"Kak please jangan kayak gini" cicitnya saat deril memeluk Almira dari belakang dan mengendus ceruk lehernya menghadap jendela kelas yang tembus ke lapangan sekolah.
"Why? padahal lo nikmatin posisi ini kan?" ucap Deril sambil menyunggingkan bibirnya.
"Aku mohon kak ja- hmmmptt" ucapannya terpotong dan tesumpal oleh benda kenyal milik Deril.
Deril melumat bibir Almira dengan rakus dan menuntut, yang membuat si empu terbelalak kaget tak bisa bergerak.
-----
Yahhhh, bagaimana ceritanya ketika seorang Almira yang pindah sekolah tujuan ingin mencari ketenangan tetapi malah menemukan kemalangan dengan bertemu dan mengenal seorang Deril sendiri.
Mau tau kelanjutannya? yukkk baca novel Obsession Deril ini!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dela Siti padilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Menjadi Pusat Perhatian
Malam hari yang tidak berkabut seakan mendukung perjalanan Almira dan Deril untuk datang ke pesta. Deril dan Almira sudah ingin naik ke dalam mobil namun terhenti saat seorang wanita bersuara di belakangnya.
"Nak Deril!" Rere yang memanggilnya.
"Ya tan?"
"Kalo bisa pukul 11 harus udah pulang ya, mau selesai atau nggak pokoknya harus pulang. Kalo nggak nanti bunda susul kalian."
Bukan apa-apa, Rere sangat tahu kejadian apa yang selalu ada pada acara tersebut. Takutnya, kedua anak muda itu melakukan hal yang melewati batas sebelum waktunya.
"Okey tan, tante udah tau kan tempatnya?" Tanya Deril.
"Iya tante tau, nanti kalo pukul setengah dua belas kalian belum pulang tante susul."
Almira hanya memperhatikan interaksi bunda dan Deril secara bergantian, karena dirinya merasa kedua orang beda usia tersebut begitu akrab layaknya sudah saling mengenal lama.
Deril membukakan Almira pintu mobil penumpang yang berada di sebelah kemudi. Almira cukup tertegun dengan perlakuan Deril, Almira tersenyum kemudian masuk kedalam mobil dan duduk dengan tenang. Deril menyusul masuk ke dalamnya. Mesin mobil pun di nyalakan dan mobil berjalan perlahan meninggalkan halaman rumah Almira.
-----
Di perjalanan tidak ada perbincangan. Almira yang sibuk dengan handphone nya dan sekali-kali memandang jalanan yang ramai. Deril Sendiri fokus pada jalanan di depannya. Keheningan mulai hilang saat Deril menanyakan hal random pada Almira.
"Al, lo suka makanan apa?"
"Semua makanan aku suka sih, tapi lebih suka makanan pedas sih."
"Kenapa pedas?"
"Enak aja sih, soalnya ya suka bikin kita jadi lebih energik aja."
Deril manggut-manggut, kemudian pertanyaan lain keluar dari mulutnya.
"Emang kamu gak punya penyakit lambung apa sering makan pedes gitu?"
"Punya sih, kadang aku suka kambuh sampai pingsan. Bahkan temen-temen di sekolah yang dulu suka manfaatin hal itu buat bully aku."
Deril menoleh, tangannya mengerat pada kemudi mobil. Dia tak menyangka perlakuan teman Almira dulu sangat membekas bagi Almira. Deril berjanji pada dirinya, kalau dia harus menjaga Almira dengan baik.
"Kalo kamu suka makanan dan apa makanan yang gak kamu suka?" Tanya balik Almira pada Deril.
"Aku juga gak pemilih soal makanan, tapi aku gak terlalu suka yang manis. Suka tapi gak terlalu."
"Berarti kamu kalo ulang tahun gak makan kue nya dong?" Pertanyaan random Almira membuat Deril terkekeh geli.
"Aku bilang kan gak terlalu suka bukan gak suka. Jadi kalo makan dengan porsi sedikit aku masih bisa kalo banyak-banyak gak terlalu. Kecuali kalo itu kamu."
Seketika tubuh Almira menegang saat mendengar ucapan Deril. Dirinya tak menyangka Deril yang selalu serius bisa berkata seperti itu.
Mobil merekapun telah sampai di tempat pesta, Deril memarkirkan mobilnya di tempat yang telah di sediakan. Deril keluar terlebih dahulu kemudian mengitari mobilnya untuk membukakan pintu sebelah untuk Almira.
Perlakuan Deril tersebut menjadi perhatian bagi orang-orang yang berada di sana. Begitu juga Arlan dan Bebi bahkan Amora melihat kejadian tersebut.
Amora dan Arlan sama-sama terbakar hati mereka melihat adegan tersebut. Masing-masing tangan mereka terkepal karena kesal. Amora langsung pergi dari sana, berbeda dengan Arlan yang tetap melihat kejadian tersebut sampai kedua sejoli itu hilang dari pandangannya.
Bebi sendiri merasa menang, karena Arlan melihat Almira bersama dengan laki-laki lain.