Misda terpaksa harus bekerja di kota untuk mencukupi kebutuhan keluarga nya. Saat Dikota, mau tidak mau Misda menjadi LC di sebuah kafe. Singkat cerita karena godaan dari teman LC nya, Misda diajak ke orang pintar untuk memasang susuk untuk daya tarik dan pikat supaya Misda.
Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti cerita novelnya di SUSUK JALATUNDA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Misda membuka matanya perlahan, masih terbelalak menatap siluet pria kekar di sampingnya. Satu selimut membungkus tubuh mereka, telanjang tanpa sehelai benang pun. Wono memeluknya erat, jari-jarinya lembut menyusuri rambut Misda.
"Mas Wono," bisiknya pelan, suaranya masih serak oleh kantuk. Wono menekan keningnya ke pelipis Misda, nadanya penuh kepastian.
"Jangan khawatir, aku akan bertanggung jawab. Misda, tolong, berhenti bekerja. Aku janji, aku akan menghidupi kamu." Misda melepaskan pelukan itu, matanya menatap dalam ke wajah Wono yang serius.
"Tidak, Mas. Aku harus tetap kerja. Keluarga di kampung menunggu, dan aku mau hidup lebih baik di kota ini."
Suaranya tegas tapi ada getar kecil yang hampir tak terlihat. Wono duduk di tepi ranjang, menggenggam tangan Misda dengan pelan.
"Tapi janji padaku, hanya aku yang punya kamu. Tubuh ini hanya untuk aku." Misda mengangguk, menahan debar dalam dadanya.
"Bagus," gumam Wono, sebuah senyum kecil terukir.
"Jadilah kekasih yang patuh, Misda. Aku akan selalu menjaga kamu."
Misda mengerutkan dahi saat turun dari tempat tidur, diikuti langkah tenang Wono. Mereka berjalan bersama menuju kamar mandi, suara gemericik air jadi latar bisu saat tubuh mereka dibersihkan. Selesai, mereka mengenakan pakaian rapi, lalu Wono mengulurkan tangan mengajak Misda keluar dari kamar kost yang sederhana itu. Di dalam mobil, Misda menatap sekeliling, lalu suaranya menyalip ke depan.
"Ini mobil siapa, Mas?" Wono melemparkan senyum tipis, setengah nostalgia.
"Mobilku. Diberikan ayah waktu aku menikah dulu... sama wanita yang sekarang sudah jadi mantan istri." Kening Misda kembali berkerut, sedikit ragu.
“Oh, sebenernya apa yang terjadi sampai Mas Wono cerai?” Terdengar tawa kecil dari Wono, tapi suaranya agak getir.
"Mungkin aku gak cukup buat dia, sampai dia minta cerai." Misda cepat menggeleng, matanya ada kilatan empati sekaligus penasaran.
“Kenapa, Mas?” Wono terkekeh lagi, tapi kali ini ada rasa lelah dalam tawanya, menutup semua jawaban yang tak semudah kata-kata.
Misda mengerutkan kening, tangannya masih merasakan pegal di pinggang setelah pertempuran semalam.
"Aku rasa jawabanmu nggak tepat, Mas," ucapnya sambil mencoba menyembunyikan rasa lelah yang masih menggelayut.
"Kamu ganas banget, sampai aku hampir mengalah di ranjang."
Ucapan itu malah membuat Wono tertawa lepas, suaranya hangat memenuhi kabin mobil. Misda menekan bibirnya, matanya menatap ke luar jendela.
"Mau aku panggilkan tukang pijat setelah sarapan, supaya kamu bisa lebih fresh?" Wono menawar, suaranya lembut. Misda mengangkat alis, lalu tersenyum tipis.
"Boleh, tapi yang tukang pijatnya wanita, ya." Wono menoleh sebentar ke arah Misda, senyum nakal terukir di wajahnya.
"Oh iya, sayang. Aku ada yang mau tanya nih." Misda menoleh, wajahnya penasaran.
"Tentang apa?" Wono menunduk sedikit, suaranya menurun.
"Kamu ikutan pasang susuk, kayak teman-teman yang kerja di kafe karaoke itu?"
Pertanyaan itu membuat wajah Misda berubah gugup, dadanya berdegup cepat. Ia menggeleng cepat, tapi matanya tak bisa berbohong. Wono memperhatikan dengan seksama, yakin Misda menyembunyikan sesuatu.
Wono menatap dalam mata Misda, suara suaranya sedikit bergetar. "Misda, aku... sudah lama menyukai kamu. Sejak malam itu, setelah kita bersama, bayanganmu selalu menempel di pikiranku. Rasanya aneh, seperti aku terhipnotis oleh cintamu."
