nalyssa. Dia bersikap sarkastis terhadapnya. Namun, Nalyssa tidak terpengaruh oleh perilaku kasarnya. Ia tidak peduli padanya.

"Siapa peduli kalau dia tidak menyukaiku? Dia bukan orang yang ingin kurayu di sini. Aku hanya perlu menundukkan Tuannya."

Sambil mengangkat dagunya untuk menatap matanya, Nalyssa mencibir pada Chef Albert dan berkata, "Lihat saja aku. Aku bisa melakukannya. Jangan khawatir, aku akan membiarkanmu mencicipinya. Kau bahkan bisa melihatku saat menyiapkannya." Matanya berbinar penuh percaya diri. Dia tidak akan menyerah dengan tantangan memasak ini!

Mantranya untuk hari ini? Yaitu - 'jalan menuju hati seorang pria adalah melalui perutnya!' Dia harus memasak untuknya apa pun yang terjadi!

Tanpa menunggu Chef Albert mengatakan sesuatu lagi, Nalyssa meninggalkan dapur sambil memegang Buku Resep di tangannya. Chef Albert hanya bisa menatapnya tajam.

"Chef Albert, apakah kau yakin tentang ini? Bagaimana jika sesuatu yang buruk terjadi pada Tuan kita? Kau tahu bahwa dia adalah–" Asisten itu tidak dapat menyelesaikan kata-katanya karena Chef Albert langsung memotongnya.

"Ssst! Tutup mulutmu saja. Wanita sombong itu akan menanggung akibat perbuatannya. Kita tonton saja pertunjukan yang bagus itu," gumam Chef Albert, bibirnya melengkung membentuk senyum licik.