Jodoh dicari ✖️
Jodoh dijebak ✔️
Demi membatalkan perjodohan yang diatur Ayahnya, Ivy menjebak laki-laki di sebuah club malam untuk tidur dengannya. Apapun caranya, meski bagi orang lain di luar nalar, tetap ia lakukan karena tak ingin seperti kakaknya, yang menjadi korban perjodohan dan sekarang mengalami KDRT.
Saat acara penentuan tanggal pernikahan, dia letakkan testpack garis dua di atas meja yang langsung membuat semua orang syok. ivy berhasil membatalkan pernikahan tersebut sekaligus membuat Ayahnya malu. Namun rencana yang ia fikir berhasil tersebut, ternyata tak seratus persen berhasil, ia dipaksa menikah dengan ayah janin dalam kandungan yang ternyata anak konglomerat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
Masalah Yasa membuat Sani pusing, semoga saja malam ini ia masih bisa tidur meski tak nyenyak. Bayangkan saja, meski tengah malam seperti ini, sedikit saja, ia tak merasakan kantuk sama sekali. Ia melangkah meninggalkan ruang tamu, namun sebelum benar-benar masuk ke dalam, kembali menoleh ke arah Ivy.
"Oh iya, apa tidak masalah kamu menginap disini malam ini? Gimana dengan orang tua kamu, nyariin gak? Takutnya, besok pagi Papa kamu kesini, ngamuk-ngamuk lagi seperti tadi."
Ivy tertunduk dalam, meski tak melihat seperti apa kelakuan Papanya tadi, tapi ia sudah bisa membayangkan dari perangainya. "Atas nama Papa saya, saya minta maaf, Tante. Kalau urusan dicari, sepertinya tidak, Papa saja tak sepeduli itu pada saya."
"Pantesan, anaknya bebas keluyuran ke club hingga tengah malam," Sani tersenyum kecut.
Ivy menelan ludah susah payah, kena lagi. Huft.
Setelah Mamanya menghilang dari pandangan, Yasa segera berdiri. Ini sudah tengah malam, Ivy butuh istirahat, pun dengan dia. Besok, sepertinya akan jadi hari yang lumayan panjang dan melelahkan bagi mereka. Tapi entahlah, ia sendiri tak tahu seperti apa proses tes DNA, butuh waktu lama, atau sebentar. "Ayo gue anter ke kamar tamu. Lo kuat kan, buat jalan?"
"Kalau gak kuat, mau lo gendong lagi?" Ivy menahan senyum.
Kening Yasa mengkerut, "Lo tahu, tadi gue gendong? Jangan-jangan, lo pingsannya cuma pura-pura lagi."
Ivy terkekeh pelan, "Gue cuma pingsan, gak koma atau mati, jadi ya masih bisa denger, meski agak samar. Makasih ya, udah peduli sama gue dan anak gue."
"Gak usah makasih, mending banyak-banyak minta maaf aja, lo banyak salah sama gue," ucap Yasa ketus.
"Hehehe, iya sih," Ivy garuk-garuk kepala. Ia bangkit dari duduknya, masih agak pusing, namun melihat lantai, tak berputar seperti tadi, jadi sepertinya ia masih kuat untuk berjalan. Ia lalu mengikuti Yasa masuk ke dalam, menuju kamar tamu. Sepanjang jalan, matanya jelalatan, bukan tak sopan, tapi memang penasaran saja dengan bagian dalam rumah tersebut.
Ada beberapa kamar tamu di rumah ini, namun yang paling sering dipakai, adalah kamar tamu di lantai 1. Yasa mengajak Ivy kesana.
"Mama gue sebenarnya baik kok, dia cuma sedang kecewa saja. Jadi kesannya kayak galak, marah-marah mulu," ujar Yasa sambil terus berjalan.
"Ya iyalah, sama enak sendiri mah baik, sama orang lain, belum tentu," jawab Ivy, namun hanya dalam hati sambil komat-kamit. Tapi belum tentu juga sih, buktinya Papanya sama anak sendiri juga tidak baik.
"Lo tidur disini malam ini," ujar Yasa setelah membuka pintu kamar tamu, memperlihatkan isinya pada Ivy. "InsyaAllah udah bersih. Selimut, handuk, semua ada di almari, lo pakai aja, bebas. Udah ya, gitu aja, gue tinggal dulu," ia hendak melangkah pergi, namun lengannya tiba-tiba di tahan Ivy.
"Tunggu bentar!" Ivy buru-buru melepaskan tangan Yasa saat tatapan pria itu tertuju ke sana.
"Apa?"