Misda terkekeh, matanya berkilau menyimpan rahasia. "Ah, itu cuma perasaan kamu, Mas Wono. Kamu kan selama ini sering kesepian. Sekarang aku ada, menemanimu saat sepi itu datang."
Wono menarik nafas dalam-dalam, senyum kecil tersungging. Saat mobil berhenti, ia membuka pintu dengan hati-hati. Mereka turun bersama, berjalan ke pusat alun-alun yang mulai ramai. Aroma sarapan pagi menusuk hidung, memberi harapan baru di pagi itu.
Misda dan Wono duduk di warung soto Betawi tidak jauh dari alun-alun kota. Dengan penuh keakraban keduanya berbincang semakin akrab. Wono berniat untuk segera menikahi Misda walaupun hanya melakukan ijab Kabul saja. Namun Misda masih belum siap untuk menikah. Akhirnya keduanya sama-sama memutuskan untuk berpacaran terlebih dahulu.
"Misda berjanjilah padaku, jangan memasang susuk yah. Dunia mistik seperti itu sangat menakutkan. Apalagi aku menyadari bahwa dalam dirimu seperti ada sosok makhluk yang selalu mengikuti mu. Entah dia ingin menjaga mu atau berniat jahat terhadap mu," Wono serius bicara.
"Kamu bisa melihat sesuatu dariku, mas?" Sahut Misda.
"Tidak, tidak juga. Tapi beberapa kali aku selalu diikuti oleh sosok makhluk halus ketika bersama dengan mu. Sosok wanita cantik dengan pakaian kebayanya seperti seorang sinden," ucap Wono.
"Hah, sinden wanita?" sahut Misda terkejut.
"Benar! Apakah kamu juga merasakan diikuti oleh sosok sinden itu? Bahkan kamu pernah kerasukan roh halus itu," kata Wono.
"Mas Wono, terkadang dia muncul saat aku dalam gangguan dari pelanggan ku. Aku seperti dilindungi oleh sosok itu," Misda mulai terpancing untuk bercerita.
"Misda, berterus-terang lah padaku, apakah kamu pernah datang ke orang pintar?" tanya Wono. Misda menggeleng cepat dan belum mau jujur dengan Wono. Lagi-lagi Wono merasakan kalau Misda belum mau jujur dengan nya.
"Maafkan aku mas Wono. untuk saat ini aku belum bisa menceritakan semuanya pada mu. Mungkin saja hanya Dona saja yang tahu rahasia ini kalau aku telah memasang susuk Jalatunda. Susuk bekas sinden hingga disaat-saat tertentu selalu diikuti oleh sosok sinden itu," batin Misda.
Wono memperhatikan wajah Misda yang membuat dirinya selalu terpikat. Wajah itu seperti ada kekuatan magnet yang sulit untuk dilupakan oleh Wono. Apalagi Wono sebelumnya sudah jatuh hati pada Misda dan sekarang semakin menggilainya.
"Misda, kenapa aku terlalu mencintaimu. Tapi aku tidak ingin melihat mu terperangkap dalam dunia gelap dan jauh dari kebenaran. Walaupun dunia kita berada dilingkungan orang-orang yang haus dari hiburan malam. Tapi aku yakin ingin kamu terpengaruh." pikir Wono seraya memegang pergelangan tangan Misda.
"Mas Wono, sejak tadi kamu melihat ku terus," ucap Misda yang mulai salah tingkah.
"Kamu cantik banget, Misda." puji Wono.
"Ah sudahlah, ayo kita balik ke kost. Aku mau pulang. Nanti malam, kita kerja lagi bukan?" kata Misda akhirnya.
Dengan patuh Wono menuruti apa yang dikatakan oleh Misda, kembali ke kostnya. Setelah nya Wono, pamit pulang ke rumah kontrakannya yang tidak jauh dari kost Misda.
Saat-saat sudah berjauhan dengan Misda, Wono selalu merasakan getaran aneh yang sulit dia tepiskan. Sulit bagi Wono untuk tidak berdekatan dengan Misda. Rasa kangen dengan Misda begitu besar dan padahal baru saja dia berjauhan kurang lebih beberapa menit.
"Aku yakin, kalau aku sudah terkena jala cinta oleh Misda. Rasanya berat untuk berjauhan dengan Misda barang semenit pun," batin Wono yang membuat dada nya sesak dan akhirnya pria itu menghubungi Misda melalui handphonenya.