Dua keluarga yang semula bermusuhan akhirnya memutuskan menjalin aliansi pernikahan.
Posisi kepala negara terancam dilengserkan karena isu menjual negara pada pihak asing disaat perbatasan terus bergejolak melawan pemberontakan. Demi menjaga kekuasaan, Sienna sebagai putri bungsu kepala negara terpaksa menerima perjodohan dengan Ethan, seorang tentara berpangkat letjen yang juga anak tunggal mantan menteri pertahanan.
Bahaya mengancam nyawa, Ethan dan Sienna hanya bisa mengandalkan satu sama lain meski cinta dari masa lalu menjerat. Namun, siapa sangka orang asing yang tiba-tiba menikah justru bisa menjadi tim yang kompak untuk memberantas para pemberontak.
Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan demi mendapatkan kedamaian. Dapatkah mereka menjadi sepasang suami-istri yang saling menyayangi atau justru berakhir saling menghancurkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrlyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 (Malam Pertama)
Sienna tidak enak makan. Ucapan Ethan di depan pintu ruang makan sebelumnya membuatnya terus tegang.
Mereka tidak saling mencintai, kan?
Sienna melirik Ethan, rahang tegasnya membuat bulu kuduk Sienna meremang. Lengannya yang kekar dan sedikit kecoklatan, otot-ototnya kencang dengan urat nadi yang sedikit timbul, menampakkan berapa gagahnya dia.
Jari-jemari Ethan besar dan panjang, bahkan alat makan dalam genggamannya terlihat mungil. Entah apa yang akan tangan itu lakukan pada tubuhnya malam ini? Sienna seketika menggeleng cepat. Pikirannya tidak terselamatkan.
"Ada apa, Sienna?" tanya Rieta yang sejak tadi memerhatikan gelagat aneh putrinya.
"Kenapa? Kamu sudah mengantuk?" Ethan ikut bertanya. Suaranya lembut, terkesan penuh perhatian. Ia menatap Sienna, menunggu gadis itu menjawab.
"Tidak, aku masih sangat segar. Sama sekali tidak mengantuk, tidak butuh tidur. Tidak perlu," jawab Sienna kikuk. Pikirnya Ethan pasti akan langsung menariknya ke kamar jika ia mengatakan sebaliknya.
"Sungguh?" tanya Ethan lagi, sikapnya sangat berbeda di hadapan seluruh keluarga. Jika saja Ethan tidak mengatakan kalau dia sudah memiliki pujaan hati, maka Sienna mungkin sudah mengira Ethan telah jatuh cinta padanya.
"Ya," jawab Sienna sekali lagi menunjukkan keramahan terpaksa.
"Lalu kenapa kamu tidak makan? Mau aku suapi?"
Sienna tersenyum penuh makna, tapi tangannya diam-diam mencubit paha Ethan. "Jangan sok manis," bisiknya dibalik senyuman palsu.
"Ya sudah, akan aku suapi."
Ethan tidak peduli meski bola mata Sienna melompat keluar, ia hanya senang mengganggu gadis manja yang sekarang menjadi istrinya ini.
"Dasar pengantin baru, bilang saja jika ingin disuapi," goda Rieta lega. Ia senang karena menantunya bersikap hangat pada Sienna.
Jimmy dan Jack juga ikut tertawa. Membiarkan Ethan dan Sienna sibuk dengan dunia mereka sendiri sementara Arthur dalam diam terus memperhatikan bagaimana Ethan menyuapi Sienna.
Ethan memastikan potongan steak yang ia berikan pada Sienna tidak terlalu besar bahkan tidak ragu menyeka sisa saus di sudut bibir Sienna dengan ibu jarinya meski Sienna terus mengoceh, tapi sikap Ethan tetap sama. Hangat dan gentle.
"Aku sudah kenyang, Kapten...," rengek Sienna saat Ethan tidak mau berhenti menyuapinya. Setiap sentuhan kecil yang Ethan berikan membuatnya merinding.
Pasti ada maksud terselubung dari sikapnya yang mendadak berubah ini, pikir Sienna.
"Sampai kapan kamu mau memanggilku dengan sebutan kapten, Tuan putri?" bisik Ethan yang tanpa sungkan menarik kursi Sienna merapat.
"Lalu harus aku panggil apa? Suamiku~ begitu? Jangan mimpi," jawab Sienna ketus.
"Sienna... bukan begitu cara bersikap pada suami," tegur Jimmy.
"Sudah, biarkan saja. Mungkin Sienna masih belum terbiasa," ucap Jack membela. "Kamu juga jangan menggodanya terus, Eth...."
"Apa yang salah dengan sikapku, Ayah? Aku hanya sedang merayu istriku," sahut Ethan sengaja meletakkan tangannya di belakang punggung Sienna membuat gadis itu seketika menegang.
"Haha... Itu benar. Tidak ada salahnya merayu istri sendiri." Jimmy tertawa girang.
Acara makan malam itu berakhir dengan kehangatan. Sekarang semua orang sudah kembali ke kamar masing-masing. Jack juga sudah pulang ke kediamannya.
Sementara Ethan dan Sienna masih terjebak di ruang keluarga.
"Kamu sungguh belum mengantuk?" tanya Ethan saat Sienna masih sibuk dengan ponselnya.
"Ya," jawabnya berbohong. Sudah beberapa hari ia kurang tidur dan sejujurnya kepalanya sudah sangat pening, tapi Sienna takut jika harus masuk kamar sekarang.
Takut dimakan oleh suaminya sendiri.
"Aku sudah mengantuk. Ayo, ke kamar... Teruskan main ponselnya di sana."
"Tidak, aku suka disini. Hangat dan nyaman. Kalau kamu mau, tidurlah lebih dulu."
