Cole Han, gangster paling ditakuti di Shanghai, dikenal dingin dan tak tersentuh oleh pesona wanita mana pun. Namun, semua berubah saat matanya tertuju pada Lillian Mei, gadis polos yang tak pernah bersinggungan dengan dunia kelam sepertinya.
Malam kelam itu menghancurkan hidup Lillian. Ia terjebak dalam trauma dan mimpi buruk yang terus menghantuinya, sementara Cole justru tak bisa melepaskan bayangan gadis yang untuk pertama kalinya membangkitkan hasratnya.
Tak peduli pada luka yang ia tinggalkan, Cole Han memaksa Lillian masuk ke dalam kehidupannya—menjadi istrinya, tak peduli apakah gadis itu mau atau tidak.
Akankah Lillian selamanya terjebak dalam genggaman pria berbahaya itu, atau justru menemukan cara untuk menaklukkan hati sang gangster yang tak tersentuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
“Aku tidak menyangka seorang bos gangster bisa datang ke tempat ini. Apakah kau juga ingin menagih uang dari mereka? Mereka berhutang padaku dan harus melunasinya,” ujar Roy dengan nada tenang namun penuh tantangan.“Aku berharap Bos Han mau mengalah.”
Cole melangkah maju, sorot matanya dingin bagai pisau. “Kedatanganku bukan untuk menagih hutang. Tapi kau dan anak buahmu berani menyentuh mereka… sehingga aku harus turun tangan sendiri.” Suaranya berat, menekan setiap kata.
Roy menyipitkan mata. “Lalu, Bos Han, apa hubunganmu dengan mereka? Apakah karena gadis ini adalah adik iparmu, sehingga kau harus ikut campur?” Ia menunjuk Lillian dengan senyum mengejek.
Cole tersenyum tipis, lalu dengan suara mantap menjawab, “Bukan. Gadis ini adalah calon istriku, dan mereka adalah calon mertuaku. Jadi apa salahnya kalau aku datang?”
Ruangan mendadak hening. Bahkan anak buah Roy saling pandang, tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
“Apa? Calon istri? Apakah aku tidak salah dengar?” tanya Roy sambil tertawa singkat, begitu pula anak buahnya yang tampak terkejut.
“Tidak salah dengar,” Cole menegaskan dengan dingin. “Lillian Mei adalah wanita yang akan aku nikahi. Jadi semua yang ada hubungannya dengan dia, aku akan ikut campur.”
Roy menarik napas dalam, kali ini senyumnya agak pudar. “Bos Han, aku tidak ingin menyinggungmu. Karena dia adalah calon istrimu, bagaimana kalau kau membantu melunasi hutangnya? Dengan begitu mereka akan aku lepaskan.”
Cole menatapnya lekat-lekat, lalu berkata, “Membayar bukan tidak bisa. Hanya saja bunga yang kalian tentukan sangat tidak wajar. Hanya telat dua hari, bunga naik menjadi dua puluh persen? Aku akan melunasi sesuai yang dipinjam oleh mertuaku, tidak lebih.”
Roy menatap tajam dan suaranya tetap dingin. “Ini adalah peraturan yang sudah tertera. Tidak mungkin bisa diubah.”
Cole tertawa kecil, namun tawanya terdengar lebih seperti ancaman. “Tidak bisa diubah? Itu hanya alasanmu untuk mendapatkan keuntungan kotor. Roy Cheung, aku bukannya tidak tahu. Kau sengaja menggunakan cara ini untuk menjebak mereka. Sejak awal kau tawarkan bunga rendah, kemudian menaikkannya sepihak tanpa pemberitahuan.”
Mata Roy menyala penuh amarah. “Bos Han, bagiku nominal yang kutagih tidak seberapa dibandingkan dengan kekayaanmu. Apakah kau ingin membuat perhitungan denganku?”
Cole memberi isyarat dengan tangannya. Julian segera melangkah maju, menyerahkan sebuah map hitam tebal. Cole membuka lembarannya, lalu menatap Roy dengan senyum penuh arti.
“Ini,” ujar Cole sambil mengangkat map itu, “adalah bukti catatan kriminal yang kau lakukan selama ini. Menjual anak gadis dan istri orang, menahan anak laki-laki dari para keluarga yang telah meminjam uang denganmu, bahkan memperdagangkan organ manusia. Semua tercatat jelas.” Ia menutup map perlahan, lalu menatap Roy dengan tajam.
“Jadi, apakah kau masih yakin ingin aku membayar sesuai permintaanmu? Atau lebih baik aku serahkan semua bukti ini ke polisi?” suara Cole kini bagaikan palu godam, menghantam keheningan ruangan.
“Kau sedang mengancamku?” tanya Roy dengan senyum kaku. Meski berusaha terlihat tenang, keringat tipis mulai tampak di pelipisnya.
“Bukan ancaman,” jawab Cole datar, suaranya menusuk. “Hanya peringatan. Kau yang berhak membuat keputusan.”
Salah satu anak buah Roy berbisik gugup di telinganya, “Bos, lebih baik jangan menyinggungnya. Cole Han terkenal dengan kegilaannya. Kita bukan lawannya.”
Cole melangkah selangkah lebih dekat, sorot matanya semakin menekan. “Waktumu hanya dua menit. Kalau kau setuju sekarang juga, aku akan membayarmu. Tapi kalau tidak…” Cole tersenyum dingin, “…sebentar lagi polisi akan datang menjemputmu.”
Roy terdiam sejenak, mencoba mencari celah. “Bos Han, kita hanya sama-sama cari makan. Semua saudaraku butuh makan. Kenapa harus mempersulit aku?” suaranya terdengar lebih seperti permohonan daripada negosiasi.
Cole menyipitkan mata. “Aku tidak peduli kalau orang lain. Tapi kalau mereka yang kau sentuh, aku tidak akan diam. Dan anak buahmu… harus diberi disiplin.”
Roy menegang. “Apa maksudmu?”
Cole menoleh singkat pada Lillian, lalu kembali menatap Roy dengan tatapan membunuh. “Tangan mereka telah berani menyentuh istriku. Itu membuatku sangat tidak senang.”
Roy mencoba meredakan suasana, suaranya canggung. “Bos Han, jangan keterlaluan. Kita tidak saling berhutang. Aku tidak ingin menjadi musuhmu hanya karena seorang wanita.”
Cole tersenyum tipis, kali ini lebih menyeramkan. “Tapi aku tidak keberatan menjadi musuhmu. Uangnya akan kubayar sekarang juga. Namun…” ia melangkah maju, menatap tajam dua anak buah Roy yang masih ketakutan, “…aku ingin kedua tangan mereka.”
Ruangan mendadak membeku. Anak buah Roy menatap satu sama lain dengan wajah pucat pasi.