NovelToon NovelToon
MUTIARA SETELAH LUKA

MUTIARA SETELAH LUKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikah Karena Anak / Keluarga / CEO / Penyesalan Suami / Ibu Pengganti
Popularitas:528
Nilai: 5
Nama Author: zanita nuraini

“Mutiara Setelah Luka”

Kenzo hidup dalam penyesalan paling gelap setelah kehilangan Amara—istrinya yang selama ini ia abaikan. Amara menghembuskan napas terakhir usai melahirkan putra mereka, Zavian, menyisakan luka yang menghantam kehidupan Kenzo tanpa ampun. Dalam ketidakstabilan emosi, Kenzo mengalami kecelakaan yang membuatnya lumpuh dan kehilangan harapan untuk hidup.

Hidupnya berubah ketika Mutiara datang sebagai pengasuh Zavian anak nya. Gadis sederhana itu hadir membawa ketulusan dan cahaya yang perlahan meruntuhkan tembok dingin Kenzo. Dengan kesabaran, perhatian, dan kata-kata hangatnya, Mutiara menjadi satu-satunya alasan Kenzo mencoba bangkit dari lembah penyesalan.

Namun, mampukah hati yang dipenuhi luka dan rasa bersalah sedalam itu kembali percaya pada kehidupan?
Dan sanggupkah Mutiara menjadi cahaya baru yang menyembuhkan Kenzo—atau justru ikut tenggelam dalam luka masa lalunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zanita nuraini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 SEMINGGU TANPA TENANG

Tangisan baby Zavian pecah begitu tiba-tiba hingga semua orang yang sedang berkumpul di ruang utama langsung menoleh.

Tubuh mungilnya menegang, wajahnya memerah, dan suara tangisannya terdengar seperti ketakutan, bukan sekadar rewel.

Tiara menggendongnya erat. “Shh… sayang… Bu Tiara di sini, ya…”

Namun tangisan itu tidak mereda. Justru semakin keras setiap kali Aurel mendekat satu langkah.

Aurel mengernyit tidak suka. “Kenapa sih dia menangis begitu? Baru lihat orang saja langsung rewel.”

Nada itu jelas menghina, bahkan terasa menusuk.

Kenzo—yang duduk di kursi roda tidak jauh dari mereka—langsung menatap Aurel dengan dingin.

Tuan Rendra bertukar pandang dengan Nyonya Saras. Keduanya sama-sama paham bahwa suasana sudah mulai tidak sehat.

“Saya berangkat dulu,” ucap Tuan Rendra sambil mengambil kunci mobil.

Nyonya Saras mengangguk cepat. Itu artinya: urus Aurel, sebelum tambah kacau.

Begitu Tuan Rendra pergi, Nyonya Saras langsung mengambil alih.

“Aurel,” panggilnya dengan nada halus tetapi tegas, “sepertinya kamu sudah harus pulang. Zavian sedang tidak nyaman. Lain waktu saja kalau mau berkunjung.”

Aurel mendengus tidak terima. “Saya baru datang, tante. Masih banyak yang mau saya bicarakan dengan Kenzo.”

“Aku tidak punya urusan denganmu,” jawab Kenzo cepat, tatapannya tajam.

Aurel menatap Kenzo lama sekali sebelum mengalihkan pandangan ke Tiara. Bibirnya melengkung sinis.

“Aku tahu kok kenapa dia nangis,” katanya sambil menunjuk ke arah tiara. “Anak kecil biasanya sensitif kalau melihat sesuatu yang… kurang enak dipandang.”

Jelas sekali hinaan itu untuk Tiara.

Kenzo langsung mengencangkan rahangnya. “Aurel, jaga ucapanmu.”

Aurel tersenyum puas karena berhasil memancing reaksi.

Nyonya Saras akhirnya bersuara dengan nada lebih kuat. “Aurel, tolong jangan membuat suasana buruk. Pulanglah dulu.”

Aurel akhirnya berbalik, menghentakkan kaki, tapi sebelum masuk mobil ia menoleh dan berkata tajam:

“Tenang saja. Aku akan datang lagi. Rumah ini tidak akan bisa menolak aku selamanya.”

Tiara menunduk, berusaha menjaga agar Zavian tenang meski tangisannya masih tersisa.

Nyonya Saras menghela napas panjang. “Astaga… anak itu memang dari dulu problematik sekali.”

---

Penjelasan tentang Aurel

Setelah Aurel pergi, Tiara mendekati Nyonya Saras.

“Maaf nyonya… kalau boleh tahu, siapa sebenarnya Mbak Aurel itu? Ada hubungan apa dengan almarhumah Nyonya Amara?”

Nyonya Saras memijat pelipisnya, seperti lelah membicarakan hal itu.

“Sepupu jauh. Tidak dekat, tapi dari muda memang hobi tampil dan memamerkan gaya hidup. Barang mahal, parfum mahal, pokoknya semua serba hedon.”