Ethan menghela napas kasar. Ia sudah sangat lelah, tapi ia tidak berani meninggalkan Sienna sendirian.
"Tuan putri... ayo, kita beristirahat di kamar," ajak Ethan sekali lagi. Ia mendekat bahkan tidak ragu berjongkok di hadapan Sienna. "Lihatlah kantung matamu, aku tahu kamu juga sudah mengantuk."
"Si-siapa bilang? Aku sungguh tidak mengantuk. I-ini hanya efek maskara yang luntur."
Sienna sungguh tidak pandai berbohong. Ethan terkekeh pelan. Detik berikutnya ia sudah berhasil membopong tubuh Sienna dengan mudah.
"Apa yang kamu lakukan? Turunkan aku!"
"Shhttt~ Kamu ingin membangunkan seluruh orang di istana? Mereka akan menertawakan kita besok. Tenang lah... bagaimanapun ini adalah malam pertama kita."
"Dasar mesum!" Sienna tidak sungkan untuk menggigit bahu Ethan. Sakit sekali, tapi Ethan sekuat tenaga menahan rasa nyeri di bahunya dan tetap menggendong Sienna menuju kamarnya atau lebih tepatnya kamar mereka sekarang.
"Kapten, turunkan aku... aku bisa jalan sendiri," pinta Sienna merengek, tapi Ethan tidak menggubris membuatnya terpaksa harus menggigit leher Ethan.
Langkah kaki laki-laki itu seketika terhenti pada anak tangga terakhir. Gigitan Sienna memang terasa sakit, tapi lebih dari itu. Gadis dalam rengkuhannya ini tidak tahu bahaya apa dibalik tindakannya. Dia menyulut sesuatu yang tidak seharusnya bangkit. Bibir lembut Sienna menempel di leher Ethan, giginya mungkin tertancap juga disana, tapi bibir Sienna terasa basah dan hangat membuat Ethan akhirnya menyerah.
Ia menurunkan tubuh Sienna. Gadis itu tersenyum puas dan segera berlari kabur turun dari tangga, tapi Ethan dengan mudah menangkap pinggangnya.
"Kapten, lepaskan aku!" protes Sienna meronta, tapi Ethan malah menggigit balik leher Sienna. Sontak Sienna menjerit membangunkan seisi istana yang baru saja terlelap.
Arthur berlari keluar dari dalam kamarnya dengan cepat begitupun dengan kedua orang tuanya serta para pengawal.
"Sienna, ada apa?" tanya Arthur panik sampai mereka semua sadar jika seharusnya mereka pura-pura tidak mendengar jeritan apa pun malam ini.
Suasana seketika menjadi kikuk. Ethan masih memegangi pinggang Sienna, merasa malu dengan tindakannya sendiri yang dipergoki oleh semua penghuni istana.
Sienna sendiri segera menutupi lehernya yang memerah. Canggung meliputi semua orang.
"Sudah-sudah, sebaiknya kita kembali ke kamar masing-masing," titah Jimmy pura-pura tidak melihat apapun.
Semua orang akhirnya kembali ke kamar masing-masing, meninggalkan sepasang pengantin baru yang terjebak malu atas permainan mereka sendiri.
"Kenapa kamu berteriak?" tegur Ethan kesal.
"Siapa suruh kamu menggigitku," sahut Sienna tidak kalah kesal.
"Aku hanya membalas tindakanmu."
"Bilang saja kalau kamu memang gatal ingin cari kesempatan menyentuhku!"
Sienna mendengus, ia menginjak sepatu Ethan kuat-kuat lalu berlari pergi memasuki kamarnya. Sementara Ethan masih berada di tempatnya, meringis kesakitan sekaligus berusaha menenangkan degup jantungnya. Menurunkan hasrat dalam dirinya yang sedang bergejolak.
Ini salah. Ethan sadar akan hal itu, tapi bekas gigitan Sienna di lehernya masih terasa panas menyengat.
"Aku pasti sudah gila!" gumamnya pada diri sendiri.
Ethan jarang bersentuhan dengan lawan jenis. Saat dengan Siren, mereka hanya berpegangan tangan dan sekedar berpelukan, Ethan tahu ia mungkin akan kehilangan kendali jika melakukan hal lebih dari itu. Jadi, ia memilih mengatur batasan agar Siren tetap terjaga kehormatannya, tapi dengan Sienna... ia dengan berani memeluk, mencium tubuhnya seolah berkhianat.
Ethan masuk ke dalam kamar setelah beberapa saat menenangkan diri. Sienna masih terjaga di atas kasurnya, tapi ia sudah berganti pakaian menjadi gaun tidur hitam berbahan satin.
Wajah gadis itu masih cemberut. Sengaja berpaling muka saat Ethan melihat ke arahnya. Ethan sendiri berpura-pura tidak peduli dengan keberadaan Sienna. Ia membuka kemejanya lalu pergi mandi.
Sialnya, Ethan lupa istana ini bukanlah rumahnya. Seharusnya ia membawa baju ganti ke dalam kamar mandi, kini ia terpaksa keluar hanya menggunakan selembar handuk yang melilit pinggangnya.
"Aku tidak akan tergoda!" ucap Sienna dengan tegas. "Jangan coba-coba merayuku, aku tidak bersedia disentuh olehmu!"
Ethan terkekeh pelan. "Tidak ada bagian dari dirimu yang membuatku bergairah, Tuan putri."
"Oh, ya? Awas saja kalau kamu diam-diam merangkak ke atas tempat tidurku."
Usai mengambil baju dalam tasnya, Ethan berbalik, menoleh ke arah Sienna. "Awas saja jika kamu mengintipku."
Detik berikutnya Ethan dengan sengaja menjatuhkan handuknya.
"Ethan!!!"
***