"Em... "
"Apaan sih? Lo mau dianter pulang aja?"
Ivy menggeleng.
"Lalu?" Yasa mengernyit bingung.
"Em... " Ivy ragu untuk bicara. "Gue.. gue mau minta sesuatu, boleh gak?"
Kedua alis Yasa bertaut, "Minta apa?" Ah, kenapa perasaannya jadi tidak enak, jangan bilang minta ditemenin tidur, bisa digerebek mereka.
"Em... minta... " Ivy menggigit bibir bawah sambil memainkan jemari, ragu untuk bilang.
"Gak bisa!" tolak Yasa.
Ivy langsung melongo, perasaan belum bilang.
"Lo pasti mau minta aneh-anehkan? Otak lo kan isinya aneh semua. Mulai dari pengen hamil sebelum nikah, sampai mau ngebesarin anak sendiri," ia mendengus kesal. "Baru nemu elo, perawan pengen hamil. Udah sana tidur, wanita hamil gak boleh begadang." Ia geleng-geleng, lalu melangkah pergi.
"Padahal cuma mau minta makan," gerutu Ivy, berdecak pelan.
Yasa yang belum jauh, langsung menghentikan langkah mendengar ucapan Ivy. Saat balik badan, melihat Ivy masuk ke dalam kamar. Buru-buru ia kembali, menahan daun pintu yang hampir tertutup. "Ayo!" ujarnya, menatap Ivy yang masih memegangi handle pintu.
"Kemana?"
Yasa membuang nafas kasar. "Makan."
"Boleh?" senyum Ivy langsung mengembang.
"Enggak!" Yasa mendelik kesal.
Ivy yang kegirangan, melebarkan kembali pintu lalu keluar. Setelah menutup kembali, mengekor Yasa menuju dapur. Namun, langkah kakinya terhenti saat melewati ruang makan, melihat foto keluarga yang tercetak besar terpasang di dinding.
Yasa yang terus berjalan, berdecak pelan saat menoleh, tak mendapati Ivy di belakangnya. Cewek itu ternyata malah bengong, menatap foto. "Ada apa?"
"Itu Nuh kan?" ia menunjuk foto Nuh yang berdiri di samping Papanya.
"Iya. Kenapa, lo kenal sama Abang gue?"
Ivy reflek menutup mulut dengan telapak tangan, terkejut. Pantas saja dulu saat pertama kali melihat Yasa, wajahnya terlihat familiar, ia seperti sudah pernah bertemu. Ternyata, itu semua karena Yasa sangat mirip dengan Nuh. Sesempit ini ternyata dunia. Setelah hidupnya direcoki mantan pacar Nuh, sekarang ia berurusan dengan adiknya. "Gue satu kampus sama Nuh, satu angkatan juga, cuma beda jurusan."
Yasa tercengang beberapa saat, lalu nyengir sambil garuk--garuk kepala. Ternyata eh ternyata, Ivy lebih tua 4 tahun darinya. Ini sih namanya, lepas dari Tante Alice, kejebak Tante Ivy.
"Jangan bilang, lo pernah naksir lagi sama Abang gue?" plot twist banget kan kalau seperti itu.
Ivy tertawa cekikikan. "Enggaklah. Gue alergi sama cowok, laki cuma bikin masalah aja."
"Tapi dalam hidup gue, justru perempuan yang bikin masalah. Elo!"
Ivy langsung menelan ludah susah payah.
lu hamidun d'luar nikah emank salah.,
minta maaf sm Allah bukan sm dia...
orang kamu gak tau apa² tentang dia..
itu nama'y jodoh elu ntu s' Ilyas...
prihatin boleh atas rasa yg d'miliki Alis kandas tapi itu salah dia juga udah d'tolak Ilyas berulang kali., itu nama'y gak jodoh...
bumi gonjang ganjing.....
mulutnya lagi,,,, runtuh seketika dunia Alice,,, langsung lemes dengkul nya ya El
kurang Gresek bagaimana lagi coba
padahal sudah berjuang sekuat tenaga
ternyata. Bang Yasa mau menikah maaf
El Bang Yasa sudah. bercocok benihya
,😭😭😭😭 kasian sekali niat antar
rendang malah rendang hati,,,
Jadi Alice terlalu pede dan berharap.
Kasihan Ivy, pasti merasa bersalah sudah merebut Yasa.
Duh gak kebayang gimana reaksi Alice
semoga alice gk terpuruk😔
dan semoga ada pengganti yasa.. semangat ya alice💪dunia gk akan kiamat walaupun jodohmu bukan yasa