Rayna Sasa Revalia, gadis dengan karakter blak-blakan, humoris, ceria dan sangat aktif. Dia harus meninggalkan orang tua serta kehidupan sederhananya di kampung karena sebuah kesialan sendiri yang men-stransmigrasikan jiwa gadis itu ke dalam sebuah karakter novel.
Sedih? Tentu. Namun ... selaku pecinta cogan, bagaimana mungkin Rayna tidak menyukai kehidupan barunya? Masalahnya, yang dia masuki adalah novel Harem!
Tapi ... Kenapa jiwa Rayna harus merasuki tubuh Amira Rayna Medensen yang berkepribadian kebalikan dengannya?! Hal terpenting adalah ... Amira selalu di abaikan oleh keluarga sendiri hanya karena semua perhatian mereka selalu tertuju pada adik perempuannya. Karena keirian hati, Amira berakhir tragis di tangan semua pria pelindung Emira—adiknya.
Bagaimana Rayna menghadapi liku-liku kehidupan baru serta alur novel yang melenceng jauh?
~•~
- Author 'Rayna Transmigrasi' di wp dan di sini sama!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febbfbrynt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa Tertarik yang Berubah Arah
"Lo beneran mau kan, jadi temen baik gue?”
Arsa merasa berdebar melihat senyum cerahnya. Matanya berbinar seakan banyak bintang berkelip di matanya. Arsa tidak bisa menolaknya melihat itu. Apalagi setelah teringat ucapan teman-temannya. Walaupun hanya ‘teman’ apalagi di tambah kata ‘baik’ membuatnya seakan mendapatkan kesempatan untuk lebih dekat dengannya. Mana mungkin ia menolaknya. Arsa menjawabnya dengan suara berbisik,”Oke.”
Senyum Rayna semakin mengembang,”Beneran?”
Arsa merasa bingung kenapa Rayna sesenang itu. Padahal sebenarnya ialah yang merasa beruntung karena Rayna yang menawarkannya duluan. Ia tak perlu menurunkan gengsinya.
Arsa tersenyum sangat tipis nyaris tak terlihat,”Ya.”
Rayna berdiri dan berjingkrak-jingkrak seperti anak kecil.
Triing ... Suara bel pertanda waktu istirahat habis berbunyi nyaring. Rayna tersentak kaget seraya mengusap-ngusap dadanya.
Arsa merasa gemas dengan ekspresinya. Tentu saja ia sembunyikan dengan wajahnya yang datar.
Rayna melupakan rasa laparnya. Ia menatap Arsa seraya tersenyum,”Ayo! Ke kelas.”
Melihat Arsa yang masih terdiam menatapnya, Rayna berdecak. Ia mengambil tangannya dan menariknya,”Ayoo!!”
Arsa menegang. Jantungnya semakin menggila. Tapi ia tidak menolaknya dan membiarkan gadis itu menariknya. Rayna tersenyum riang. Ia tidak melepaskan tangannya. Jadi keduanya berjalan dengan tangan terpaut. Rayna hanya merasa itu tidak apa-apa karena mereka sudah resmi menjadi teman baik.
Tapi tidak dengan Arsa, cowok itu menatap tangannya yang digenggam tangan gadis yang berjalan di depannya dengan tatapan kosong.
Tangannya sangat mungil dan putih mulus. Bahkan Rayna hanya bisa menggenggam beberapa jarinya. Namun ia merasa nyaman. Arsa menenangkan jantungnya. Dengan langkah besar, ia berjalan menjadi di samping Rayna.
Arsa balik menggenggamnya. Dengan telapak tangannya yang lebih lebar, ia menggenggam tangan Rayna sepenuhnya.
Rayna sedikit kaget dan menatap pautan tangan mereka. Namun ia langsung tersenyum manis. Ia sangat senang Arsa menerimanya sebagai teman. Ia menjadi sedikit tenang tentang masa depannya untuk sementara waktu.
Raut wajah Arsa tidak berubah dari awal. Melihatnya tersenyum manis. Tiba-tiba timbul keinginan untuk memeluk gadis yang hanya sebatas bahunya itu.
Tapi tentu saja ia tidak akan melakukannya semudah itu. Ada perasaan aneh yang menggelitik hatinya saat ini. Tapi entah kenapa mood-nya menjadi sangat baik.
Mengingat tentang status mereka yang hanya sebatas teman, Arsa menjadi tidak puas. Menggenggam erat tangannya, Arsa menghibur dirinya sendiri. Walaupun keinginan ini sangat egois, tapi ia harus bersabar. Keinginan apa? Yaitu keinginan untuk memilikinya.
~•~
“Ar, gue mau nanya, dong.”Rayna mencolek bahunya.
Satu persatu murid di kelasnya keluar karena bunyi bel pulang sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Kini hanya dia dan Arsa yang masih duduk santai. Memanfaatkan kesempatan, Rayna ingin mencari tahu jawaban Arsa karena sama sekali tidak ada perkembangan tentang kedekatan cowok itu dan adiknya.
Dengan wajah datar seperti biasa, Arsa mengangkat kepalanya menatap Rayna,”Nanya apa?”
Dengan wajah bingung dan penasaran, Rayna bertanya ragu,”Eum, lo gak deketin adek gue?”
Kening Arsa berkerut heran,”Kenapa gue harus?”
Melihat reaksinya, Rayna semakin bingung. Lalu menjawab dengan lugas,”Kan dia udah nolongin lo malem itu.”
“Kenapa emang kalo dia nolongin gue?”tanya Arsa santai. Ia memperbaiki posisi duduknya menjadi tegak dengan mata menyapu wajah Rayna,”Emang gue harus deket gitu sama dia?”
Rayna bergumam pelan,”Sebagai tanda terima kasih..”
Arsa mengangkat alis,”Gue udah bilang makasih. Lagian dia sendiri yang ngajak. Kalau pun dia bukan orang yang gue lihat selalu bersama lo kalo di sekolah, gue mana mau nerima ajakan dia. Gue gak kenal.”
Mata Rayna melebar. Dia merasa membeku mendengar ucapannya.
“... Kenapa?”Rayna bertanya entah kepada dirinya sendiri atau Arsa.
“Kenapa ekspresi lo gitu? Seakan-akan lo denger sesuatu yang gak seharusnya?”tebak Arsa karena di buat bingung dengan reaksinya. Melihatnya masih diam, Arsa berkata ringan,”Jangan aneh-aneh. Gue gak tertarik sama adek lo.”
Rayna tertegun di tempat. Apa?