Tiara mengangguk pelan.

“Dan soal dia tiba-tiba mendekati Kenzo…” Nyonya Saras menghela napas. “Biasa. Aurel itu hanya mendekati pria yang dianggap menguntungkan. Kaya, menarik, punya kedudukan. Dia bukan tipe yang datang karena tulus.”

Tiara diam. Ia tidak perlu komentar apa pun.

Fakta bahwa Aurel datang dan langsung menghina sudah cukup membuktikan segalanya.

---

Seminggu Diserbu Aurel

Besoknya, Aurel datang lagi.

Dengan mobil berbeda. Parfum berbeda. Sikap yang sama.

Dan itu terus terulang… setiap hari.

Hari pertama: datang hanya lima menit, melihat Tiara, tersenyum meremehkan, lalu pergi.

Hari kedua: membawa kue mahal dan menawarkan hanya kepada Kenzo, lalu cemberut ketika ditolak.

Hari ketiga: berusaha menggendong Zavian tanpa izin—langsung ditolak keras oleh Tiara.

Hari keempat: mencoba masuk kamar Zavian.

Hari kelima: mengeluh bahwa “rumah ini membosankan sejak Tiara ada”.

Hari keenam: mencoba menyodorkan kartu nama dokter kecantikan “untuk Tiara yang butuh perawatan”.

Setiap kali Aurel datang, Zavian menangis keras.

Setiap kali Aurel melangkah mendekat, Kenzo menatap tajam dari kursi rodanya.

Setiap kali Aurel bicara tidak sopan, Nyonya Saras mengusir secara halus.

Tapi Aurel tetap kembali.

Rumah itu tidak pernah tenang seminggu penuh.

---

Hari Ketujuh – Sore yang Penuh Tegangan

Sore itu, Tiara sedang menyiapkan susu Zavian di ruang keluarga. Suasana masih agak panas karena Aurel baru saja pulang setelah membuat keributan kecil.

Kenzo berada di ruang keluarga juga, duduk di kursi roda. Hari itu ia terlihat sedikit lelah, mungkin karena emosinya terkuras menghadapi Aurel yang makin melewati batas.

Tiara melirik Kenzo beberapa kali. Ada hal penting yang sudah ia pikirkan berhari-hari, dan ia butuh keberanian untuk menyampaikannya sekarang.

“Tuan,” panggil Tiara pelan.

Kenzo menoleh. “Ya?”

Tiara menarik napas. “Saya ingin membicarakan kondisi tuan.”

Kenzo mengerutkan dahi. “Kenapa dengan kondisi saya?”

Tiara menunduk. “Maaf kalau saya lancang… tapi saya perhatikan kondisi tuan tidak stabil. Ada hari di mana tuan terlihat kuat… tapi ada juga hari di mana tuan bahkan sulit memajukan kursi roda sendiri.”

Kenzo diam, matanya menatap tajam.

Tiara kembali melanjutkan, meski jelas gugup. “Saya pikir… demi pemulihan tuan… dan demi baby Zavian juga… alangkah baiknya kalau tuan mulai menjalani terapi kembali. Fisioterapi, latihan otot… itu sangat membantu, tuan.”

Kenzo masih diam.

Saking diamnya, Tiara mulai panik.

“M-maaf tuan… saya tidak bermaksud mengatur. Saya hanya… saya hanya ingin tuan cepat pulih. Baby Zavian butuh ayah yang kuat.”

Tidak ada respons.

Tidak marah.

Tidak memotong.

Tidak bicara.

Justru itu membuat Tiara makin takut.

Ia menunduk sangat dalam. “Maafkan saya kalau saya melampaui batas…”

Keheningan itu terasa lama, menegangkan…

…sampai akhirnya suara dari luar rumah memecahkan suasana.

BRAK!

Pintu pagar depan dibuka keras.

Suara hak tinggi menghentak-hentak lantai teras.

Lalu terdengar suara yang terlalu mereka hafal:

“KENZOOOOOO! AKU DATANG LAGI!”

Aurel.

Tiara memejamkan mata putus asa.

Kenzo menarik napas berat, wajahnya mengeras.

Dan belum sempat keduanya bereaksi—

Baby Zavian menangis kencang dari kamar.

Tangisan itu bukan sekadar rewel.

Tangisan itu seperti ketakutan.

“Astaga…” Tiara langsung berdiri, hendak lari ke arah kamar.

Kenzo meraih roda kursi rodanya, mendorong dengan terburu-buru untuk mengikuti—

Namun karena terlalu cepat dan emosinya sedang tidak stabil, tangan Kenzo terlepas dari pegangan roda.

Kursi rodanya miring sedikit.

Kenzo kehilangan kontrol.

Tubuhnya bergeser ke depan.

Tiara menoleh dan.

Kenzo.....

Selamat pagi selamat membaca..

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!